Ya Allah, ya Tuhan kami...
Aku semakin sulit menemukan kata-kata yang cocok untuk negeriku saat ini,
yang tidak kunjung terlepas dari berbagai krisis.....

Hampir setiap orang yang "waras" selalu berdo'a kepadaMU memohon kesehatan
jasmani dan rohani.....
Namun dikala orang tersebut sedang menghadapi "tuntutan hukum" karena
kesalahan dan pelanggarannya, sebaliknya mereka justru berdalih dalam
kondisi sakit...sehingga rakyat "HARUS" mengerti dan maklum...

Entah itu "sakit yang khusus konsumsi media masa" agar layak di mata
masyarakyat jika sebagai alasan untuk mengajukan penangguhan penahanan,
entah itu "sakitnya orang berduit" sehingga harus berobat keluar negeri,
entah itu "sakitnya istri atau sakitnya anak" sehingga bisa absen sebagai
saksi yang mungkin meningkat jadi tersangka oleh pengadilan, entah itu
"sakit permanen" dengan mendahului ketentuanMU sehingga tidak perlu diajukan
ke pengadilan. Entah semua itu apa memang benar-benar sakit?. Sakit fisik
ataukah sakit jiwa (tidak waras) yang permanen dan "tidak tersembuhkan"?.
Padahal Engkau...Ya Allah, telah berfirman:

        QS 26 (Asy Syu'araa') ayat 79-81
        "...dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan
apabila aku SAKIT, Dialah Yang menyembuhkan aku dan Yang akan mematikan
aku..."

Ya Allah, aku semakin tidak paham...
Orang berduit pada umumnya ingin segera sembuh jika sedang sakit, apapun
caranya dan berapapun biaya bahkan sampai ke ujung dunia pun mereka akan
berusaha untuk sembuh, bahkan mereka yang terjerat hukum ini senantiasa
memohon kepadaMu atau melalui "orang pintar=dukun?" untuk sehat selamanya
bahkan kalau perlu berumur seribu tahun atau lebih.
Namun dihadapan manusia sekelilingnya (di luar keluarga dan kerabat) mereka
"memproklimirkan" diri bahwa mereka "SAKIT", agar mereka terbebas tuntutan
hukum manusia di dunia ini. Ironisnya kondisi "SAKIT" itu didukung berbagai
pihak (polisi, jaksa, pengacara, hakim serta para kerabat dan kroninya) yang
seharusnya berlaku adil terhadap siapapun yang melakukan kesalahan dan
pelanggaran, bahwa di mata hukum mereka adalah sama.
 
Bukankah Engkau, ya Allah telah berfirman:
        QS 5 ayat 2:
        "........, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran".

Lebih celaka lagi, mereka justru menimpakan kesalahan dan tuduhan pada orang
lain seperti dalam FirmanMu ya Allah:
        QS 4 ayat 112:
        "Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian
dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah
berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata,.."

Ataukah semua itu adalah hukumanMu Ya Allah:
        QS 3 ayat 178:
        "Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya
bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan".

Mungkinkah kata "SAKIT" perlu diganti "MATI", matinya keadilan dan
kebenaran, matinya demokrasi atau matinya hati nurani...sambil menunggu kata
"MATI" yang berubah menjadi "KIAMAT" ......hanya Engkaulah Yang Maha Tahu...

Astaghfirullah......
Ya Allah, janganlah Engkau timpakan cobaan dan malapetaka yang tak kunjung
padam di negeri ini, lantaran ulah segelintir umatMu yang banyak melakukan
kesalahan dan pelanggaran dari amanahMu ya Allah.... 

