Barusan kemarin jalan2 ke ratu plaza yg banyak jual film bajakan.
Film ini juga belum ada bajakannya, padahal di bioskop 21 sudah lama main.
Artinya memang film2 India masih belum populer kecuali kalo bisa menang Oscar.
Seperti slumdog millionaire itu memang sangat sangat bagus.
Nonton berkali-kali juga gak bosen.

Salam, 
l.meilany
  ----- Original Message ----- 
  From: Ari Condro 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 05, 2010 5:38 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] My Name Is Khan dan Derita Muslim Versi 
Bollywood


  tanya :

  1. apa seluruh pegawai suara hidayatullah sudah diwajibkan nonton film ini ?
  karena 21 di sby kayaknya sepi sepi aja untuk slot film yang satu ini.

  2. kalau baca artikelnya, sepertinya sudah pada tahu kalo
  rasisme/diskriminasi apalagi yg memakai dasar diskriminasi agama itu jelek,
  tapi kok hidayatullah sepertinya sering menyuarakan perlakuan beda pada yang
  agamanya beda atau minoritas ya ?  agak heran aja dengan cara refleksi
  baliknya yang tidak tercermin pada kelakuan sendiri.

  salam,
  Ari


  2010/3/5 cak lis <cak...@yahoo.com>

  >
  >
  >
  >
  > Sumber:
  > http://www.hidayatullah.com/kolom/sudut-pandang/10930?task=viewDeritaMuslim 
Versi Bollywood
  >
  >
  >
  >
  > Wednesday, 03 March 2010 13:35
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > //Film tentang nasib umat Islam pasca 11 September ini membludak di AS
  > dan Inggris. Tapi didemo partai Hindu militan di India. Kekerasan
  > minoritas muslim di India sering terjadi//
  >
  > Oleh: Amran Nasution
  >
  > Hidayatullah.com--My Name Is Khan adalah film India biasa, berkisah tentang
  > percintaan manusia. Ini adalah love story.
  > Tapi alur cerita serta setting yang melatari cerita --kota San
  > Francisco, Amerika Serikat, setelah dua menara kembar WTC rubuh
  > diserang teroris, 11 September 2001-- menyebabkan film ini berbeda.
  >
  > My Name Is Khan
  > praktis menjadi media memberitahukan dunia apa yang sesungguhnya
  > terjadi di Amerika Serikat setelah 11 September. Lebih dari itu, film
  > ini mengungkap derita kaum muslim Amerika Serikat setelah serangan
  > teror World Trade Center (WTC), New York, sesuatu yang selama ini tak
  > banyak diketahui publik dunia, termasuk masyarakat Indonesia.
  >
  > Mereka
  > jadi korban fitnah, dituduh teroris oleh polisi atau FBI. Banyak yang
  > ditangkap, diperiksa dengan siksaan, untuk kemudian dilepaskan karena
  > tak ada bukti. Itu masih belum apa-apa. Tak terhitung jumlah muslim
  > menjadi korban pengeroyokan atau penganiayaan dari orang-orang Amerika
  > yang marah di jalan-jalan. Para wanita dilecehkan, dibuka paksa
  > jilbabnya. Banyak rumah atau properti milik muslim dijarah atau
  > dirusak. Semua itu rasis. Bagaimana tidak?
  >
  > Ada segerombolan
  > orang Arab dipimpin Usamah Bin Ladin, dituduh melakukan teror dengan
  > menubrukkan pesawat  terbang ke gedung World Trade Center. Akibatnya,
  > dua menara kembar rubuh, dan sekitar 3000 orang di dalamnya tewas.
  > Peristiwa ini amat mengerikan.
  >
  > Tapi mengapa yang jadi korban
  > pembalasan adalah  umat Islam Amerika Serikat -- berjumlah sekitar 7
  > juta di antara 300 juta penduduk-- yang tak tahu menahu peristiwa teror
  > itu? Jelas ini terjadi akibat sikap rasisme yang masih bersemayam di
  > lubuk hati banyak orang Amerika Serikat. Sikap inilah dulu yang
  > menyebabkan terjadi pemusnahan (ethnic cleansing) terhadap orang Indian di
  > Benua Amerika, atau perbudakan selama ratusan tahun terhadap orang kulit
  > hitam dari Afrika.
  >
  > Perlakuan
  > rasis kepada muslim setelah 11 September memang memalukan. Soalnya,
  > Amerika Serikat selama ini selalu ditonjolkan sebagai negara kampiun
  > demokrasi, pendukung persamaan hak, dan pelindung hak asasi manusia.
  > Padahal melalui My Name Is Khan telah dipertontonkan betapa
  > jelek Amerika Serikat setelah Peristiwa 11 September. Polisinya jelek,
