[BUKU INCARAN]

Malcolm Gladwell yang Penasaran
---Anwar Holid

What the Dog Saw, dan Petualangan-Petualangan Lainnya
Judul asli: What the Dog Saw and Other Adventures
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerjemah: Zia Anshor
Penerbit: GPU, 2010
Tebal: 480 hal.; Ukuran: 13.5 x 20 cm  
ISBN: 978-979-22-5249-1 
Harga: Rp.80.000,-  

"Keingintahuan mengenai apa yang ada di balik pekerjaan harian orang lain 
adalah salah satu dorongan paling mendasar pada manusia, dan dorongan itulah 
yang menyebabkan buku yang sekarang Anda pegang ini ditulis," demikian kata 
Malcolm Gladwell di pengantar What the Dog Saw (GPU, 2010, 461 hal.) Dia terus 
memelihara dan mengembangkan rasa ingin tahu terhadap sembilan belas macam 
kepenasaran dengan matang. Rata-rata menghasilkan esai yang sangat panjang 
untuk ukuran artikel bernada investigatif demi mengorek suatu subjek, kemudian 
menuliskannya dengan sangat lincah dan menggigit. Semua pembaca buku Gladwell 
sudah tahu betapa kuat ciri khas tulisannya, dan betapa tulisan itu membuat 
ketagihan. 

Petualangan Gladwell demi menelusuri suatu fenomena di dalam What the Dog Saw 
bisa dibaca dari mana saja. Kita akan segera tahu betapa rasa penasaran manusia 
itu memang meluap-luap, tak terbendung bahkan oleh teka-teki atau misteri 
paling gelap sekalipun. Buku ini menyajikan lebih banyak lagi menu tentang 
betapa manusia dan drama kehidupannya bisa melahirkan peristiwa yang kerap 
terlalu sulit untuk saling diprediksi. Manusia bergerak lebih cepat dari 
prasangka ataupun prakiraan orang lain; mereka suka membuat kecele orang yang 
mencoba menangkap gelagatnya. Betul manusia bisa menganalisis, menebak, dan 
memprediksi, tapi hasrat dan antisipasi lebih cepat lagi bergerak menanggapi 
analisis.

Rasa penasaran ada yang sederhana dan rumit. Kalau perempuan ingin mengecat 
rambut dengan warna tertentu, bisa jadi itu teka-teki sederhana; sementara 
kalau kita ingin tahu bagaimana polisi dan detasemen khusus menentukan target 
operasi terorisme, mungkin itu misteri yang hebat dan mendebarkan. Tapi sama 
saja: keduanya butuh jawaban, dan orang seperti Gladwell dengan segala cara 
berusaha menjelaskannya. Upayanya jelas telah sukses membuat jutaan orang suka, 
meski tidak semua. Sebagian orang menilai Gladwell terlalu simplisistik 
(menggampangkan) dan mengabaikan faktor penting lain dalam berbagai fenomena 
yang rumit; dan itu membuat mereka menilai tulisannya sebagai pseudosains. Tapi 
yang jelas kehebatannya meyakinkan orang banyak sulit ditandingi. Wajar bila 
media massa seperti Time, Newsweek, juga GQ menobatkan Gladwell sebagai penulis 
yang dewasa ini paling mempengaruhi cara orang berpikir.

Gladwell memilah What the Dog Saw dalam tiga bagian. Urutan paling menariknya 
justru dari belakang. Di bagian ketiga dia membahas tentang kepribadian, sifat, 
dan kecerdasan manusia. Dia membicarakan kenapa sebagian orang sudah genius 
sejak muda, namun sebagian lain justru baru panas setelah berusia matang? Apa 
beda kesuksesan teori relativitas dan keberhasilan perusahaan semacam 
Microsoft? Bagaimana polisi mengembangkan teori kejahatan dan menangkap 
tersangka terorisme padahal ciri penjahat sangat kabur dan mudah sekali 
berubah? Kenapa seseorang bisa panik dan akhirnya kalap? Dan kisah-kisah yang 
lebih menyangkut indra, emosi, dan pikiran daripada sesuatu yang fisikal.

