Jadi Bung Yanuar,

Bottomlinenya, selain sudah dapat subsidi lebih dari 60 trilyunan setahun,
industri keuangan kita juga banyak disubsidi oleh pemerintah dalam bentuk yg
lain2 khan (SBI dll)?

Kalau indeks atau kurs naik dianggap kesuksesan pasar dan pelakunya merasa
jumawa. Sementara kalau turun tetep ada aja yg gain profit sementara
pemerintah harus ngeluarin duit dari kantong devisanya untuk nambalin
kerugiannya?

Bubble itu buat pelaku pasar adalah hal biasa, karena mereka "memahami"
business cycle, dan punya kemampuan dan kapasitas berlebih utk menyerap
impak nya ketika jeblok. Makanya dengan angkuhnya bisa bilang, ah itu kan ga
seberapa, biasa itu namanya jg "bisnis".

Lha buat sisanya yg banyak dan bukan pelaku pasar (modal), apa kabar?

Ketika ekonomi lagi baik aja hidup tetap pas2an segitu2 aja. Gimana nasibnya
kalau lagi jeblok?

On 9/12/07, -Yanuar Rizky- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   > Contradictionary Antithesis menulis:
> > 1. IHSG naik 60% dalam berapa tahun, 2-3 tahun?
>
> IHSG racing cepet kok, tahun 2002 di kisaran 350 sekarang di kisaran 2.300
>
> > Jeblok 22% dalam berapa hari, 1-2 hari? Kurs kita menguat setelah berapa
>
> > tahun? Jeblok berapa besar dalam waktu berapa hari?
>
> He3x ada intervensi di balik itu semua, baik itu berupa Intervensi Pasar
> Langsung, Fasilitas Bank Indonesia (FASBI) berupa diskonto suku bunga 1-7
> hari, maupun suku bunga SBI 1 bulan (BI rate)..
>
> Jadi tak bisa hanya dilihat "menguat", tapi bagaimana menguatnya..
>
> > Analisa anda apa? Naiknya gimana, turun sekejap kenapa? Kalau naiknya
> > pelan2, turunnya jatuh terjerembab ga kerasa seperti kiamat, saya ga
> tahu
> > kiamat anda seperti apa.
>
> Maaf kalau saya masuk ke dialog pihak lain, tapi kalau tertarik sejak
> tahun
> 2003 saya sudah menganalisa dan menulisnya melalui media masa terkait soal
> ada apa dengan pasar keuangan Indonesia, akhir-akhir ini malah tiap minggu
> saya juga menuliskannya di media masa.. kalau boleh share dari sisi saya,
> analisa soal ini terdokumentasi di http://www.elrizky.net/artikel.php
>
> > Analisa saya simpel aja, pasar nya penuh dana panas dari luar,
> overvalued
> > oleh spekulan, sementara fundamental ekonomi negara ini sendiri masih
> > lemah dan sektor realnya belum jalan.
>
> Sepakat untuk anomali ekonominya.. TAPI, saya rasa tendensi selama bulan
> ini
> jelas bahwa spekulannya ada di dalam negeri.. radarnya saham perbankan,
> jual
> besar-besaran dengan volume dan turn over tinggi dorong indeks ke bawah
> SEKALIGUS tonjok kurs ke atas (liat saja head to head antara real time BEJ
> dengan pasar spot Kurs)... lalu, datanglah intervensi BI... kemudian
> capital
> gain day trading dari buah intervensi di kurs dibawa lagi beli saham
> perbankan dan naikan indeks..
>
> Hitung juga kombinasi jual beli dari asing - lokal dari data input broker
> di
> BEJ .. anda akan liat permutasi lokal-lokal yang dominan..
>
> Lalu hitung pengangguran bertambah di saat pertumbuhan pasar keuangan,
> daya
> beli riil rontok.. So, buat rakyat kebanyakan "boro-boro beli saham,
> minyak
> goreng naik aja berkerut dahi".. dan ini relevan dengan klaim otoritas
> pasar
> modal sendiri bahwa angka investor lokal tak pernah lebih dari kalim di
> 150.000 orang...
>
> > Simpelnya, ekonomi borokan, pasar karbitan dan ingusan, sehingga ketika
> > digoyang dikit efek gempanya lebih besar dari tenaga penggoyangnya.
>
> Liat juga perbankan.. analisa juga struktur labanya.. analisa juga
> Peraturan
> Bank Indonesia soal treasury dana pihak ketiga (DPK) .. maka benang
> merahnya
> akan terlihat soal "ada madu di balik insentif moneter"
>
> > (pasti banyak disini yg marah sama saya kalau ngomong
> > begini, tapi gapapa lah udah resiko)
>
> Sabar Om... paling saya juga dibilang gitu... tak apa-apa lah hidup ini
> memang hanya soal mengemukakan isi hati dan kepala saja.. lain orang lain
> kepala.. karena antara hati dan kepala ada yang namanya kepentingan dan
> background dunia tempat kita berpijak dan mimpi tempat kita berpikir..
>
> > 2. Anda tetap bersikeras bahwa pasar kita ini harus dibebaskan dan
> > diliberalisasi tanpa banyak campur dari siapapun, terutama regulator.
> > Gitu khan? Bahkan untuk hal apapun, termasuk transaksi derivatif tingkat
>
> > tinggi yg rumit seperti MBS yg kemarin rontok di Amrik itu khan?
>
> He3x.. walau bukan saya yang ditanya..Tapi, kalau mau jujur membuka soal
> sistem ekonomi pasar, maka peran negara akan lebih banyak di Pengaturan,
> Pengawasan dan Penindakan Hukum... Coba deh dilihat, soal pengaturan jelas
> Bank tak boleh alirkan DPK ke Saham... TAPI, apakah ada pengawasan antar
> pasar keuangan (kurs dan saham) serta penindakan hukumnya? Tanpa itu, kita
> tak punya pasar, yang ada hanyalah angan-angan punya pasar..
>
> Meski, anda kecam Amerika soal subprime dsb..dsb... Tapi, mereka itu
> konsisten dengan aliran pasar.. anda boleh cek, bagaimana pengawasan dan
> penindakan hukum jadi balancing pasar ke khitahnya...
>
> Soal pengaturan, boleh dicek juga, ada aturan soal dealer system .. itu
> adalah bentuk intervensi pasar, tapi dengan posisi terbuka dari pelakunya
> (bandar-nya) ... nah kita terasa ada bandar, tapi kayak hantu
> keberadaannya... terus Ketua Bapepam-LK di ultah 30th pasar modal bulan
> lalu
> gagah bilang "akan menghapuskan kasus lama".. bener-bener kayak hantu kan
> kekekek :)
>
> > 3. Apa kesimpulannya kalau bukan "bunuh diri cepat dan massal" ala
> > berkelian neolib?
>
> Terkadang masalahnya bukan soal pro-kontra neolib.. tapi bagaimana
> konsistensi... kita ini negara tanpa Mazhab yang ada pidato mazhab alias
> KWMI (Kaya Wacana Miskin Implementasi) semua asyik dengan dunianya
> sendiri-sendiri :(
>
> > Kenapa saya ga boleh sewot? Wong apapun yg terjadi di pasar modal dan
> > pasar uang kita yang pemainnya katakan tidak lebih dari 3% populasi
> > imbasnya mempengaruhi 200 juta penduduk lainnya kok. Saya berhak sewot,
> > saya adalah bagian dari 200 juta penduduk yg ga ngapa2in, tapi tetap
> > ketiban sialnya :P
>
> Sepakat... Tapi, masalahnya tak cukup hanya menyalahkan orang lain.. kalau
> boleh membawa kata-kata Franklin D. Roselvelt "concerned citizens think
> out
> of the box" .. jadi, saatnya cerdik cendikia untuk melakukan rekayasa atas
> ilmunya tapi di luar kotak kenikmatannya... saatnya kita berpikir membuat
> orang lain bekerja adalah hedging (lindung nilai) atas pekerjaan diriku
> sendiri.. kenapa kita tak mulai egoisme dari sisi itu?
>
> Kalau itu yang terjadi, kawan-kawan kaum pandai dan MAPAN di pasar modal
> akan banyak karya terobosan normalisasi intermediasi sektor keuangan ke
> sektor riil.. hanya dengan daya kerja yang bekerja penuh lah daya beli
> akan
> meningkat.. kalau yang di luar stadion pasar keuangan daya belinya naik,
> maka akan bisa beli tiket dan punya knowledge masuk stadio.. akhirnya
> keberlanjutan capital gain pun tercipta.. jangan hanya mikir apa yang
> digoreng hari ini, tapi apakah besok ada kompor dan minyak gorengnya?
>
> > Sekedar tambahan, saya adalah orang yg khawatir melihat ekspansi
> properti
> > yang keliatan booming tanpa hentinya. Ga cukup apa pelajaran pahit 10
> > tahun yg lalu? Untuk catatan saja, bahwa saya aslinya orang yg optimis.
>
> Tak ada yang salah dengan properti, kalau link and match.. masalahnya
> banyak
> kaum pas-pas-an nyari rumah sulit, KPR habis untuk bangun apartemen, yang
> beli bukan orang butuh tempat tinggal TAPI menginstrumen-kan harta...
> hidup
> ini kata filusuf butuh keseimbangan... itulah peran pemimpin...
>
> > Bikin salah adalah proses belajar, setuju banget. Tapi bikin salah
> > berkali2, harusnya diapain?
>
> Pasrah... abis gimana he3x :) revolusi apa gimana?
>
> Salam,
> Yanuar Rizky
> mail to: [EMAIL PROTECTED] <rizky%40elrizky.net>
> on-the-net: http://www.elrizky.net
> elrizkyNet>"Dari RT-RW Ke Internet Menuju Pasar Modal"
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke