On Tue, 11 Nov 2003 14:18:18 +0100
[EMAIL PROTECTED] wrote:

> Kayaknya diskusi yang ini juga perlu cease fire deh.  Berikut
> tanggapan terakhir saya.

Diskusi mengenai topik yg serius memang makan otak, baik membacanya
maupun (apalagi) menulisnya :-)
Tulisan Anda-2x ini bagus, jadi ingin bergabung.
 
> >Hadits ini
> >disepakati oleh jumhur (mayoritas) ulama sebagai petunjuk
> >dibukanya pintu ijtihad (eksplorasi akal) dalam memutuskan
> >perkara yang secara nash tidak terdapat dalam Quran dan Hadits.
> >Dan menjadi dalil bagi bersatunya (integralnya) antara Quran
> >dan akal atau "agama" (dalam tanda kutip sebagai dogma atau
> >keyakinan) dan iptek.
> 
> Iya, boleh2 saja kita pertama2 mengacu ke Qur'an, lalu kalau tidak 
> menemukan jawaban maka mencontoh perbuatan Nabi.  Kalau tidak ada juga
> contoh2 Nabi yang pas, baru menggunakan nalar.  Ini kan hanya masalah 
> metodologi.  Metodologi itu kan bisa macam2.  Nggak apa2, selama
> akhirnya toch solusi yang diinginkan tercapai.
>
> Dalam sekularisme, metodologi memecahkan persoalannya adalah dengan
> tidak mengikut sertakan agama, tapi langsung kepada nalar manusia. 
> Namun bukan berarti kita tidak boleh beragama.  Agama yang terbukti
> telah memperkaya jiwa seseorang tentu disambut hangat, hanya saja ia
> diletakkan digaris belakang sebagai pagar kesucian hati kita masing2.

Menurut saya apa yg disampaikan Doedoeng sdh benar, y.i. dalam batas-2x
tertentu Islam tidak mengenal Sekularisme, batasannya adalah apa yg
tertulis Al-Quran. Quran tidak hanya mengatur hablum minallah atau hanya
hablum minanas, tp keduanya diatur, memang hanya yg pokok-2x saja sih,
diluar itu gunakan nalar (caranya sdh disebutkan diatas). Sekalipun
sunnah nabi (yg disepakati oleh  Buchari-Muslim) kalau bertentangan dg
Quran pasti batal.

Penggunaan nalar ini tidak mutlak milik Ulama atau Jumhur ulama, boleh
saja pribadi melakukannya (krn di Islam dosa ditanggung masing-2x, kalau
mengikuti petunjuk Ulama dan ternyata salah, yg menanggung dosanya ya si
pelaku bukan si Ulama).
 
> >Fenomena korupsi dan kejahatan sosial lainnya, menurut saya,
> >antara lain karena menurut pelaku di luar mesjid, gereja,
> >sinagog, vihara, klenteng dll, Tuhan tidak terlibat atau bahkan
> >tidak ada.

[ ... ]

Soal korupsi saya pisahkan di thread lain saja nanti.

> Saya kira kan kuncinya ya disini ini, yaitu maukah kita bersikap
> terbuka terhadap berbagai macam pemikiran dan pendekatan dalam
> memecahkan masalah2 duniawi, atau segala sesuatunya sudah merupakan
> kartu mati.  

Saya setuju soal yg satu ini, dan Islam sebenarnya terbuka untuk dikaji
secara Iptek, krn banyak tertulis di Quran bhw kita perlu melihat dan
mencontoh apa yg ada di alam (hukum alam = hukum Allah), apa yg
dituliskan Pak Sumarko jadi salah satu bukti.
Ketertutupan hanya membuat kita tertinggal :-(

> Makanya telepon genggam yang bisa memunculkan arah
> Kaabah malah ditemukan oleh insinyur yang bukan beragama Islam, ha ha
> ha.

Saya kira itu cuma masalah teknologi yg belum dimiliki oleh bangsa yg
mayoritas memeluk Islam belum mencapai disitu saja. Teknologi dalam
bentuk sederhana yg achievable oleh banyak orang sudah lama dipakai
(dalam bentuk kompas kecil, banyak macamnya dijual di Toko Buku Gunung
Agung).

 


-- 
syafril
-------
Syafril Hermansyah


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>


Kirim email ke