Harian Komentar
29 Juli 2008

      Tulang Raksasa Ditemukan di 'Hutan Purba' Sangihe 


     


 Temuan adanya lokasi 'hutan purba' di seputaran kawasan lindung Sahanderumang, 
Kampung Lelipang Kecamatan Tamako Kabupaten Sangihe, oleh wisatawan asing asal 
Jer-man 27 Desember 2007 lalu, seakan semakin diperjelas dengan ditemukannya 
tulang belulang berukuran raksasa oleh warga Kampung Pinta-reng, Kecamatan 
Tabukan Selatan Tenggara (Tabselteng). 


Konon tulang belulang yang diyakini merupakan fosil dari manusia purba 
tersebut, ditemukan warga pada tahun 1997 silam. 


Tokoh masyarakat yang juga merupakan Ketua Jemaat GMIST Salurang Pdt 
Tapa-dongko STh menjelaskan, dari lokasi kawasan lindung Sa-handerumang yang 
berde-katan dengan spot hutan purba tersebut, terdapat sejumlah titik aluran 
sungai yang mengalir ke beberapa kampung. Dan salah satunya mengalir ke Sungai 
Busu yang berada di Pintareng. 


"Kalau dikaitkan, ada kebe-narannya juga bila di kawas-an lindung Sahanderumang 
ada spot hutan purba. Karena tahun 1997 lalu warga pernah menemukan tulang 
berukur-an raksasa di Sungai Busu. Sungai Busu ini muaranya dari 
Sahanderumang," jelas Tapa-dongko ketika ditemui warta-wan di kediamannya di 
Kam-pung Salurang, Kecamatan Tabselteng, (28/07) kemarin.  Bahkan Camat Tabsel 
E Malendes, Camat Tabselteng JH Lomboh SSos dan Kapi-talaung Salurang AM Lumiu 
yang ada saat itu, memper-silakan wartawan untuk ber-kunjung langsung ke 
Kam-pung Pintareng, kurang lebih delapan kilometer dari Kam-pung Salurang untuk 
mem-buktikan temuan tersebut. "Sisa-sisa tulang yang dite-mukan masih tersimpan 
di salah satu rumah warga di Pintareng," ujar Malendes. 


Wartawan pun kemudian ditawari jasa untuk dibonceng oleh Pdt Tapadongko dengan 
sepeda motornya ke Kampung Pintareng. Sesampainya di sana, tulang belulang 
tersebut ternyata masih disimpan oleh Ny VH Limpong, istri dari JB Habibi, 
mantan Opo Lao Pin-tareng. Ketika diperlihatkan, tulang belulang yang tersisa 
tujuh bagian tersebut memi-liki bobot rata-rata di atas lima kilogram (kg). 
"Ini de pe tulang kaki, de pe tulang bagian belakang deng gigi," ujar wanita 60 
tahun itu sambil mengeluarkannya dari dalam karung. 
"Dulu ada tiga karung lebih, tapi ada bule-bule (warga asing) yang datang ambil 
dan bawa," tambahnya. Mantan Kepsek SD GMIST Sion Pin-tareng ini kemudian 
bercerita asal muasal ditemukannya tulang yang kini berwarna cokelat dan 
keabu-abuan tersebut. "Tahun 97 banyak warga yang mendulang emas di Kali Busu. 
Saat penggalian mencapai kedalaman lima meter, warga menemukan benda yang 
awalnya dikira bebatuan yang mengandung mineral emas. Tapi ternyata itu adalah 
tulang yang menu-rut kami adalah tulang betis kaki dan tulang belakang manusia 
raksasa zaman da-hulu. Ada juga giginya dite-mukan," ulas pensiunan guru ini 
seraya menambahkan, untuk tulang kakinya saja hampir mencapai 10 meter serta 
giginya nyaris berukur-an seperti bola voli. 


"Selain itu ditemukan taring berukuran satu meter lebih yang masih utuh. Namun 
telah diambil bule dari Prancis dan Jerman." Oleh warga yang menemukan tulang 
belulang itu mem-percayakan untuk disimpan di rumahnya, karena di masa itu 
suaminya merupakan Opo Lao (kepala kampung) Pinta-reng. "Namun tinggal ini yang 
tersisa. Lainnya sudah diambil bule yang kerja di perusahaan tam-bang. Ada juga 
yang telah diam-bil oleh Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi yang 
kata-nya untuk diteliti," tandas Oma Limpong yang memperkenankan wartawan untuk 
mengabadikan tulang belulang tersebut. 


Oma Limpong mengaku tidak pernah merasakan hal-hal aneh atau pun mistis selama 
menyimpan tulang tersebut di rumah sederhananya itu. Me-nariknya, nama Sungai 
Busu yang ada di Kampung Pintareng itu sendiri, menurut Oma Lim-pong, dijuluki 
warga karena di sepanjang sungai tersebut menyebarkan aroma tak sedap atau bau 
busuk. Namun sejak ditemukannya fosil tulang manusia purba pada 1997, bau busuk 
tersebut berangsur-ang-sur hilang kendati namanya tetap saja Sungai Busuk 
hingga saat ini.(yha




<<tulang.gif>>

Kirim email ke