di tengah kenyang perut kita dan di tengah kita seolah tidak ada soal hidup, 
makan donasikan sedikit nasi dan tenaga kita bagi kaum proletar dan jangan 
hanya berupacara agama.

--- On Thu, 1/13/11, ngurah beni setiawan <setiawan_b...@yahoo.com> wrote:

From: ngurah beni setiawan <setiawan_b...@yahoo.com>
Subject: [bali] Re: negeri korup
To: bali@lp3b.or.id
Date: Thursday, January 13, 2011, 10:18 PM

bli Gede,
Tyang juga korupsi waktu dong saat membaca email bli Gede ini?! Hehe...
Pak Wis, mau ikut korupsi waktu juga? 
 salam hangat penuh semangat,ngurah beni setiawanP Save a tree...please don't 
print this e-mail unless you really need to

From: "Ambara, Gede Ngurah (KPC)" <gede.amb...@kpc.co.id>
To: bali@lp3b.or.id
Sent: Fri, 14 January, 2011 9:57:46
Subject: [bali] Re: negeri korup




 
 











Benar sekali Beni..bisa jadi angka Taufiq
Ismail ini kiasan, 1 juta terhadap  220 juta penduduk Indonesia kan sekitar  
0.5% 

Atau secara gampang diantara 200 orang di sekitar
kita, kira-kira Cuma ada 1 orang yang korupsi, korupsi apa saja deh mulai yang 
kecil-kecil…

Apakah pernyataan ada 1 orang korupsi diantara
200 orang ini cukup valid mewakili kondisi bangsa ini?…silahkan check ke sekitar
kita termasuk ke diri kita sendiri

 

Contoh kecil, titiang mengurus KTP, tapi karena
bekerja dan tidak punya waktu menguruskan sendiri, saya minta bantuan teman 
untuk
mengurusnya dengan jasa  50 ribu rupiah..

(padahal kalau diurus sendiri biaya tidak lebih
dari  20 ribu rupiah)…kemana yang 30 ribu rupiah? Sebagian tentu dipakai
si penyedia jasa ini (calo), sebagian lagi mungkin diberikan ke petugas pengurus
KTP sebagai jasa “tidak resmi” alias pungli dengan tujuan agar KTP diproses
lebih cepat…pungli ini yang walaupun jumlahnya kecil kan bagian juga dari
korupsi….

 

Contoh lain, saat saya menulis di-email ini,
saya telah melakukan korupsi waktu, waktu yang diberikan perusahaan tempat saya
bekerja, saya korupsi walau sedikit (5-10 menit) untuk menulis e-mail yang bukan
keperluan kantor, ini juga contoh korupsi, korupsi waktu kerja…

 

Nah amonto gen malu, yen mekelo dini nulis,
makin liu yanan korupsi-ne …

 

Salam hangat kembali..

Semoga Tahun Baru 2011 memberi semangat dan vitalitas baru buat semua..

 

Suksme

Ngurah Ambara 

 

 

-----Original Message-----

From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id]
On Behalf Of ngurah beni setiawan

Sent: Friday, January 14, 2011
9:45 AM

To: bali@lp3b.or.id

Subject: [bali] Re: negeri korup

 





Bli Gede,





 





Taufik Ismail kan seorang penyair...





setiap kalimat dan rangkaian
kata-nya penuh kiasan, bisa jadi 1 juta orang yang ditengarai juga sebuah
kiasan 





 





salam hangat penuh semangat,





ngurah beni setiawan





P Save a tree...please don't print this e-mail unless you really
need to





 





 









From: "Ambara, Gede Ngurah
(KPC)" <gede.amb...@kpc.co.id>

To: bali@lp3b.or.id

Sent: Fri, 14 January, 2011
7:40:46

Subject: [bali] negeri korup



Pak Artika, di tulisan
Bapak menurut saya energy-nya terlalu panas (terlalu banyak emosi yang
ditumpahkan)..

Situasi di negeri ini
sebenarnya jauh sangat rumit dan kompleks, jadi tidak akan bisa dipecahkan
masalahnya hanya oleh pemerintah sendiri..

Sebab pelaku korupsi
jumlahnya bukan puluhan orang, menurut Taufiq Ismail bisa jadi ratusan ribu
orang atau mungkin mencapai 1 juta orang..