Salam
Asodik

> -----Original Message-----
> From: Akhmad Bukhari Saleh [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: Tuesday, 28 May 2002 12:03 PM
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      [yonsatu] Siapa bilang?
> 
> Suatu "counter-refleksi"...
> Kenapa nggak sekalian pilih tanggalnya 21 Mei ya?
> Wasalam.
> 
> ===================================================
> 
> Laporan ''Bali Post'' Langsung dari Cendana
> 
> SIAPA BILANG SOEHARTO SAKIT?
> 
> RR: keluarga dan pengacaranya, bukan? 
> 
> Lantas, siapa bilang pengacaranya tidak terlibat melindungi kliennya
> secara "membabi buta"?
> 
> 
> Soeharto Ditemani Wiranto dan Hartono
> 
> Hingga saat ini, keluarga Cendana amat tertutup. Banyak kisah di dalamnya
> tak bisa terpantau publik. Termasuk ketika Kamis (23/5) kemarin, cucu
> Soeharto, Danty Rukmana, melangsungkan perkawinannya yang kedua. Tidak ada
> pers yang meliput acara ini dari dalam karena memang dilarang. Namun, Bali
> Post berhasil mengikuti prosesi sakral, perkawinan tersebut detik demi
> detik.
> 
> LANGIT di kediaman Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Mbak Tutut) tampak
> teduh. Sayup-sayup alunan gending terdengar. Tenda biru menutup separo
> jalan di rumah putri sulung Soeharto itu. Tenda biru berselempang putih.
> Lengkap dengan janur kuning yang dirajut seperti penjor. Diikatkan di
> kedua sisi tenda. Beberapa laki-laki berpakaian beskap (pakaian adat Jawa)
> lengkap dengan blangkon dan keris. Mereka penerima tamu.
> 
> Siang itu, sekitar pukul 13.00 WIB, sedan-sedan mewah memadati jalanan.
> Berhenti sejenak di depan rumah Mbak Tutut, menurunkan sang majikan
> berpakaian jas dan gaun-gaun mewah. Mobil meluncur kembali mencari tempat
> parkir. Maka, Jalan Yusuf Adiwinata, Jl. Rasamala, dan Jl. Tanjung macet.
> Mobil berjajar di kanan kiri jalan.
> 
> Siang itu sedang berlangsung acara akad nikah Danty Rukmana dengan
> Adrianto Supoyo. Danty adalah anak kedua pasangan Mbak Tutut dan Indra
> Rukmana. Sementara Adrianto merupakan teman Dandy Rukmana (kakak Danty).
> Dia seorang pengusaha sarang burung walet, putra keluarga Supoyo.
> 
> Bali Post sengaja datang sedikit terlambat. Tidak ada undangan untuk pers.
> Sejumlah media cetak tidak diperkenankan masuk. Mereka menunggu di luar.
> Namun, Bali Post menyelinap mengikuti rombongan keluarga asal Bogor.
> Untungnya petugas absensi tidak menanyakan kartu undangan. Setelah
> membubuhkan nama dan tanda tangan, sebuah suvenir pun diberikan. Bentuk
> suvenirnya cukup cantik. Sebuah kotak perhiasan yang dimasukkan dalam
> kantong kain warna krem keemasan, diikat pernik-pernik bunga.
> 
> Undangan sudah penuh. Rumah Mbak Tutut disulap bak hotel bintang lima.
> Halaman teras depan dibuatkan panggung. Lantainya dilapisi karpet abu-abu
> keperakan. Kursi-kursi berlapis kain putih perak berjajar. Seluruh kursi
> dipenuhi oleh muda-mudi yang berdandan cantik dan bapak-ibu yang
> berpakaian mahal. Semuanya wangi oleh parfum bermerek. Agar suasananya
> nyaman, lima AC berkekuatan besar dipasang melingkar. Udara pun langsung
> sejuk.
> 
> Pun demikian di ruang garasi. Ruangan ini disulap menjadi ruang tamu yang
> istimewa. Sebuah layar datar ukuran 29 inci menampilkan detik-detik
> prosesi kedua mempelai yang ditempatkan di ruang utama. Sebuah pengeras
> suara yang memperdengarkan alunan pembawa acara bersuara merdu. Pengunjung
> tak perlu bersusah payah melihat secara langsung wajah kedua mempelai
> karena dari layar datar ini semua acara bisa ter-cover.
> 
> Bali Post diminta memasuki ruang utama kedua. Di kanan-kiri berjajar pagar
> ayu. Sebelah kiri laki-laki berpakaian beskap. Di sebelah kanan
> perempuan-perempuan cantik berpakaian Jawa yang tampak ketat dan ramping.
> Semuanya serba ungu. Dari deretan penerima tamu ini ada desainer M Rusli
> yang tampak mungil memakai beskap dan menyelipkan keris di bagian
> belakang. Artis Camelia Malik dan Siti Hediyati alias Titiek (bekas istri
> mantan Danjen Kopassus Prabowo) pun tampak ikut mengatur tamu.
> 
> Ruang utama terletak di samping garasi. Lantainya berkarpet merah bercorak
> ala Mesir. Tebal dan empuk. Ruangan ini memiliki sejumlah foto dalam
> pigura ukuran besar. Di antaranya foto mantan Presiden Soeharto berpakaian
> militer lengkap dengan tanda jasa dan penghargaan serta bintang lima.
> Soeharto tampak gagah dengan memegang tongkat komando. Foto ini diletakkan
> di dekat pintu masuk.
> 
> Juga ada foto Ibu Tien dengan kebaya hitam. Tubuhnya masih tampak seksi
> dengan rambut dikonde dan kedua tangannya memegang ujung kebaya. Foto itu
> tampak hidup. Wajahnya tersenyum seperti mengingatkan kita saat Ibu Tien
> mendampingi Pak Harto dalam menjalankan tugas. Kaca mata putih
> memperlihatkan korneanya. Dinding sebelah kanan yang luas dengan warna
> krem terang seolah menjadi tempat tidurnya yang sejuk. Tak luput foto tuan
> rumah, Indra Rukmana dan Siti Hardiyanti, yang dipasang di dinding sebelah
> kiri. Cukup apik dan eksotik.
> 
> Ruangan cukup luas hanya diberi beberapa kursi tamu undangan. Tampak di
> ruangan VIP ini adik Pak Harto, Probosutedjo dan istri, mantan Panglima
> ABRI Jenderal (Purn) Wiranto dan mantan Kasad/Menpen Jenderal R Hartono.
> Semuanya beserta istri. Selebihnya sejumlah kerabat dua mempelai. Tidak
> terlihat Mamiek dan istri Tommy, Ardhia Pramesti Regita Cahyani dalam
> deretan kursi VIP ini.
> 
> Ruang depan dipakai untuk kedua mempelai. Dekorasi bunga melati dengan
> daun-daun hijau tertata apik di atas dinding papan kayu berukir. Terkesan
> sederhana dan  natural. Danty duduk berdampingan dengan Adri. Keduanya
> cukup mesra bersanding. Meski Danty - janda tanpa anak ini -- terlihat
> cukup berbobot. Gemuk mirip Tika Panggabean. Kontras dengan Adri yang
> tampan dan gagah dengan bodi ideal. Sesekali keduanya terlihat memiringkan
> badannya dan saling mengobrol. Lantas tersipu mengumbar senyum. 
> 
> Danty tidak memakai pakaian pengantin Eropa. Tubuhnya yang kelebihan lemak
> itu dibalut dengan kebaya putih gading dipadu jarik warna sepadan dan
> berkonde besar. Agar tampak lebih eksotik, rambutnya dibalut bunga-bunga
> melati yang sudah dirajut menjadi untaian panjang hingga ke dadanya yang
> besar. Gincunya cukup merah dengan bedak tebal menempel pipinya. Danty dan
> Adri duduk di tengah menempati kursi besar warna gading dengan sandaran
> busa. Sesekali tangan Danty memegang tangan Adri yang dingin karena
> kelebihan AC.
> 
> Di sebelah kanan duduk dengan tenang orangtua Adrianto, Bapak dan Ibu
> Supoyo. Tidak dikenal siapa mereka. Sengaja tuan rumah tidak menyediakan
> biodata mempelai, berikut latar belakang keturunannya. Sementara di
> sebelah kiri, duduk orangtua Danty, yakni Mbak Tutut dan Indra Rukmana.
> Supoyo dan Indra memakai pakaian beskap, adat Jawa, dengan selempang merah
> dan keris di pinggang. Sementara Mbak Tutut dan Ibu Supoyo memakai kebaya
> warna ungu. Warna yang menunjukkan bahwa perkawinan ini bukan antara gadis
> dan perjaka.
> 
> Danty menikah kali pertama pada 28 Maret 2000 lalu di TMII. Hadir pada
> kesempatan itu mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Pak Harto
> (yang saat itu dikabarkan sedang sakit). Pesta yang meriah itu hanya
> bertahan kurang dua tahun. Suami pertama, Triyono, diceraikan. Akhir tahun
> 2001 ini, Danty merajut cinta dengan Adri melalui kakaknya, Dandy.
> Dikabarkan pertemuan dijalin di negeri Paman Sam. Sebab, Dandy hingga kini
> masih berada di sana. Adri dan Danty dulu teman semasa TK dan SD di
> Menteng. Tidak jelas kepastiannya karena memang amat rahasia.
> 
> Lalu di mana Soeharto? Pak Harto duduk amat manis dan tenang di samping
> kursi Indra dan Tutut. Ada kursi kecil warna putih cat dengan busa
> menonjol dan empuk. Pak Harto memakai beskap hitam, blankon coklat tua,
> dengan selendang coklat halus. Kakinya disilangkan dengan mengenakan
> sepatu slop. Di dadanya dipasang rangkaian melati yang dibuat melingkar
> seukuran pin.
> 
> Wajah Pak Harto tampak tenang dan gagah. Tubuhnya tetap gemuk ideal persis
> seperti empat tahun lalu, saat dia mengumumkan pengunduran dirinya. Tidak
> pucat. Tidak loyo. Dia duduk dengan punggung tegak. Kedua tangannya
> memegang tangan kursi yang kecil berpelitur coklat mengkilap. Pandangannya
> teduh. Hanya matanya yang kelihatan menyipit. Beberapa kali wajah Pak
> Harto dimunculkan di layar datar ukuran 24 inci ini.
> 
> Ketika melihat Pak Harto dalam kondisi segar bugar itu, konsentrasi Bali
> Post pun hanya tertuju pada orang nomor satu di era orba itu. Mengapa?
> Selama ini publik  mengetahui bahwa Pak Harto dalam kondisi sakit permanen
> sesuai hasil medical record. Itu sebabnya, pengadilan tidak bisa
> menjangkaunya.
> 
> Pak Harto menyaksikan dengan seksama jalannya akad nikah. Setelah akad
> nikah telah usai dilanjutkan dengan khotbah akad nikah yang dibacakan KH M
> Ikhsan. Pak Harto menyimak khotbah ini dengan sedikit manggut-manggut.
> Sesekali tersenyum ketika KH Ikhsan menyebutkan bahwa cinta kedua mempelai
> itu harus diperjuangkan. ''Perjuangan ini harus serius, sampai jatuh
> bangun pun harus mencintai,'' kata Ikhsan, mengutip sebuah judul sebuah
> lagu. Pak Harto tampak tersenyum dengan menganggukkan kepalanya. Shoot
> kamera menampilkan wajah Pak Harto di layar datar yang sengaja dipasang di
> tiap ruangan. Demikian pula Danty dan Adri. Kedua mempelai ini kemudian
> berbisik dan membuka bibirnya, malu-malu bahagia. Pengunjung pun serentak
> gerr pelan ditingkahi dua fotografer dengan lensa besar sepanjang setengah
> meter yang sibuk membidik momen-momen penting dan unik.
> 
> Selesai khotbah nikah dilanjutkan dengan doa. Sejumlah pagar ayu laki-laki
> mulai bergerak merapat ke samping ruang utama. Bali Post kebetulan hanya
> dua meter dari pintu utama, yang menghubungkan ruang utama dan ruang
> kedua. Sengaja berdiri di pinggir jalan agar bisa melihat gerak-gerik Pak
> Harto. Doa dipanjatkan amat khusyuk. KH Ikhsan meminta agar kedua mempelai