  > wartawannya jelek, tetangganya jelek, bahkan remajanya pun jelek. Semua
  > tak bersahabat. Semua penuh kebencian dan rasis.
  >
  > Tetap Terasa India
  >
  > Di atas sudah disebutkan, My Name Is Khan adalah kisah love story
  > yang romantik. Sebagaimana kebanyakan film Bollywood, ia kemudian
  > menjadi melankolis, dengan adegan-adegan yang menguras air mata, untuk
  > akhirnya  diselesaikan dengan happy ending.
  >
  > Film ini
  > bercerita tentang seorang pemuda muslim asal Mumbai, India, bernama
  > Rizwan Khan, diperankan Shah Rukh Khan (aktor paling top dunia saat
  > ini), pergi merantau ke San Francisco.  Kedatangannya ke Amerika
  > Serikat atas sponsor adik kandungnya, Zakir, yang sudah lebih dulu
  > menetap di sana, dan sukses.
  >
  > Rizwan menderita Asperger's syndrome,
  > sejenis penyakit autis yang lebih ringan. Hal itu membuatnya tampak
  > beda dengan manusia lain. Ia genius, mampu menghitung angka-angka yang
  > rumit, bisa memperbaiki nyaris semua jenis mesin, tapi kesulitan
  > berinteraksi dengan tempat atau orang baru. Ia amat takut warna kuning.
  >
  > Atas
  > bantuan Zakir, Rizwan bekerja menjadi pramuniaga produk herbal untuk
  > kecantikan. Semua berjalan lancar. Rizwan, Zakir dan istrinya, Haseena,
  > seorang psikolog yang memakai jilbab, tampak hidup rukun. Mereka taat
  > beribadah.
  >
  > Dalam pekerjaannya, Rizwan berkenalan dengan seorang
  > perawat kecantikan, Mandira, diperankan artis nomor 1 India, Kajol
  > Devgan. Janda yang ditinggalkan suaminya ini memiliki satu anak, Sameer
  > alias Sam.
  >
  > Rizwan dan Mandira saling jatuh hati lalu menikah dan
  > menetap di luar San Francisco. Di tempat itu mereka mengusahakan salon
  > kecantikan kecil. Mandira maupun Sameer menambahkan Khan di belakang
  > nama mereka. Keluarga ini akrab dengan tetangganya, Mark, seorang
  > wartawan, tinggal bersama istrinya Sarah dan anaknya Reese.
  >
  > Semua berbunga-bunga. Hanya saja beda dengan film India biasanya, tak ada
  > adegan tari dan nyanyi di dalam  My Name Is Khan. Sebagai ganti, sejumlah
  > lagu dijadikan ilustrasi untuk menghiasi adegan tertentu. Dengan demikian
  > film ini tetap terasa India.
  >
  > Kemudian
  > terjadilah peristiwa 11 September celaka itu.  Mark, tetangga mereka
  > yang wartawan, ditugaskan meliput perang di Afghanistan. Ia terbunuh di
  > sana. Sejak itu, sang anak, Reese, teman akrab Sameer, berubah menjadi
  > musuh. Karena namanya, Sameer rupanya dianggap orang Afghanistan.
  >
  > Haseena
  > dikeroyok sejumlah lelaki hanya karena memakai jilbab. Trauma pada
  > kejadian itu ia sempat melepas jilbab untuk sekian lama. Penduduk
  > muslim lainnya mengalami nasib serupa: toko dirusak, rumah ditimpuk,
  > atau orangnya dikeroyok. Malah tak sedikit orang India penganut Sikh -
  > yang memakai serban di kepala - jadi korban karena disangka orang
  > Afghanistan dan Muslim. Jadi sekali lagi, semua ini menggambarkan
  > betapa sikap rasis masih berkembang subur di dalam masyarakat Amerika
  > Serikat.
  >
  > Nasib paling parah diterima Sameer. Diawali
  > pertengkaran dengan Reese, ia dikeroyok sejumlah remaja bule hanya
  > karena kulitnya hitam. Sebenarnya Reese mencoba menyelamatkan Sameer,
  > tapi tak berhasil. Dalam keadaan sekarat Sameer sempat dibawa ke rumah
  > sakit namun nyawanya tak tertolong.
  >
  > Rizwan sedih sekali atas
  > nasib putra tirinya. Tapi yang terguncang adalah sang ibu, Mandira. Ia
  > anggap ''bencana'' yang menimpa mereka karena nama Khan.  Maka Rizwan
  > sebagai biang bencana diusirnya. Ia perintahkan Rizwan mengatakan
  > kepada orang Amerika, termasuk Presiden Amerika Serikat:  bahwa namanya
  > Khan, tapi ia bukan teroris (My name is Khan, and I am not a terrorist).
  >
  > Rizwan
  > pun ikhlas melakukannya. Ia mengembara seorang diri. Dalam
  > pengembaraan, ia berhasil menghadiri sebuah acara terbuka yang dihadiri
