Saya tanyakan juga bagaimana respon budayawan dan rekomendasi kongres atas 
fenomena salah kaprah budaya yang berujung pada lahirnya UU Pornografi dengan 
menempatkan kebudayaan sebagai bagian dari unsur dari penyebar pornografi?
saya tahu Budaya sebagai panglima itu omong kosor besar, suatu impian romantik, 
yang kita hadapi sekarang adalah munculnya ultra kananisme (ini saya tidak 
ngomong soal kesenian, tapi budaya ultra kanan) bagaimana respon para pemangku 
kebudayaan?Bagaimana respon jero wacik sebagai menteri kebudayaan? Mengapa 
mengelola kebudayaan kemudian terjebak pada jargon wisataisme? Tahun kunjungan 
indonesia 2009 dan tahun budaya indonesia 2009 apa bedanya? Apakah kalau nanti 
tahun 2009 menjadi tahun budaya, maka gerakan ultra kanan yang mengancam 
keragaman budaya, etnisitas, kebebebasan berekspresi, dan keanekaragaman di 
larang? Apakah kita bisa menteri kebudayaan dan pariwisata yang setahu saya 
tidak perpendapat apapun tentang ultra kananisme dan UU pornografi bisa 
merespon rekomendasi Anda?
Apa yang membuat Anda bisa seyakin itu?

agung kurniawan  

--- On Sun, 12/14/08, mangoenpoerojo roch basoeki <elrob...@yahoo.com> wrote:
From: mangoenpoerojo roch basoeki <elrob...@yahoo.com>
Subject: Re: [ac-i] Rekomendasi KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA => Usul: Tahun 
2009 sbgi TAHUN BUDAYA?
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
Cc: "bambang ismawan" <bi...@cbn.net.id>, "cerdas tulip" 
<cerdas_tu...@yahoogroups.com>, "kiki syarnaky" <f.eagl...@ag.co.id>
Date: Sunday, December 14, 2008, 6:44 AM










    
            


Mas Luluk dan mas
Agung ysh,  

   

APP yang dipertanyakan mas Agung hanyalah salah satu “budaya SALAH KAPRAH” yang 
melanda perilaku kita
selama ini. Konsep “sepuluh Agenda Budaya” yang ditawarkan mas Luluk Sumiarso 
mencoba untuk mereduksi
kesalahan kaprahan itu.  

   

Namun permasalahkan budaya yang kita hadapi, jauh lebih pelik. Sampai hari ini
kita belum punya TUJUAN NASIONAL yang kita sepakati. Anda bayangkan organisasi
macam mana yang tidak punya kesatuan tujuan? Dua tiga orang saja membuat
organisasi, pasti menentukan dulu tujuan dan menyepakati. Lha ini organisasi 
terdiri
dari 230 juta jiwa, dengan kekayaan yang luar biasa kok gak punya "satu 
tujuan". Apakah ini termasuk "masyarakat berbudaya"? TIDAK.  

   

Budaya Indonesia paling signifikan adalah budaya pengambilan keputusan,
petunjuknya ada di Pembukaan UUD (demikian juga dengan TUJUAN Nasional). Untuk 
menuju
ke sana, konsep “sepuluh” itu harus segera dirintis-laksanakan , sebelum kita
bicara ideologi (yang digali dari sanubari bangsa itu) dan menghayati lalu 
mengamalkannya.  

   

Semoga cepat bisa terlaksana mas, amien.  

Salam, robama.  


From: luluk sumiarso <lsumia...@gmail. com>
To: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com
Sent: Sunday, December 14, 2008 6:49:19 PM
Subject: Re: [ac-i] Rekomendasi KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA => Usul: Tahun 
2009 sbgi TAHUN BUDAYA?










    
            Mas Basoeki,

Setuju sekali, Mas. Persepsi kita selama ini seolah kalau kebudayaan itu 
hanyalah kesenian saja, padahal jauh lebih luas dari itu. Masih ada unsur lain 
(selain Kesenian), yaitu Kepercayaan, Tatanan Sosial (Kekerabatan Sosial), 
Tatanan Ekonomi (Mata Pencaharian) , Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Bahasa. 
Sedangkan Wujud Budaya dapat berupa Nilai-Nilai (Budaya), Aktivitas Budaya dan 
Produk Budaya.Untuk itu, ke depan kelihatannya kita harus menjadikan 
nilai-nilai budaya ini (atau nilai keindonesian menurut istilah Mas Basoeki) 
sebagai "Panglima" dalam Pembangunan Bangsa, yang harus dipatuhi oleh Semua 
Sektor.


Kami hadir dalam Kongres tersebut dan diundang sebagai Pembicara dalam Kelompok 
Kebijakan dan Strategi, menyajikan Makalah berjudul "Pembangunan Bangsa 
Berbasis Nilai-Nilai Budaya : Perlunya Agenda Budaya Bangsa". Kami menyampaikan 
adanya Usulan 10 (sepuluh Agenda Budaya) untuk dibahas dan disempurnakan oleh 
semua pemangku kepentingan budaya, untuk nantinya disepakati sebagai pedoman 
bersama. (Bagi yang berminat, Naskah lengkap dapat diunduh di www.forumbudaya. 
org klik "DOWNLOAD" sebagai bahan pembahasan dan mohon tanggapan/saran/ 
penyempurnaan) .


Mestinya Kongres Budaya (yang tentunya memakan biaya besar) dapat dipakai untuk 
menyepakati agenda besar seperti ini, agar terjadi sinergi. Kita boleh berbeda 
pendapat, tetapi perbedaan itu tentunya bisa kita bicarakan bersama untuk 
dicari titik temunya.


Sepertinya kita memang harus lebih banyak berdialog. Sementara itu, memang ada 
baiknya kalau kita mengusulkan agar Tahun 2009 ditetapkan sebagai Tahun Budaya, 
agar kita semua menyadari betapa pentingnya nilai-nilai budaya ini bagi 
pembangunan karakter bangsa.


Salam,
Luluk



2008/12/14 mangoenpoerojo roch basoeki <elrob...@yahoo. com>

















    
            Bukan hanya setuju pak Luluk, tetapi harus diiktikadi begitu rupa. 
Kalau masih mengacu pada rumusan hasil kongres itu, kok rasanya "budaya hanya 
merupakan satu sektor" dalam pembangunan. Saya sarankan ditingkatkan menjadi 
membangun kebudayaan yang berisi nilai-nilai keindonesiaan. Atau pembangunan 
indonesia yang berkebudayaan, etc.


salam, robama.


From: luluk sumiarso <lsumia...@gmail. com>
To: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com

Cc: jambore_kebudayaan@ yahoogroups. com; media-jatim@ yahoogroups. com

Sent: Saturday, December 13, 2008 6:36:32 PM
Subject: [ac-i] Rekomendasi KONGRES KEBUDAYAAN INDONESIA => Usul: Tahun 2009 
sbgi TAHUN BUDAYA?











    
            Rekan2 Budayawan/Penggiat Budaya,

Agar kelihatan 'grengsengnya' , bagaimana kalau kita usulkan untuk menetapkan 
Tahun 2009 sebagai "TAHUN BUDAYA"?
Setujukah?


Salam,

Luluk S


2008/12/12 henri nurcahyo <henrinurcahyo@ yahoo.com>


















    
            



Rumusan
Kongres Kebudayaan Indonesia 2008

di
Bogor, Jawa Barat, 10-12 Desember 2008

 

I.                  
PENDAHULUAN

 

Kongres
Kebudayaan Indonesia (KKI) 2008 memilih tema "Kebudayaan untuk Kemajuan dan
Perdamaian Menuju Kesejahteraan" . Pemilihan ini didorong oleh kenyataan bahwa
Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa dan budaya, flora dan fauna,
serta kekayaan sumberdaya alam. Namun segala modal besar tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini disebabkan bangsa Indonesia belum dapat mengatasi berbagai krisis yang
dihadapi, terutama krisis yang berkenaan dengan sistem nilai budaya, seperti
etika, moral, kejujuran, dan etos kerja. Oleh karena itu perlu dicari formula
untuk memaanfaatkan modal budaya untuk memajukan kesejahteraan dan perdamaian
masyarakat sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945. 

 

Kongres
diikuti oleh 500 peserta yang mewakili berbagai kepentingan baik perorangan
maupun lembaga/institusi, akademisi, media massa, dan masyarakat umum. Kongres
membahas 102 makalah yang berasal dari unsur budayawan, seniman, cendekiawan,
akademisi dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan kebudayaan serta
pejabat pemerintah. 

 

 

II.               
POKOK-POKOK
BAHASAN KONGRES

 

Kebijakan dan Strategi KebudayaanFilm/Seni Media
SastraBahasa dan Aksara
Seni RupaMedia Massa
Seni PertunjukanEkonomi Kreatif/Industri Budaya
Hak Atas Kekayaan Intelektual
 (HaKI)Diplomasi KebudayaanWarisan Budaya
PendidikanFilantrophi Kebudayaan
Identitas BudayaEtika


 

 

III.            
RUMUSAN


 

MELANJUTKAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

1.     
Membangun
kebudayaan berbasis kemajemukan

2.     
Membangun
masyarakat multicultural

3.     
Merumuskan
kembali strategi kebudayaan

MENJAWAB TANTANGAN INDUSTRI BUDAYA DAN
     GLOBALISASI

1.     
Menumbuhkan
apresiasi dan mengembangan industri budaya berkelanjutan

2.     
Meningkatkan
kualitas pendidikan sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif

3.     
Menciptakan
sistem keuangan yang mendorong industri budaya yang berkualitas

4.     
Mengembangkan
jaringan kerja yang mendukung produksi dan pemasaran industri budaya

 

MENGGALI DAN MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI LUHUR
     BUDAYA BANGSA UNTUK BERSAING DI DUNIA INTERNASIONAL

1.     
Menumbuhkan
apresiasi terhadap identitas budaya bangsa yang multikultural

2.     
Mendokumentasikan
khasanah budaya Indonesia

3.     
Membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengembangkan produk budaya
secara mandiri dan bermutu.

4.     
Menumbuhkembangkan
nilai-nilai budaya yang berakar pada etika universal (demokrasi, hak azasi
manusia dan pelestarian lingkungan).

 

MENGELOLA WARISAN BUDAYA SEBAGAI MODAL UTAMA
     PENGUATAN PERADABAN DEMI KESEJAHTERAN BANGSA

1.     
Menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat

2.     
Mengembangkan
sistem kemitraan berbasis masyarakat tempatan

3.     
Mendorong
pelaksanaan otonomi daerah untuk penguatan dan penciptaan budaya khas daerah.

 

IV.            
REKOMENDASI

 

Merevitalisasi lembaga, sarana dan aktivitas
     kebudayaanPendidikan

1.     
Memperkuat
pendidikan kewarganegaraan yang menghargai keragaman budaya dan menjangkau
masyarakat luas dari berbagai lapisan.

2.     
Menanamkan
nilai-nilai budaya melalui arena publik dengan menekankan pada penegakan hukum
dan peraturan.

3.     
Mengembangkan
pemahaman geobudaya

 

Kemitraan

-         
Meningkatkan
peran masyarakat dalam program pembangunan kebudayaan

 

Peran Pemerintah

1.     
Memfasilitasi
upaya pengembangan kebudayaan di tingkat daerah dan nasional.

2.     
Mewujudkan
pembentukan pusat-pusat kebudayaan di ranah internasional. 

 

Kelembagaan

-         
Mewujudkan
terbentuknya Departemen Kebudayaan

 

Regulasi

1.     
Melaksanakan
Undang-Undang Penyiaran yang mewajibkan televisi berjaringan yang berwawasan
budaya.

2.     
Melindungi
karya-karya kreatif. 

3.     
Memberikan
insentif pajak untuk kegiatan kebudayaan

4.     
Menyelesaikan
penyusunan rancangan UU Kebudayaan dan menyelesaikan revisi UU No 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya

5.     
Menciptakan
sistem penghargaan pada pelaku budaya

 

Otonomi Daerah 

-         
Memberi
peluang yang sebesar-besarnya pada daerah untuk melaksanakan pembangunan
kebudayaan lokal. 

 

Kebijakan

1.     
Merumuskan
kembali strategi dan diplomasi kebudayaan

2.     
Menyelenggarakan
pendidikan berwawasan kebudayaan

 

Filantrophi

1.     
Meningkatkan
kedermawanan di bidang kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat

2.     
Memberdayakan
kemandirian masyarakat.

 

Bogor,
12 Desember 2008

 

Perumus

Al AzharAyu Sutarto
Bambang KiswantiBuntje Harbunangin
Edi SedyawatiEka Budianta
H. HardiJunus Satrio Atmodjo
Kenedi NurhanLaretna T. Adhisakti
Mukhlis PaEniNunus Supardi
Pudentia MPSSRestu
 GunawanSjafri SairinSusanto Zuhdi




        Nama baru untuk Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 

Cepat sebelum diambil orang lain!
      

    
    
        
        
        
        


        


        
        
        
        
        




      


        
        


      
      

    
    
        
        
        
        


        


        
        
        
        
        




      


        
        


      
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke