Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan 
menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya "teori ekonomi kerakyatan"
;-))

"Devil is in the detail"


  ----- Original Message ----- 
  From: sunny 
  To: Undisclosed-Recipient:; 
  Sent: Sunday, May 31, 2009 6:31 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Neolib





  http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/31/headline/index.html

  Edisi 31 Mei 2009

  Neolib
  Putu Setia 

  Di sebuah warung berlabel "minimarket" di kawasan Ubud, Bali, saya terkejut 
menyaksikan adegan ini. Seorang anak muda tergopoh-gopoh menuju rak obat dan 
bertanya kepada pelayan: "Ada neolib?" 

  Ia tak bergurau mengucapkan kata itu. Pelayan, perempuan yang juga muda, 
menjawabnya dengan kalem, jauh pula dari nada canda: "Neolib untuk flu, apa 
neolib untuk nyeri?" Si lelaki menjawab cepat: "Neolib untuk flu." Pelayan 
memberikan satu bungkus tablet bergambar kepala orang. Transaksi terjadi, lalu 
anak muda itu pergi. 

  Setengah penasaran, saya mendekati pelayan. "Kenapa obat yang sudah populer 
itu disebut neolib?" Barulah pelayan itu tersenyum, manis juga, dan khas 
pelayan warung di kawasan pariwisata. "Di sini orang sudah terbiasa dengan 
pelesetan yang dipopulerkan televisi. Semua obat dengan awalan neo disebut 
neolib, makanya saya tanya, neolib untuk flu atau nyeri. Sering pula disebut 
neolib tablet atau neolib krim," ujar si pelayan. 

  Konon, pelesetan itu awalnya saja menimbulkan nada canda. Begitu lewat tiga 
hari, apalagi seminggu, pelesetan sudah tak ada nada candanya lagi, sudah 
biasa-biasa saja. Ternyata banyak juga jenis "pelesetan politik", bukan hanya 
neolib. Kalau ada orang yang sebelumnya jarang bergaul atau enggan menyapa, 
lalu tiba-tiba jadi ramah, orang itu dijuluki: "kerakyat-rakyatan". Misalnya: 
"Pak Dogler sekarang kerakyat-rakyatan, pasti ada maunya." 

  Anehnya, julukan "kerakyat-rakyatan" hampir selalu berkonotasi negatif. Ada 
temannya yang lain. Ketika seorang pengendara sepeda motor meraung-raungkan 
mesin motornya saat melintas di depan minimarket itu, petugas parkir berteriak: 
"Lanjutkan, lanjutkan, lebih cepat lebih baik mati." Begitu pula ketika petugas 
parkir menggoda cewek, pedagang bakso menggoda: "Pak Parkir, lanjutkan, 
lanjutkan, mumpung istri tak ada...." 

  Apa tahu arti neolib? Ini pertanyaan yang saya ajukan kepada pelayan warung, 
pedagang bakso, dan petugas parkir. Pelayan hanya tertawa karena memang tak 
tahu. Pedagang bakso juga tertawa, lalu dia bilang: "Saya belum gila, tak perlu 
neolib." Dan ini jawaban petugas parkir, agak panjang: "Itu kan dagelan 
bapak-bapak di televisi. Semua bersilat kata. Semua mengaku pintar. Semua 
mengaku dekat rakyat. Kita nonton senang saja, banyak kata baru untuk bahan 
becanda." Saya tanya, kalau diberi kesempatan bicara, mau bilang apa kepada 
bapak-bapak itu. Tak lama berpikir, petugas parkir berkata: "Berhenti saja deh 
ngomong membela rakyat, kok nggak tahu malu, ya. Kan kelakuannya sudah 
diketahui rakyat." 

  Malam ini, mungkin besok malam pula, kata neolib boleh jadi masih beredar. 
Pesaing pasangan SBY-Boediono terus menghunjamkan istilah neolib ini untuk 
menyerang. Boediono jadi sasaran tembak oleh orang-orang yang berada di kubu 
JK-Win dan Mega-Prabowo. Tembakan yang berhasil, bukan karena penembak yang 
piawai, tapi lantaran Boediono mau menyediakan diri bersibuk-sibuk membantah. 
Ia menari dalam irama gendang lawannya. 

  Jadi Boediono memang lugu dan "kurang mahir" berakrobat politik. Tidak hanya 
dituduh membawa paham neolib, tapi juga disebut "mbahnya neolib" atau seperti 
yang dibilang tim suksesnya Mega-Pro, "ayatulahnya neolib". Sampai kapan 
Boediono terus menari? 

  Padahal isu neolib sudah ditertawakan masyarakat. Bahkan slogan yang 
diembel-embeli "kerakyatan" juga dicibir. Orang desa yang lugu bertanya: "Para 
jenderal yang bertarung itu kok bisa kaya sekali, berapa gajinya sebagai 
tentara? Sekarang ngaku membela rakyat, apa nggak nilep uang rakyat 
sebelumnya?" Mungkin ini perlu jawaban.

  [Non-text portions of this message have been removed]



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke