Iya saya setuju kalau jilbab itu ibarat topi baja yang dipakai pasukan militer 
saat berperang. Saya yakin seyakinnya, Allah senang kok melihat aneka warna 
rambut kaum perempuan di Bumi. Allah justru sedih kalau keindahan rambut 
perempuan itu malah ditutup brukut. 

Mengukur keimanan seseorang hendaknya diukur dari otaknya, bukan dari busana 
yang dikenakannya. Busana itu adalah bagian dari budaya, semakin tinggi daya 
seninya, gaya busana pun kian beragam model dan coraknya, tak sekadar 
krubyung-krubyung warna hitam pekat seperti di Arab sana.
Menurutku, apa yang mereka kenakan justru sebentuk penjara kekuasaan kaum 
lelaki, tapi mereka tak menyadarinya. Semakin otoriter sebuah kekuasaan, busana 
warganya harus seragam dengan dalih itu permintaan dari Allah, baik corak dan 
warnanya. 

Busana krubyung-krubyung juga akan membuat kaum perempuan malas untuk 
berolahraga, badan gendut dengan perut bergelambir tak masalah. Wajah penuh 
jerawat dan hidung penuh komedo tak masalah, toh yang terlihat dari pandangan 
orang lain cuma matanya saja. Busana krubyung-kryubung juga bikin kaum 
perempuan malas berdandan ria buat dirinya sendiri. Mereka kehilangan pesona 
buat memikat lawan jenis dan susah bikin decak kagum kaum sejenisnya. 

wass,

rd


  ----- Original Message ----- 
  From: sunny 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, August 26, 2008 2:09 AM
  Subject: Re: [mediacare] Re: Jilbab = kerudung?


  Hemat saya jilbab tidak ada hubungan apa-apa dengan keimanan seseorang, 
karena keimanan adalah masalah otak bukan hanya dengan tutup kepala menunjukkan 
keimaman sesorang dan anti iblis bin seytan, tetapi kalau ada penjual kain yang 
pandai ngoceh agama dan meyakinkan bahwa ada hubungannya dengan dan keimanan  
bisa saja. Tetapi apakah itu logis bila dilihat pada keadaan lingkungan di mana 
agama itu didirikan. Dulunya jilbab itu dipakai oleh semua penganut agama Semit 
di gurun pasir. Jadi bukan spesial agama tertentu saja.

  Tutup kepala  itu ada banyak macam corak, bisa dipakai sebagai dekorasi 
mempercantik wajah,  melindungi kepala dari kedinginan atau matahri terik dan 
teristimewa bagi yang berdiam  di gurun pasir di ialah mencegah debu yang 
dibawah oleh angin dan melekat di kepala. [Serdadu pakai tutup kepala atau topi 
waja untuk melindungi kepala dari peluru atau pecahan granat musush]. 

  Hendaklah dipahami bahwa air di region gurun itu termasuk barang mewah yang 
terbatas, jadi harus berhemat bagi kaum nomadik. Bukan saja jiblab tetapi juga 
cador, nikap etc itu untuk mencegah debu masuk mulut, lubang hidung. Untuk 
membersihkan debu yang melekat di badan membutuhkan air,sedangkan  persediaan 
air terbatas bagi mereka yang berdiam digurun dan semi-gurun (semi dessert). 
Solusinya penghematan air ialah kepala  dan muka ditutup dan berbaju panjang 
yang disebut garabeya  guna melindungi badan.


    ----- Original Message ----- 
    From: Irma Dana 
    To: [EMAIL PROTECTED] 
    Sent: Sunday, August 24, 2008 5:25 PM
    Subject: [mediacare] Re: Jilbab = kerudung?



    Jilbab......
    apakah itu juga bagian dari peningkatan keimanan seseorang?
    dimana setelah berjilbab pun masih banyak ujian yang harus mrk selesaikan
    berjilbab upaya untuk menghargai dirinya sendiri...setuju!
    tapi jadi hancur citra jilbabnya ketika seseorang mempertontonkan lekukan 
tubuhnya? gimana ya
    bukan wanita berjilbab saja yang harus menutup lekukan tubuhnya...
    jadi teringat seseorang yg berjilbab...dan mau kencan dgn laki2 yang masih 
berstatus suami orang...gimana tuh?
    waduh....rumit juga ya...perempuan itu harus bisa membela dirinya sendiri, 
itu kata teman...


    peace,
    irma

    -- 
    Irma Dana
    http://dawala.wordpress.com [lagi belajar nulis]



   

Kirim email ke