Perlu kebangkitan
kesadaran setiap individu rakyat Indonesia untuk menghindari prilaku korup dari
dalam dirinya, dan akhirnya berpengaruh ke lingkungan sekitar, dan meluas
sampai ke bangsa dan negara

 

Berikut cuplikan tulisan
Taufiq Ismail, tentang Topik yang sama yang sedang Pak Artika soroti...

 

Suksme

Ngurah Ambara

 

-------------------------------------------------------------

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling



Oleh Taufiq Ismail



Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,

terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.

Penganggur 40 juta orang,anak-anak tak bisabersekolah 11 juta murid,

pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang,

VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan

dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian
Jagat Raya,

dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Bank
Dunia.



Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah
sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan
angan-angan

di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena

majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa

dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.



Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali.

Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.

Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah
dipatahkannya.



Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.

Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.

Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi,

dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi .

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal
dan haram,

ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.

Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret,

jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di
atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.



Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.

Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.

Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.

Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.

Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,

membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah

dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis
kelamin.

Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?

Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari
atas sampai ke bawah?

Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan
yang memerintah.



Bagaimana ini?



Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up
Operation),

tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,

kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,

otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?

Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,

tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,

malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,

penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.



Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,

barangkali sekitar satu juta orang ini,

cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
eksekutif,

legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan
meriam,

yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?



Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?

Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?

Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?



Percuma



Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan

Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia

mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun

dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka

orang yang shalat juga,

orang yang berpuasa juga,

orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.



Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan
darah atau teman sekolah,

maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang
seagama atau sedaerah,

Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam
berharap semoga kita

mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.



Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.

Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. 

Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah
Indonesia dimakan anai-anai.

Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.

Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa,

televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.



Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah

Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.

Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.



Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.

Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.

"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka.

"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.



Aku melarikan diri kencang-kencang.

Mereka mengejarkan lebih kencang lagi.

Mereka menangkapku.

"Ambil bensin!" teriak seseorang.

"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.

Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.



Seseorang memantik korek api.

Aku dibakar.

Bau kawanan rayap hangus.

Membubung Ke udara.

 

--------------------------------------------------------------

 

 

-----Original Message-----

From: bali-bou...@lp3b.or.id
[mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of wayan
artika

Sent: Friday, January 14, 2011
8:25 AM

To: bali@lp3b.or.id

Subject: [bali] Re: Test

 


 
  
  TEMAN-TEMAN YANG BAIK HATI, MOHON BACA TULISAN INI
  YA...

  

  SALAM

  ARTIKA

  

  --- On Thu, 1/13/11, Gde Wisnaya Wisna <gdewisn...@gmail.com>
  wrote:
  

  From: Gde Wisnaya Wisna <gdewisn...@gmail.com>

  Subject: [bali] Re: Test

  To: bali@lp3b.or.id

  Date: Thursday, January 13, 2011, 4:04 AM
  
  SEPI ing milis, RAME
  ing gawe.
  
  On Thu, Jan 13, 2011 at 3:37 PM, ngurah beni
  setiawan <setiawan_b...@yahoo.com> wrote:
  
  
  
  mungkin sengaja dibikin sepi...
  
  
   
  
  
  Undang Gayus aja, dijamin rame 
  
  
  seperti republik ini yang lagi demam gayus

   
  
  
   
  
  
  ngurah beni setiawan
  
  
  P Save a tree...please don't print this e-mail unless you
  really need to
  
  
   
  
  
   
  
  
  
  
  From: Asana Viebeke
  Lengkong <asan...@indo.net.id>
  
  

  To: bali@lp3b.or.id
  
  Sent: Thu, 13
  January, 2011 14:24:51

  Subject: [bali] Re: Test
  
  
   
  
  GR....
  Donny.... GR...
   
  
  
  From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id]
  On Behalf Of donny harimurti

  Sent: 13 Januari 2011 13:20

  To: bali@lp3b.or.id

  Subject: [bali] Test
  
  
   
  
  
  Maaf
  
  
  Test saja. 
  
  
  Milis ini sedang sepi atau ada gangguan pd akun
  saya?
  
  
   
  
  
  Salam hangat,
  
  
  Donny
  
  
  
  
  
  
  
  
   
  
  
  

  

  

  -- 

  Gde Wisnaya Wisna

  Jl.Dewi Sartika Utara 32A

  Singaraja-Bali

  website : www.lp3b.com
  
  
 


 









 














      


      

Kirim email ke