  > Presiden George W. Bush. Dengan susah-payah ia coba mendekati Presiden
  > sembari terus berteriak: My name is Khan, I am not a terrorist. Belum
  > sempat teriakan itu didengar Bush, para pengawal meringkusnya. Ia dicurigai
  > sebagai teroris.
  >
  > Apa
  > yang ia alami kemudian sungguh menyakitkan: ia dimasukkan ke ruangan
  > bersuhu panas, lalu dipindah ke ruangan yang amat dingin. Berbagai
  > siksaan lain harus ia terima. Agaknya film ini mengadopsi cara-cara
  > badan intelijen Amerika, CIA, memperlakukan tahanan di  berbagai
  > penjara rahasia yang bisa dibaca di berbagai buku atau koran. Toh
  > akhirnya Rizwan harus dibebaskan karena tak terbukti sebagai teroris.
  > Itu juga berkat bantuan tiga wartawan India.
  >
  > Nama Rizwan
  > kemudian melambung menjadi pahlawan di televisi karena menyelamatkan
  > penduduk sebuah desa di Georgia yang diterjang banjir. Kebetulan
  > penduduk desa itu orang kulit hitam dan sama sekali tak beroleh bantuan
  > atau pertolongan dari mana pun, termasuk dari pemerintah. Setelah
  > berita ramai di televisi, bantuan datang dari orang-orang muslim yang
  > dikoordinasikan Haseena dan suaminya, Zakir.
  >
  > Adegan ini
  > tampaknya diilhami tragedi banjir bandang di New Orleans, Louisiana,
  > akibat badai Katrina pada 2005. Peristiwa ini merupakan salah satu
  > bencana alam terbesar di Amerika Serikat  - dengan hampir 2000 korban
  > jiwa. Mayoritas korban adalah masyarakat kulit hitam dan berhari-hari
  > tak dapat bantuan dari pemerintah. Peristiwa ini menyebabkan Presiden
  > Bush dikecam keras oleh terutama masyarakat kulit berwarna Amerika
  > Serikat.
  >
  > Pembunuhan Muslim Gujarat
  >
  > Akhirnya happy
  > ending itu tiba. Mandira terhibur setelah polisi menangkap para remaja
  > yang membunuh anaknya, berkat kesaksian Reese yang terus tersiksa oleh
  > rasa bersalah atas tragedi itu. Mandira pun mencari Rizwan ke Georgia.
  > Mereka berdua menghadiri sebuah acara pertemuan Presiden Barack Obama
  > yang baru terpilih menggantikan George Bush, dengan para pendukungnya.
  >
  > Mereka berhasil bertemu dengan Presiden baru itu. "Namamu Khan dan kau
  > bukan teroris (Your name is Khan and you are not a terrorist),''
  > ujar Obama kepada Rizwan di hadapan ribuan hadirin. Dengan pengakuan
  > Obama, maka selesailah tugas pengembaraan Rizwan seperti diperintahkan
  > Mandira. Setidaknya dia telah membuktikan bahwa tak semua Muslim itu
  > teroris. Kedua sejoli pun kembali bersama.
  >
  > My Name Is Khan
  > dirilis pertama kali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 10 Februari lalu.
  > Dua hari kemudian film ini beredar di Eropa, Amerika Serikat, Kanada,
  > Australia, dan bagian dunia lainnya, termasuk di India atau Indonesia.
  > Di berbagai tempat film ini dikabarkan memecahkan rekor penonton film
  > India, seperti di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. My Name Is Khan
  > hanya
  > tambah memperkuat dominasi Bollywood - pusat perfilman India di Mumbai
  > -- atas perfilman dunia sekarang, setelah mengungguli Hollywood.
  >
  > The New York Times,
  > 13 Februari lalu, dalam resensinya menyebutkan adalah menarik melihat
  > Amerika melalui lensa Bollywood, sekali pun yang diceritakan cuma
  > dongeng. Misalnya, yang paling mengesankan dari film itu tentang
  > hubungan antara orang muslim (India) dengan orang kulit hitam Georgia.
  > "Khan dengan mudah memancing air mata, sembari mengajarkan tentang
  > Islam dan toleransi," tulis koran utama Amerika Serikat itu.
  >
  > Toleransi? Kata-kata itu kian sulit dipraktikkan sekarang. Di India
  > sendiri, My Name Is Khan beredar
  > di tengah ancaman kekerasan dari para pendukung Shiv Sena, partai Hindu
  > radikal yang sangat anti-Islam. Shiv Sena berarti bala tentara Shivaji,
  > Raja Hindu yang dulu berperang melawan kekuasaan Imperium Moghul yang
  > Islam, yang menguasai India di abad ke-16 sampai tengah abad ke-19.
  >
  > Sejumlah gedung bioskop tak berani memutar My Name Is Khan.
  > Ketika film ini dirilis di Mumbai, 12 Februari lalu, ribuan polisi
  > terpaksa dikerahkan mengawal gedung bioskop dari aksi Shiv Sena.
  > Kelompok itu sempat menurunkan pamplet dan poster film dari  berbagai
  > gedung. Guna mengamankan pemutaran film sekitar dua ribu pendukung
  > partai radikal itu terpaksa diamankan polisi.
  >
  > Sebenarnya aksi
  > Shiv Sena, menurut banyak pengamat, berfokus pada pemeran utama film
  > itu, Shah Rukh Khan, aktor paling top India yang kebetulan beragama
  > Islam. Akhir bulan lalu, Shah Rukh Khan yang memiliki klub kriket
  > mempertanyakan daftar para pemain liga primer India yang tak
  > mencantumkan satu pun pemain asal Pakistan. Padahal banyak pemain
  > Pakistan masuk kelas pemain terbaik dunia.
  >
  > Pernyataan Khan
  > membuat marah pemimpin utama Shiv Sena, Uddhav Thackeray, mantan
  > karikaturis yang sudah berusia 84 tahun. Di mata Thackeray, itu sebagai
  > bukti bahwa artis yang sering digelari King Khan ini, sama sekali tak
  > peduli pada serangan teroris dari Pakistan di Mumbai pada 2008.
  > Thackeray menuntut Khan harus minta maaf secara terbuka. Khan menolak
  > karena merasa tak bersalah.
  >
  > Ketika Shiv Sena beraksi di Mumbai, Khan yang oleh Majalah Newsweek dipilih
  > sebagai salah satu dari 20 tokoh paling berpengaruh dunia, sedang
  > berkeliling di luar negeri mempromosikan filmnya. Melalui twitter, Khan
  > menulis bahwa ia tak ingin filmnya mengganggu suasana kota
  > kelahirannya. "Saya harap perdamaian menang dan kota dalam keadaan
  > tenang,'' tulisnya. Untuk diketahui penduduk muslim yang berjumlah
  > 140-an juta di antara 1 milyar penduduk India, sering kali menjadi
  > korban kekerasan kelompok mayoritas Hindu.
  >
  > Di Mumbai, misalnya,
  > di tahun 1993 meletus kerusuhan anti-Islam yang antara lain dikobarkan
  > Partai Shiv Sena. Pada tahun 2002, merebak kerusuhan anti-Islam di
  > Gujarat selama beberapa bulan, menyebabkan 2000-an muslim terbunuh.
  >
  > Seperti dideskripsikan Profesor Martha Nussbaum, pakar hukum dan etik dari
  > University of Chicago di dalam bukunya The Clash Within
  > (Harvard University Press, 2008), pembunuhan kaum muslim di Gujarat
  > oleh kelompok radikal Hindu amat kejam. Yang dibantai bukan hanya
  > wanita dan anak-anak, tapi orok dalam kandungan. Wanita hamil
  > dikeluarkan oroknya, lantas dilemparkan ke tengah kobaran api.
  > Pemerkosaan terhadap wanita muslim banyak terjadi. Setelah diperkosa
  > mereka juga dibuang ke api menyala.
  >
  > Yang lebih parah, kerusuhan
  > ini melibatkan institusi polisi, intelijen, atau birokrat Hindu, bahkan
  > buku tadi menyebut nama Ketua Menteri Negara Bagian Gujarat, Narendra
  > Modi, dari partai Hindu, Bharatiya Janata (BJP). Banyak bukti
  > ditemukan, seperti foto-foto atau rekaman video, yang menunjukkan
  > keterlibatan Bajrang Dal, paramiliter kelompok sayap kanan Hindu, dalam
  > pembantaian sadistis itu.
  >
  > Setelah kerusuhan, banyak properti
  > milik Muslim yang ditinggalkan, diambil alih orang-orang Hindu. Itulah
  > yang terjadi di India, yang sering dibanggakan sebagai negeri
  > demokratis. Dalam salah satu artikel yang ditulisnya, Profesor Nussbaum
  > menyesalkan peristiwa pembantaian Gujarat kurang mendapat liputan pers
  > internasional. Seakan-akan karena korbannya orang Islam, bisa dibiarkan
  > begitu saja. [www.hidayatullah.com]
  >
  > Penulis adalah mantan Redaktur GATRA dan TEMPO. Kini,  bergabung dengan IPS
  > (Institute for Policy Studies) Jakarta
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >  
  >


  [Non-text portions of this message have been removed]



  ------------------------------------

  =======================
  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

  Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke