Mursyid Sejati Seperti Helikopter Bukan Concorde
Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs

Bismillah hirRohmaanir Rohim

"Oh Tuhanku, aku mohon padamu untuk menganugerahiku pemahaman,dan agar 
membuatku mampu membuat yang lain memahaminya." Ini adalah Sebuah doa Nabi 
Muhammad SAW .

Setiap akan memberi nasihat, diam-diam aku membaca doa ini. Karena aku sadar ; 
hanya dia yang telah mengetahui dirinya sendiri yang mampu mengajari orang lain 
sesuatu yang berguna. Ada seorang tamu yang mengatakan padaku tentang seorang 
guru spiritual yang tulisan dan pembicaraannya amat rumit, dan hanya para 
intelektual terlatih yang mampu mengerti apa yang sedang dia katakan.

Ini bukanlah tanda orang yang punya pemahaman karena ajaran-ajarannya tidak 
bisa dimengerti. Seorang manusia yang punya pemahaman akan selalu mencoba 
membuat dirinya dapat dipahami dengan memberikan pidato yang jelas dan langsung 
ke sasaran. Menyesuaikan dengan tingkat pemahaman pendengarnya, dan dia akan 
mencoba merambah pendengar seluas mungkin, kalau tidak maka kata-katanya akan 
seperti tertiup angin.
Bahkan Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan dari seluruh mahluk, Tuhan segala ciptaan, 
Tuhan bagi seluruh eksistensi, merendahkan segala Keagungan-Nya sampai ke 
tingkatan seluruh ciptaan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan "Tanazzulat Subhani" 
atau sedekat mungkin dari yang mampu di pahami. Dengan merendahkan segala 
Keagungan itu, kalian bisa menemui Tuhan pada setiap ciptaan-Nya, di dalam 
segala tingkatan.

Jika Dia tidak bersama dengan seekor semut dan tidak paham kondisi dan 
kebutuhan semut, maka Dia tidak bisa didefinisikan sebagai Tuhan bagi semut 
itu. Dia, Tuhan bagi seluruh ciptaan. Semua ada dalam Pengetahuan-Nya, bahkan 
mahluk-mahluk terkecil sekalipun. Apalagi umat manusia, ciptaan yang paling 
istimewa, apakah berlebihan bila kita mengatakan bahwa Dia selalu bersama kita 
? "Tidakkah Pencipta mengetahui apa yang Dia ciptakan ?" tanya Tuhan. Dia Maha 
Tahu dan menjadi Tuhan bagi seluruh ciptaan-Nya, namun hal itu tidak mengurangi 
-Nya untuk selalu bersama setiap ciptaan-Nya.

Nabi-Nabi kita yang suci beserta para pewarisnya di setiap zaman telah 
diberkati dengan pengetahuan rahasia akan Kebenaran Ilahiah. Dan kewajiban 
utama mereka untuk mengungkapkan segala kenyataan itu agar dapat dipahami oleh 
umat manusia secara umum dan juga bagi setiap individu dalam cara apapun , 
sesuai tingkat pemahaman dan kemampuan mereka. Sebagai pembimbing bagi umat 
manusia atas percikan Sifat-Nya, mereka telah dianugerahi kemampuan untuk 
mengkomunikasikan dan menyentuh hati-hati manusia.

Namun hanya para Nabi dan para pewaris aslinya yang menemukan keluwesan seperti 
itu dalam diri mereka. Bagi yang lain amat susah untuk berkomunikasi dengan 
mereka yang bukan dari kalangannya sendiri atau dari latar belakang dan 
perilaku yang sama. Pembimbing Ilahiah mampu memberikan apa yang masyarakat 
inginkan, mengatakan apa yang mereka ingin dengar, sehingga semua orang dari 
berbagai kalangan mampu merasakan kedamaian bersama dan mengikutinya.

Sebuah pesawat Concorde tidak bisa mendarat di atap sebuah gedung, namun sebuah 
helikopter mampu. Kebanyakan ulama seperti Concorde, begitu bangga dengan 
sayapnya yang besar, kecepatan dan bentuknya yang luar biasa. Namun hanya 
negarawan, pialang, pria, wanita yang istimewa dan makmur yang bisa naik 
Concorde. Seperti para ulama hanya bicara dan menulis agar di puji oleh para 
ulama lain. Concorde terbang dengan kecepatan yang luar biasa dan butuh area 
yang luas di bandara internasional untuk mendarat, namun sebuah helicopter 
dapat mendarat dimanapun, kadang di laut, atau terbang rendah untuk 
menyelamatkan manusia yang terperangkap api.

Maka Guru-Guru Ilahiah juga dapat diakses setiap orang di setiap kesempatan, 
dimana Concorde bisa menabrak sebuah tempat dimana heli mampu menyelamatkan 
para korban. Aku tidak meninggalkan mereka di atas gunung Himalaya, namun 
menyelamatkan mereka. Para pencari kebenaran harus mencari kualitas-kualitas 
seperti itu dalam seorang pembimbing yang mengaku ingin menyampaikan ceramah 
yang berkaitan dengan keilahian. Kalau tidak, mereka akan mengejar ajaran yang 
sia-sia dan menurut Nabi suci kita, sebuah tanda dari kesempurnaan manusia 
dalam Islam adalah penolakannya pada aktifitas yang tidak berguna ( yang tidak 
ada kaitannya dengan dirinya ) .

Salah seorang tamu kita menceritakan bahwa ulama ini mengangkat topik tentang 
"Fana dan Baqa", atau Lenyap dan Abadi dalam Ilahi. Aku rasa tidak seorangpun - 
kecuali mereka yang telah mencapai maqam tsb- layak untuk berbicara mengenai 
topik itu. Kalau tidak, penjelasannya akan sama dengan mereka yang belum pernah 
mencicipi madu dan berusaha menjelaskannya dari buku yang dibacanya, kepada 
mereka yang tidak tahu tentang madu. Atau seperti bertanya pada seorang anak 
kecil tentang kenikmatan bulan madu…sia-sia.

Topik-topik ini adalah Samudra. Ketika kalian meleleh, terserap dalam Ke-Esa-an 
Allah, maka kalian akan memahami arti dari "Fani-Fillah" (Lenyap dalam Allah). 
Ketika kalian bebas sebagai seseorang dalam eksistensi, ketika kalian mencoba 
menjadi setetes air hujan yang jatuh dari langit dan tenggelam, menyatu dalam 
Samudra Kesatuan Ilahi, maka tak seorangpun akan bertanya dimana tetesan itu 
hilang; karena tetesan itu telah menjadi sebuah Samudra. Sepanjang tetesan itu 
masih terjatuh, maka akan selalu berkata : " Aku adalah seseorang."

Namun ketika ia mencapai Samudra, diapun akan berkata : "Dimana aku ? aku sudah 
tidak ada, aku bersama-Nya; aku disini, namun tidak disini, hanya Dia yang 
disini dan sekarang aku bersama-Nya. Aku berada dalam Samudra-Nya. Aku 
merasakan ini, dan tidak ada yang mengatakan bahwa aku setetes hujan. Karena 
tetesan itu telah menjadi Samudra." Itulah sebuah contoh sangat sederhana akan 
penjelasan tentang melenyapkan diri dalam Tuhan.

"Baqa" atau keabadian, adalah keadaan selalu bersama Tuhan. Dalam maqam itu, 
kepribadian kalian tidak tampak; yang terpancar adalah eksistensi Ilahi. Kalian 
telah di dandani oleh KeEsaan Ilahiahnya. Itulah maqam at-Tawhid. Apa yang Baqa 
maksud adalah kalian tidak akan pernah kehilangan pandangan, perasaan, 
mengetahui, memahami tanpa membatasinya. Kita harus
berusaha meraih maqam-maqam ini, tapi Jalan itu susah dan butuh berbagai 
latihan.

Salah satu dari aspek latihan itu adalah dengan melihat apapun yang terjadi 
berasal dari Allah semata. Inilah rukun iman keenam dalam Islam : Keyakinan 
bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik atau buruk adalah berasal 
dari Tuhan. Ini mengacu pada "Tawhid al-Af'al" atau " Penyatuan Tindakan ". 
Jalan untuk memulai kesadaran akan titik ini adalah dengan mengingat sumber 
dari segala apapun adalah Allah. Ketika sesuatu terjadi, jangan terusik dengan 
diri sendiri atau siapapun yang bukan penyebab terjadinya sesuatu. Karena 
mereka hanyalah alat atas kejadian-kejadian itu.

Itu berarti, jika Ahmad datang dan memberimu uang dan kemudian Fulan datang dan 
menamparmu lalu mengambil uang itu. Janganlah mengira bahwa Ahmad adalah si 
pemberi dan si Fulan adalah seorang pencuri. Jika kamu berpikir seperti itu, 
kamu sudah jatuh dari tingkatan keimanan yang tinggi. Kalian harus menerima 
bahwa Tangan Tuhan ada dibalik kedua tangan mereka, baik yang mengambil dan 
yang menerima. Karena bagaimanapun, Dialah Sang Pencipta bagi segala tindakan 
manusia.

Ketika seseorang berbaik hati pada kalian, kalian harus ingat bahwa Tuhan 
kalian yang mengirimkan kebaikan itu pada hatinya, dan kalian harus bersyukur 
pada-Nya. Nabi bersabda, " Siapa yang tidak berterima kasih pada manusia, sama 
dengan tidak bersyukur pada Allah."

Nabi tidak mengijinkan pandangan tauhid memecah kita dari menyempurnakan 
kesopanan kita terhadap manusia yang bersangkutan. Ketahuilah, Tuhanmu yang 
mengirim dia, dan jangan melupakan itu dalam keadaan apapun. Dan ketika kalian 
melihat Ahmad memberi emas penuh ditanganmu, kalian harus katakan : "Oh Syaikh 
Ahmad, terima kasih banyak! Pertama, terima kasih pada Tuhanmu, yang mengirim 
kebaikan di hatimu untukku, dan terima kasih atas ketulusanmu memberikan apa 
yang telah diamanatkan padamu."

Dan ketika perampok bernama Fulan datang, memukulmu dan mengambil seluruh uang 
itu, janganlah marah padanya ! Ya, menurut hukum Ilahi, Syariat, diijinkan bagi 
yang mampu untuk meraih kembali uang itu, dan memberi hukuman sesuai hukum 
masyarakat. Namun jika kalian berada dijalan Tauhid, maka kalian harus 
menghormati bahwa segala kejadian itu berasal dari
Allah juga. Dia sendiri yang mengirim orang untuk merampok kalian, karena 
Pencipta dari setiap kejadian hanyalah satu : Allah Yang Maha Kuasa.

Karena tidak mungkin bagi semua orang menginginkan keimanan tingkat tinggi, 
dimana Tangan Tuhan terlihat di setiap peristiwa, maka Allah dalam salah satu 
ayat Qur'an, dalam kasus pembunuhan diijinkan untuk "Nyawa dibayar dengan 
nyawa" dan berlanjut bagi mereka yang mampu untuk " memberikan pipi yang 
satunya" inilah tingkatan-tingkatan terhormat dari Syariat-hukum dan 
Thariqat-jalan / cara. Berdasarkan ayat-ayat ini, bagaimanapun hukum islam 
mengenai pembunuhan adalah seimbang. Melegakkan bagi perasaan manusia normal 
dengan membalas dendam ketika menghadapi kejahatan yang mengusik ini.

Islam mengijinkan untuk mengeksekusi para pembunuh, sehingga dengan cara ini , 
meredakan perasaan keluarga korban dan mencegah adanya permusuhan. Hukum juga 
mengijinkan pembayaran uang sebagai pengganti pelaksanaan hukuman bagi kerabat 
korban. Terakhir, ayat tersebut menyadarkan bahwa siapapun yang mencari tingkat 
tertinggi dari keimanan dan pandangan keEsaan untuk memaafkan. " Dan siapapun 
yang memaafkan dan memahaminya, imbalannya adalah sebuah " posisi" disisi 
Tuhan-nya."

Apa yang Allah maksudkan bagi para pencari kebenaran sejati adalah: " Sekarang 
maafkan dia, karena Aku-lah yang mengirimnya untuk melakukan perbuatan 
itu."Sehingga kalianpun sadar, bahwa sebenarnya tidak ada yang bersalah dan 
tidak perlu adanya balas dendam. Namun ini bukan tingkatan biasa. Kita harus 
mengusahakan untuk bisa memaafkan perbuatan seperti itu, namun ego kita seperti 
gunung berapi. Manusia amat sopan dalam urusan sehari-hari selama semua orang 
berperilaku sesuai apa yang diharapkan dan semuanya berjalan sesuai yang 
direncanakan. Namun ketika Tuhan menghalangi dengan kejadian kecil yang 
mengakibatkan kecelakaan, hanya karena alasan kecil itu, kita bisa mendengar 
kata-kata cabul keluar dari mulut mereka seperti semburan lahar.

Ego seperti itulah yang membuat orang menjadi sakit. Itu berbahaya karena 
berada dibawah perintah ego-ego. Dimana kalian menemukan toleransi seperti yang 
di katakan dalam ayat-ayat qur’an ? Begitu banyak kebencian dan frustasi 
mengurung manusia, saya melihatnya dalam penampilan mereka, bahkan sering 
seseorang yang sedang marah mencari kambing hitam. Dan
yang menarik, kambing hitam yang asli dan yang diberlakukan diseluruh dunia 
adalah selalu "orang-orang asing".