> diberi kekuatan dan rukun sejahtera hingga kaken-kaken dan ninen-ninek
> (kakek-nenek). Tampak Danty menumpuk tangannya dipangkuan. Adri mengangkat
> tangannya. Indra dan Tutut menengadahkan tangan sambil komat-kamit
> mengucap ''amin...amin''. Pun demikian keluarga Puspoyo. Pak Harto juga
> menengadahkan tangan dengan posisi punggung tegak. Selesai doa, telapak
> tangan Pak Harto diusapkan ke muka. Demikian pula Danty, Adri, Indra,
> Tutut, dan Bapak-Ibu Puspoyo serta hadirin.
> 
> Suara pembawa acara bergema lagi. Kali ini, keluarga diminta memberi
> ucapan selamat kepada kedua mempelai. Diikuti undangan. Kesempatan pertama
> diberikan kepada Pak Harto. Penguasa orba ini mendengar dengan baik suara
> permintaan pembawa acara itu. Dalam posisi duduk, Pak Harto langsung
> meletakkan kakinya di lantai dan mengangkat badannya dengan ringan. Kedua
> tangannya sedikit disandarkan ke tangan kursi.
> 
> Selanjutnya, sambil menata jariknya, Pak Harto yang berdiri dengan cukup
> tegak itu melangkahkan kakinya. Tidak ada yang menuntun, tidak ada tongkat
> penyanggah, atau kursi roda. Pak Harto berjalan dengan santai. Tidak
> terhuyung-huyung, apalagi terbongkok-bongkok. Ia melangkah dengan tenang
> menuju kedua mempelai. Tangannya yang besar memegang tangan Danty. Lantas
> badannya didekapkan ke kepala Danty yang merunduk. Lalu, pipi Pak Harto
> mengecup pipi Danty kiri, kanan, dan kening. Selanjutnya, Adri. Pak Harto
> mencium pipi kiri, kanan, dan kening. Juga demikian kepada Indra dan
> Tutut. Setelah itu Bapak dan Ibu Puspoyo. Kali ini tanpa cium pipi.
> 
> Lalu, Pak Harto menuju ruang jamuan makan VIP. Persis di belakang ruang
> utama. Pak Harto berjalan persis di depan Bali Post yang berdiri mematung,
> sendirian. Sulaeman, bodyguard, yang mengawal keluarga Cendana, sempat
> melirik ke arah Bali Post. Untung, Bali Post memalingkan muka sehingga tak
> dapat dikenali. Pak Harto berjalan dengan langkah santai tanpa ada yang
> menuntun atau memegangi tangannya. Sejumlah pagar ayu berjalan beriring di
> belakangnya. Jalannya pun sedikit cepat seperti langkah pria seusianya
> yang sehat.
> 
> Di ruang makan VIP itu, Pak Harto langsung menuju hidangan. Melihat
> sebentar kemudian meminta diambilkan menu hidangan. Kakinya sempat memilah
> jalan, melewati kursi yang berderet melingkari meja bundar. Kebetulan ada
> eyang Adri. Pak Harto pun bersalaman dan sempat bercakap-cakap sejenak.
> Lalu, dia duduk di kursi pojok sebelah kanan, di belakang dekorasi
> pengantin.
> 
> Terlihat Wiranto dan Hartono menemani Pak Harto. Selanjutnya, Pak Harto
> terlihat akrab mengobrol dan tersenyum-senyum. Sejumlah tamu undangan,
> kerabat justru minta foto bersama. Pak Harto seperti biasa hanya tersenyum
> dan melayani permintaan itu. Cukup lama Pak Harto di ruang ini. Sebab,
> ketika Bali Post ikut antre memberi ucapan selamat kepada pengantin, makan
> masakan Italia, dan antre pulang, Pak Harto masih di ruang makan VIP.
> Tetap dengan Wiranto, Hartono dan kerabat lainnya. Pak Harto tampak senang
> dengan pesta di rumahnya itu. 
> 
> Siapa bilang Soeharto sakit?
> 
> Heru B. Arifin - Bali Post
> 
> --[YONSATU -
> ITB]----------------------------------------------------------
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
> 1 Mail/day     :
> <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke