Minggu, 17 September 2006 Jadilah Sahabat Penderita Kanker Payudara
Tak hanya memberi dukungan moral, breast friend juga bisa membantu pasien memahami informasi tentang penyakitnya. Tak mudah menjalani masa-masa perjuangan melawan kanker payudara. Sama tidak mudahnya ketika harus menerima kenyataan terkena kanker payudara. Artis senior, Rima Melati, pernah merasakan betapa beratnya masa-masa itu. Rima pun lalu berkisah mengenai kanker payudara yang pernah menyerangnya. Awalnya, kata Rima, ia tak khawatir saat mengetahui ada benjolan di payudaranya. Saat itu, ia memang tak punya banyak informasi mengenai penyakit ganas ini. Hal lain yang membuatnya tak merasa khawatir adalah benjolan itu tak menimbulkan rasa sakit. ''Sampai akhirnya, ketika benjolan itu makin besar, saya mulai curiga. Hasil pemeriksaan USG membawa saya ke pemeriksaan lanjutan yaitu mamografi,'' ungkap Rima saat peluncuran kampanye Breast Friends penderita kanker payudara di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dari hasil mamografi itu, dokter akhirnya menjatuhkan 'vonis' kanker payudara. ''Reaksi saya? Ah, nggak mungkin!'' tutur Rima. Belakangan ia menyadari, reaksi penolakan itu muncul karena ketidaktahuannya tentang kanker payudara. ''Sebetulnya nggak boleh. Begitu didiagnosis, segera lakukan pemeriksaan menyeluruh agar tahu jenis kanker payudara dan tingkat keganasannya sehingga penanganan yang terbaik bisa dilakukan.'' Walau awalnya muncul penolakan dari dirinya, Rima akhirnya menjalani serangkaian pengobatan. ''Sakit luar biasa. Itu yang saya rasakan saat menjalani enam kali kemoterapi dan 35 kali radioterapi. Rambut saya rontok, gundul.'' Namun, Rima tak menyerah. Ia ingin sembuh. Keinginan itu, katanya, jauh lebih kuat ketimbang rasa sakit yang harus ia tanggung. ''Lebih dari itu, saya selalu libatkan Tuhan. Dia yang memberikan daya hidup luar biasa dan saya yakin Dia selalu mendampingi saya.'' Kekuatan itu juga datang berkat dukungan Frans Tumbuan, suaminya, yang selalu setia menemani dalam pengobatan. Sekali waktu, usai menjalani kemoterapi, Frans menyisir rambutnya. Terkejut karena ada rambut Rima menempel di sisir, Frans dengan perasaan bersalah bermaksud menaruh rambut itu di tempatnya semula. ''Tidak apa-apa, kita tahu ini akan terjadi,'' kata Rima mengenang ucapannya pada Frans saat itu. ''Kami berpelukan dan saya merasa jadi makin kuat melawan kanker payudara saya karena saya tahu begitu besar kasih Frans kepada saya. Dia selalu mendukung dan memberikan semangat untuk saya. Dialah breast friend saya.'' Kampanye global Breast friend, seperti yang dilakukan Frans pada Rima, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengobatan kanker payudara. Seperti dikatakan dokter Sutjipto SpB Onk, ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, peran pendamping bagi penderita kanker payudara memang sangat penting, tidak saja dalam hal memberikan dukungan moral dan emosional, tapi juga untuk membantu pasien memahami informasi yang terkait dengan kanker yang dideritanya. Nah, dengan kampanye Breast Friend yang tengah digalakkan secara global ini diharapkan dapat mendorong orang-orang terdekat dari pasien kanker payudara untuk menjadi pendamping yang aktif dan menjadi sahabat. ''Sehingga bisa membantu pasien mengenali kanker payudara yang ia derita dan mendapatkan penanganan yang tepat,'' tutur ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ini. Ini adalah kampanye global yang dirancang khusus untuk menggugah kepedulian masyarakat terhadap kanker payudara dan menekankan betapa pentingnya kehadiran para sahabat untuk memberikan dukungan moral serta saran-saran yang membantu pasien mengambil keputusan secara tepat. Kampanye ini diharapkan dapat memotivasi orang-orang terdekat dari penderita kanker payudara seperti pasangan hidup, orang tua, saudara, dan teman dari para penderita kanker payudara agar lebih berperan sebagai sahabat bagi pasien. Amelia Natasha punya pengalaman mendampingi ibunya, Ida Noor, yang menderita kanker payudara. Presenter yang akrab disapa Ata ini belakangan menyadari, kanker payudara yang terlambat dideteksi telah merenggut nyawa ibunya. ''Hanya dalam hitungan bulan sejak terdiagnosis kanker payudara stadium empat dan menjalani beragam pengobatan sampai diangkat payudaranya, radioterapi, dan sekali kemoterapi, akhirnya Mama meninggal,'' ucap salah satu presenter Indonesian Idol ini. Ata mengakui, sebelumnya dia tidak begitu mengerti tentang kanker payudara. Setelah sang ibu terkena penyakit ini, barulah matanya mulai terbuka. ''Betapa banyaknya kasus kanker payudara di sekelilingku. Sekarang yang aku bisa lakukan adalah berusaha membantu jika ada yang meminta aku mendukung kegiatan yang berhubungan dengan kanker payudara. ''I really want to do something!'' ujarnya. Ata belajar banyak hal dari kejadian itu. Pertama, katanya, orang yang terdiagnosis kanker payudara sebaiknya memiliki seseorang atau sahabat, siapa pun dia, yang benar-benar bisa mendampingi dan memberikan dukungan. Kedua, mendampingi orang sakit itu tidak mudah. ''Adakalanya kita merasa capek,'' ujarnya. Karena itu, Ata menyarankan, jangan lupa untuk meluangkan waktu sejenak untuk diri sendiri, rileks, supaya bisa tetap berpikir jernih. Ketiga, bekali diri dengan informasi sebanyak mungkin, cari second opinion, cari tahu tentang kankernya, pengobatannya, perawatannya, dan rumah sakit yang bisa menangani. Keempat, pendamping pasien harus selalu berpikir positif agar bisa mendorong pasien berpikir positif juga. Terima dan hadapi kenyataan. ''Life is very short, don't give up. Manfaatkan hidup semaksimal mungkin,'' ucapnya. Hal senada juga dikatakan Rima. Menurutnya, siapapun yang didiagnosis menderita kanker payudara, berusahalah untuk menerima kenyataan dengan lapang dada. ''Pilihan terbaik, terima kenyataan, segera bertindak, lakukan pemeriksaan lengkap, dan terapi menyeluruh,'' ucapnya. Untuk keluarga pasien, Rima juga menyarankan untuk selalu berpikir positif. ''Buat dia (penderita) bahagia, berikan semangat, dan bantu dengan doa.'' (bur ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=264936&kat_id=123