Jadi saya meyakinkan masyarakat di barat sini : " Kami disini sebagai tamu 
kalian. Ini tanah air kalian." Begitukah ? Kalian tidak bisa tinggal 
disini,kecuali di makam. Tanah air kalian adalah didalam kuburan, bukan diatas 
tanah. Bersyukurlah, tidak seorangpun mengomeli kita di kuburan, tidak ada yang 
mencegah kita untuk tidak dikubur. Penggali kubur membersihkan
debu di tangannya lantas dia pergi, dan bumi menerima kita tanpa diskriminasi. 
Hanya manusia di atas bumi yang sibuk dengan membuat perbedaan. Oleh karena itu 
penerimaan tingkat tinggi yang berasal dari Tuhan jarang ditemukan. Namun Allah 
mengajari kita : " Kalian harus mengerti siapa Aku. Aku-lah Sang Pencipta semua 
manusia dan apapun yang mereka perbuat. Pahami ini dan kalian akan meraih 
kedamaian serta meninggalkan segala omelan."

Ketika aku dengan Grandsyaikh melakukan Tawaf di Mekkah, di rumah Allah Allah, 
Ka’bah. Grandsheikh berkata padaku : " Lihatlah ke atas sana !" Ketika aku 
melihatnya, diatas kepala-kepala manusia yang sedang berjejal-jejal ada 
sekelompok orang juga sedang melakukan Tawaf. Namun mereka dalam maqam yang 
berbeda. Tenang, damai dan santun. Padahal mereka juga
manusia, bukan malaikat. Mereka adalah golongan yang telah mencapai maqam 
dimana mereka melihat apapun yang terjadi, berasal dari Allah, mereka telah 
meninggalkan kesusahan dalam mengejar dunia.

Tetapi bersamaan dengan itu, di bawah mereka, manusia-manusia berjejal-jejal 
karena kurang akan keyakinan. Saling mendorong, menyikut dan menginjak-injak. 
Ada kelompok-kelompok yang saling mengunci tangannya dan menyikut kerumunan, 
bergerak lurus dengan kecepatan tinggi, melempar mereka yang naas nasibnya 
jatuh atau terpelanting ke udara. Ada sikut-sikut orang di rusukku, tumit orang 
di jempol kakiku. Namun diatas kami, mereka yang telah pasrah akan kehendak 
Allah, tidak lagi membutuhkan bumi dibawah kaki mereka.

Sekarang, mungkin kalian menganggap hal semacam itu adalah mustahil. Menganggap 
aku sedang mendongeng, namun ketika diberitahu ada pesawat sedang terbang, 
kalian langsung mempercayainya. Jika manusia mampu membuat besi bisa terbang, 
apakah Tuhan tidak mampu menjadikan manusia terbang ? Mereka berada dalam 
kedamaian Tuhan dan segala ciptaan-Nya mampu mengangkatnya. Kita telah 
ditunjukkan ‘jalanan yang lebih tinggi’ dalam pandangan KeEsaan-Nya, dan kita 
diminta bersabar dalam segala kejadian yang tidak kita senangi dengan mengingat 
Sumber Penyebabnya. Inilah latihan terbaik bagi ego-ego kita. Jalani latihan 
ini, atau kalian akan terus bersusah payah sampai menuju liang lahat nanti.

"Wahai manusia, jika kalian berusaha keras menuju Tuhan-mu, maka kalian akan 
berjumpa dengan-Nya." Tuhan Yang mengajarkan kita bahwa usaha keras kita akan 
dunia, pengejaran kita dari timur sampai barat, dari sini ke sana, siang malam, 
tanpa kita sadari, tidak lain adalah perlombaan kita menuju Samudra Ke-Esaan 
Tuhan Yang tiada akhirnya. Namun kita belum
menyadarinya sekarang. Ruh kita mencari Tuhan-nya, sehingga kemanapun kita 
bergerak, tidak ada arah lain kecuali menuju ke hadapan-Nya.

Wa min Allah at Tawfiq

ACARA SYAIKH HISHAM KABBANI QS
Jadwal Safari Maulid dan Zikir bersama Syekh Hisyam Kabbani QS:

26 Mei 2009 20.00-22.00WIB
Zikir dan Tausiyah di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta

27 Mei 2009 20.00-23.00WIB
Maulid Nabi SAW di PPAT Wonopringgo, Pekalongan bersama K.H.Taufiqurrohman 
as-Subki

28 Mei 2009 20.00-23.00 WIB
Zikir dan Tausiyah di Zawiyah Erlangga, Semarang

29 Mei 2009 20.00-23.00 WIB
Maulid Nabi SAW di Masjid Agung Surakarta bersama Habib Syech bin Abdul Qadir 
Assegaf

30 Mei 2009 20.00-23.00 WIB
Maulid Nabi SAW di Masjid Agung Istiqlal bersama Habib Hasan bin Ja'far Assegaf 
dan Majelis Taklim Nurul Musthofa

31 Mei 2009 20.00-23.00 WIB
Mauilid Nabi SAW di Secapa Polri Sukabumi
bersama Ust. Ece Supriatna Mubarok dan ulama se Jawa Barat

wasalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com
www.rumicafe.blogspot.com


      

Kirim email ke