Gak bisa ditrace ya gak bisa ditrace, mau gara-gara tersembunyi, tak terbukti, atau orangnya sudah pada meninggal sebelum sempet dikonfirmasi, ya sama saja... gimana sih Eyang nih :-(
Jika masih mungkin ditrace, ya ditrace dulu baru dipake dan disebarluaskan... itu lah teladan imam Bukhari yang lurus... tapi kalo ada maunya sih, bisa saja disebarluaskan tanpa bukti yang kuat... namanya juga politik... dan itu berarti Eyang melakukan politicking... hehehehe apakah itu termasuk jual ayat dg harga yang sedikit? wallahua'lam deh, terserah... ----- Original Message ----- From: H. M. Nur Abdurahman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, March 15, 2010 8:22 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat ----- Original Message ----- From: "Ary Setijadi Prihatmanto" <ary.setij...@gmail.com> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Monday, March 15, 2010 20:35 Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat Data sekunder yang tidak bisa ditrace ke data primer itu sama sekali tidak bisa digunakan. ################################################################# HMNA: Beda dengan Hadits karena perawi yang menjadi rantai sanad itu sudah meninggal semua jadi tidak bisa citrace. Itu berbeda dengan kasus-kasus kontemporer.. Contoh, misalnya itu data primer dari Gurita Cikeas saya dengar sudah ada beberapa yang ingin bergelar doktor berupaya men-trace data primernya. Itu data opsii C hasil penyelidikan Pansus, yang telah menjadi ketetapan Sidang Paripurna DPR adalah data sekunder. Menyangkut substansi korupsi, data sekuder itu berguna bagi KPK untuk meningkatkannnya menjadi penyidikan, yang hasilnya nanti berupa data primer. ################################################################## Itulah teladan ilmu hadits. Kalo tidak bisa dilacak ke sumber aslinya, ya dhaif lah... lemah... Tidak bisa dijadikan rujukan hukum. Termasuk urusan Gurita Cikeas sekalipun ;-) Itu kalo mau meneladani ilmu hadits loh... ----- Original Message ----- From: H. M. Nur Abdurahman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, March 15, 2010 11:48 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat ----- Original Message ----- From: "Dwi Soegardi" <soega...@gmail.com> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Monday, March 15, 2010 11:36 Subject: Re: [wanita-muslimah] Hadits ttg Kencing Unta Sebagai Obat data sekunder apa dalam kisah Cousteau ini? Data primernya apa? kayaknya sih cuma "hearsay" rumor yang ngga ada buktinya. Coba Abah baca ini http://www.muslimtents.com/aminahsworld/Hadiths_of_the_fly.html tentang dua hal lalat dan kencing unta, tapi masih mending ada beberapa referensi yang bisa dilacak, tinggal siapa mau melacaknya untuk mencari kebenaran, bukan sekedar menurunkan tulisan tapi berlepas tangan perkara itu hoax atau beneran. Setelah googling "ambaza mouski," "amofterali" semua tidak ada hasil, saya google nama orang ini Dr Muhammad el-Samahy "Dr. Muhammad M. el Samahy (Universitas Al Azhar, Mesir) telah menulis sebuah artikel yang menceritakan bahwa para pakar mikrobiologi telah menemukan adanya sel-sel dengan posisi membujur yang hidup sebagai parasit di perut lalat. Ketika lalat dicelupkan seluruhnya ke dalam air, terjadi perubahan tekanan osmosis yang menyebabkan sel pecah." ############################################################## HMNA: Inilah yang saya maksud dengan data sekunder, sedangkan data primer adalah di mana Dr. Muhammad M. el Samahy mengambilnya refernsi Dan dari publikasi umum itu (yang bukan jurnal ilmiyah) biasanya para penulisnya tidak menyebutkan referensi. Itu penulis Gurita Cikeas referensinya adalah data sekunder, yaitu dari publikasi umum. Begitu pula dengan kasus Cousteau saya mengambilnya dari data sekunder, yaitu dari publikasi umum yang tidak menuliskan refernsi . ############################################################## Tadinya saya berharap dia pakar mikrobiologi kondang yang bisa diandalkan, ternyata Ketua Jurusan Ilmu Hadis univ Al-Azhar ..... Tapi minimal hasil googling dapat artikel dari muslimtents.com itu. Ada istilah "musca domestica" (lalat rumah), tampaknya dekat2 dengan mouski (di ambaza mouski). Kecurigaan saya artikel yang dikutip Abah tampaknya diambil dari tulisan bahasa Arab, sehingga "mouski" yang tampaknya berarti lalat, ditulis sedemikian rupa. Beberapa tahun lalu ada yang rajin menerjemahkan artikel bahasa Arab, salah satunya tentang universitas di Jepang. Ditulis "Shuwa University," yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Saya coba menerka-nerka apakah sebenarnya "Showa Univ"? Tapi kok beda dengan yang dimaksud di artikel. Untunglah ada seorang Jepang yang fasih berbahasa Indonesia, yang memberitahu bahwa tampaknya itu "Chuo Univ" ..... Waduh jauh sekali ejaannya :-( Barangkali "chuo" (jepang) --> diarabkan jadi "syin wawu" kemudian diindonesiakan jadi "syuwa" .... Karena itu kalau Abah ambil istilah itu dari artikel bahasa Arab, harap berhati-hati. Kalau ngga salah "mikrab" itu juga tidak familier, karena kita biasanya mengenalnya dengan "mikroba." nah kira-kira "ambaza" itu bisa dikembalikan ke istilah awalnya ngga? Satu hal lagi dari artikel muslimtents.com itu bagian akhirnya: "Despite the abundance of supporting evidence for the authenticity of these medicinal narrations (camel and fly) on the one hand and for their scientific viability on the other, certain voices continue to reject them on both counts. Principle skepticism of authentically transmitted narrations that pertain to facts demonstrated by ancient and modern science, or whose scientific worth is just now coming into view, is the wont of stagnant minds and diseased hearts for which there is no cure save the mercy of our Lord." Menarik, sesuai dengan sinyalemen Miftahulzaman, ada pihak-pihak yang tidak suka kalau kencing unta dan lalat menjadi bukti kebenaran! Tapi herannya penelitian2 yang dikutip di artikel itu, misal dari Colorado State U, U Pittsburgh, U Calgary, .... bukannya dari Unhas, Al-Azhar, atau U Tehran .... :-( salam, =Dwi [Non-text portions of this message have been removed]