Di bagian kedua dia mengembangkan teori, prediksi, dan diagnosis. Misal seperti 
ini: kenapa perusahaan yang sangat terbuka, dikelola dengan baik, diisi 
orang-orang cerdas kelas satu, berkembang pesat, punya kapital luar biasa, 
sahamnya diminati investor, punya semua kriteria unggul, memenuhi standar 
kehebatan macam-macam, toh akhirnya bangkrut dan gagal diselamatkan? Kenapa 
badan intelijen yang punya analisis tiada terperi tetap gagal menemukan Osama 
bin Laden? Semuanya paradoks rumit yang bisa melahirkan kisah penelusuran 
menarik.

Di bagian pertama dia menulis tentang "genius minor", yaitu orang hebat yang 
perannya dianggap sepele, seperti pawang anjing, produsen pewarna rambut, atau 
raja saus tomat. Padahal kerja dan temuan mereka hebat juga. Gladwell membuat 
mereka jadi setara dengan penemu penting kelas dunia. Bayangkanlah bila orang 
Indonesia tak kenal sambal, bagaimana rasanya. Tapi kenapa kita tidak tergerak 
untuk menelusuri, siapa yang pertama-tama membuat ramuannya?

Meski begitu, isi ketiga bagian buku ini masih terasa inkonsisten. Sebab di 
bagian pertama kita bisa menemukan tulisan tentang Nassim Nicholas Thaleb yang 
terkenal berkat The Black Swan, yaitu teori probabilitas untuk menerangkan 
falsifikasi. Dia jelas bukan tipe "genius minor." Sementara di bagian kedua dan 
ketiga kita bisa menemukan topik agak ringan, seperti contek-mencontek karya 
yang bercampur dengan ilham atau hasil riset dan bagaimana seekor anjing 
menentukan ada kejahatan di depan matanya.

Keunggulan Gladwell tampaknya berporos pada dua hal: (1) cara berpikirnya unik 
dan cara dia menarik kesimpulan mengejutkan; (2) cara penulisannya hebat dan 
lincah sekali. Dalam hal teknik penulisan, bergabungnya dia sebagai staf 
penulis The New Yorker punya andil besar, sebab majalah ini sudah terkenal 
berkat gaya dan cita rasa sastranya. Dalam hal cara berpikir, dia cerdas, 
meskipun bukannya tanpa cela. 

Sepintas, isi buku-buku Gladwell tampak klise. Sebagian orang bingung apa beda 
blink dengan ilham, intuisi, atau wisdom dari pengalaman yang diasah terus 
hingga membuat orang peka? Dalam Outliers, banyak orang masih bingung apa 
hubungan tanggal lahir dengan kesuksesan. Tapi toh mereka tetap semangat 
membaca tulisannya. 

Gladwell tahu cara menuliskan petualangan-petualangan pemikirannya. Dia mampu 
menyabet topik yang awalnya berserakan dan kabur menjadi tajam dan 
membangkitkan rasa penasaran. Dia bergerak dari satu narasumber ke penyelidikan 
lain, berusaha langsung mengalami fakta-fakta yang mungkin terbayangkan, lantas 
melakukan studi literatur dan menemukan pasase yang tepat. Gladwell berkata, 
"Bila mau menulis buku, Anda perlu punya lebih dari sekadar cerita yang 
menarik. Anda harus punya hasrat untuk menceritakan kisah itu. Dalam beberapa 
hal Anda bahkan secara personal perlu mengupayakannya bila memang berguna bagi 
tulisan."

Banyak buku motivasional atau bisnis sudah membicarakan subjek yang dibahas 
Gladwell. Tapi kenapa buku dia tetap bisa menonjol dan bestseller gila-gilaan? 
Bisa jadi karena ini: (1) Argumen Gladwell kuat dan cara berpikirnya menarik; 
(2) Gladwell bisa merangkai fakta trivial (sepele, sering diabaikan atau 
dianggap rendah) ke dalam logika besar dengan cara pop-ilmiah menjadi mudah 
dipahami; (3) Gladwell bisa membuat koneksi antara hal klise dengan teori yang 
awalnya orang bingung penerapannya bagaimana dalam keseharian atau kasus 
khusus. Istilah teoretis yang dia munculkan juga catchy.[]

Anwar Holid ialah editor, penulis, dan publisis. Blogger @ 
http://halamanganjil.blogspot.com. 

KONTAK: war...@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141


      

Kirim email ke