Saya tergelitik untuk ikut nimbrung. 

Pimpinan dan komandan yang berhasil biasanya juga mengakui dan melihat bahwa
selalu ada dua sisi urusan, yaitu urusan"terang" and urusan "gelap". Terang
dan gelap harus bisa dikendalikan (managed) dengan baik secara bersamaan,
sebab keduanya menentukan keberhasilan pimpinan mencapai tujuan. Kalau yang
di managed hanya satu bagian maka bagian lain akan jadi penghalang
keberhasilan yang bersangkutan untuk mencapai tujuan.

Nah disini kuncinya. Komandan atau pimpinan yang berhasil bisasanya "ahli"
di kedua bidang "gelap" dan "terang". Yang penting niatnya, adalah untuk
memajukan dan berkiprah ditempat terang sambil mengendalikan yang gelap2
serta kalau bisa mengubah yang gelap menjadi terang.

Yang kita cari sebenarnya adalah komandan yang bisa memenangkan perang,
apapun bentuk perangnya. Kalau berperang dengan tukang tipu maka komandan
yang kita cari tentu yang ahli didalam tipu-menipu

Salam
Indraadjaja Dalel


 -----Original Message-----
From:   Budiono [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent:   Thursday, November 01, 2001 10:28 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        [yonsatu] Re: Negara atau Pemerintah ?

Hi Bang !

Pandangan saya, baik Presiden maupun menterinya wajib tunduk pada UUD dan
berorientasi pada "kesejahteraan rakyat". Masing-x2 menteri mengatur pada
bidangnya. Dalam Departemennyalah, tiap menteri mengatur, siapa yang
bertugas "operasional" dan siapa yang bertugas "menata". Persis seperti
organisasi pemasaran. Ada yang  berfungsi "hunter" dan ada yang "farmer".
Sebab kalau tidak, akan terjadi organisasinya rapi,  tapi target tak
tercapai atau target tercapai tapi tidak rapi, misalnya ada penyimpangan
hukum ataupun finansial

Saya lihat, pembentukan kabinet, selalu dikedepankan akhlak dan perimbangan
kekuatan politik dulu, ini "wajibnya", baru profesionalismenya, atau
"sunahnya". Padahal, menteri adalah operasional, jadi seyogyanya
profesionalisme menjadi "wajibnya" dan  akhlak serta  perimbangan kekuatan
politik menjadi "sunahnya". Karena yang dituntut rakyat dari Presiden adalah
"hasil" perbuatan bukan "kebenaran"nya mengatur. Atau bukan kebaikan
Presiden tapi manfaat tindakan Presiden.

Bukankah dalam hidup ini, intinya, kita musti pandai-x2 menentukan mana
"wajib" dan mana "sunah" ?. Seperti juga pertempuran, kemenangan,
ditentukan oleh kepandaian kita mengatur kapan bertahan dan kapan menyerang.
Bukankah pula telah difirmankan bahwa "Aku ciptakan secala sesuatu
berpasangan". Jadi, pandai-x2  kita menentukan pasangan dan mengaturnya mana
yang dikedepankan dan mana yang dikeblakangkan, disitulah kebahagiaan akan
dicapai.

Coba saja shalat tiap menit dan tidak menjalankan perbuatan sebagai mahluk
hidup, apa kita bisa merasakan nikmatnya diberi kehidupan meskipun semua
orang mengatakan  kita orang baik...... .......katanya .....dan....ini
...kalau percaya. he....he...he...he


Budiono.K

----- Original Message -----
From: "Bambang Subianto" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, October 25, 2001 2:35 PM
Subject: [yonsatu] Re: Negara atau Pemerintah ?


> On Thursday, October 25, 2001 1:46 PM Syafril Hermansyah wrote to
> <[EMAIL PROTECTED]> :
> > Kalau  melihat  ke  UUD  45, tugas pokok Negara adalah mensejahterakan
> > rakyat. Apapun layak dilakukan oleh Negara untuk mencapai tujuan itu.
> > Presiden  adalah  Kepala Negara dan sekaligus kepala Pemerintahan, dan
> > dalam menjalankan pemerintahanan dibantu oleh menteri-2x.
> >
> > Pertanyaannya   :   apakah  kabinet itu memang sebaiknya perlu di bagi
> > ada  yg  orientasinya  "mengatur"  (govern)  dan  ada  yg orientasinya
> > "mensejahterakan  rakyat"  atau  memang  menjadi  tugas  semua anggota
> > kabinet mengurus keduanya ?
> >
> 1.    Pendapat saya : tugasnya, atau lebih tepat misinya, ya  itu
> "mensejahterakan rakyat". Mengenai "mengatur" tidak tepat disebut sebagai
> tugas. "mengatur" adalah tindakan, langkah atau keputusan yang seharusnya
> dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditugaskan.
> 2.    Sayangnya, kecenderungan yang bisa diamati adalah : "mengatur" itu
> menjadi tidak atau sulit dilihat kaitannya dengan pencapaian sasaran. Bisa
> karena kurang paham caranya, bisa karena memang yang dianggap sebagai
tugas
> adalah "mengatur" itu per-se. Kalau sudah begitu lalu menjadi : mengatur
> buat apa atawa untuk siapa. Katanya di Indonesia ini yang penting "sinten"
> (siapa) dan/atau "pinten" (berapa (duit)).
>  He, he, . . . .
>
> Salam.
> Bambang Subianto
>
>
>
> --
> --[YONSATU -
ITB]----------------------------------------------------------
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
> 1 Mail/day     :
<mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>
>
>


-- 
--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

-- 
--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke