Mumpung lagi gak ada Boss ;-)

Melisa

Dikutip dari Horizon 17 milis Sehat.
==============================
Pendahuluan

Stroke terjadi akibat terganggunya aliran darah ke bagian otak tertentu
sehingga otak kekurangan asupan oksigen dan zat gizi. Dalam beberapa menit
hingga beberapa jam, sel otak perlahan-lahan akan mati. Dengan demikian,
stroke merupakan suatu kegawatdaruratan, hidup dan mati hanya dipisahkan
oleh dinding yang tipis kecuali bila.penanganannya yang cepat dan tepat.
Derajat kerusakan otak dan kecacatan dapat diminimalisasi apabila
penanganannya tepat dan sedini mungkin.



Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian urutan ke-3 pada
orang dewasa. Penyakit jantung dan kanker menempati urutan pertama dan
kedua. Setiap tahun, sekitar 700.000 warga Amerika mengalami stroke, dan
160.000 diantaranya meninggal. Untungnya, saat ini, semakin sedikit warga
Amerika yang meninggal akibat stroke dibandingkan dengan 20 atau 30 tahun
yang lalu. Kondisi ini menunjukkan keberhasilan program pengendalian faktor
risiko stroke seperti merokok, tekanan darah tinggi, diabetes, serta kadar
kolesterol darah yang tinggi.



Gejala dan Tanda

Kita perlu mengetahui gejala dan tanda stroke agar dapat segera memberikan
pertolongan pertama apabila ada yang mengalaminya. Gejala dan tanda yang
paling sering terjadi adalah:



-     Rasa baal, lemah atau lumpuh pada wajah, lengan atau tungkai yang
timbul secara tiba-tiba (biasanya pada satu sisi tubuh, kiri atau kanan).

-     Kehilangan fungsi wicara, tidak dapat berbicara atau tidak mengerti
pembicaraan orang lain (afasia).

-     Penglihatan kabur, penglihatan ganda atau penurunan fungsi penglihatan
secara mendadak.

-     Pusing, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.

-     Nyeri kepala hebat yang timbul tiba-tiba atau nyeri kepala yang tidak
biasanya, yang dapat disertai dengan leher kaku, nyeri wajah, nyeri diantara
kedua mata, muntah, atau penurunan kesadaran.

-     Bingung atau gangguan proses mengingat, disorientasi ruang atau
persepsi.



Perlu diketahui, pada kebanyakan penderita, stroke terjadi tanpa didahului
suatu gejala apapun. Pada sebagian lainnya, stroke terjadi setelah munculnya
suatu gejala yang disebut dengan Transient Ischemic Attack (TIA). TIA adalah
keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah ke bagian otak tertentu yang
bersifat sementara. Gejala dan tanda TIA sama dengan gejala dan tanda stroke
tetapi berlangsung lebih cepat dan singkat (beberapa menit hingga 24 jam),
kemudian menghilang tanpa meninggalkan gejala sisa (cacat tubuh). Seseorang
dapat mengalami TIA lebih dari satu kali (gejala/tanda bisa sama atau
berbeda antar satu episode TIA dengan episode TIA lainnya). TIA merupakan
faktor risiko terjadinya stroke di kemudian hari. Seseorang yang pernah
mengalami TIA, berisiko stroke 9x lipat ketimbang orang yang tidak pernah
mengalami TIA.



Penyebab

Stroke disebabkan  gangguan volume darah di otak. Stroke iskemis disebabkan
oleh penurunan jumlah darah di otak sedangkan stroke hemoragis disebabkan
peningkatan volume darah di otak.



Stroke Iskemis

Sekitar 80% stroke yang terjadi adalah stroke iskemis. Terjadi apabila
terdapat gumpalan bekuan darah (atau partikel lain) yang menyumbat pembuluh
darah ke otak. Penyumbatan ini menyebabkan aliran darah ke otak berkurang
dengan drastis (iskemia). Akibatnya, asupan oksigen dan zat gizi untuk sel
otak berkurang dan sel otak pun mengalami kematian dalam hitungan beberapa
menit saja. Dua jenis stroke iskemis yang paling sering terjadi adalah:



§         Stroke Trombosis

      Terjadi apabila gumpalan bekuan darah (trombus) terbentuk di pembuluh
darah ke otak. Trombus terbentuk akibat proses atherosklerosis, penumpukan
kolesterol di dinding pembu-luh darah yang kemudian dindingnya menjdai
"rusak". Proses tersebut dapat terjadi pada salah satu dari dua arteri
karotis yang terletak di leher yang mengalirkan darah ke otak. Dapat juga
terjadi di pembuluh-pembuluh darah arteri lainnya.



            Arteri carotis








§         Stroke Embolis

      Terjadi apabila suatu gumpalan (bekuan darah ataupun partikel lainnya)
yang semula terbentuk di pembuluh darah arteri yang "jauh" dari otak tetapi
gumpalan tersebut terlepas dan ikut aliran darah dan kemudian tersangkut dan
menyumbat pembuluh arteri otak yang kecil. Gumpalan tersebut (embolus)
biasanya disebabkan oleh kelainan irama jantung.









Stroke Hemoragis (perdarahan)

Stroke hemoragis terjadi apabila pembuluh darah ke otak bocor atau robek.
Banyak hal dapat menyebabkan terjadinya perdarahan ini tetapi yang tersering
adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol. Perdarahan
juga bisa terjadi pada seseorang yang menderita kelainan pembuluh darah yang
disebut aneurisma.  Sedangkan penyebab yang jarang adalah kelainan pembuluh
darah yang disebut Malformasi Arteriovena, suatu keadaan bawaan sejak lahir
dimana dinding pembuluh darah tipis dan kusut akibat gangguan pada saat
proses pembentukan.









Dua jenis stroke hemoragis yang paling sering adalah:



§         Hemoragis Intraserebral (perdarahan di dalam otak)

      Pada jenis stroke ini, pembuluh darah pada otak pecah dan darah
mengalir keluar melapisi jaringan otak dan merusak sel otak. Sel-sel otak
yang berada jauh dari tempat terjadinya robekan mengalami kekurangan aliran
darah sehingga akan mengalami kerusakan. Penyebab tersering adalah tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi menyebabkan pembuluh darah arteri
berukuran kecil pada otak menjadi rapuh, mudah  robek dan pecah.



§         Hemoragis Subarakhnoid

      Perdarahan bermula di pembuluh darah berukuran besar yangterletak
dekat atau di selaput yang membungkus otak. Selanjutnya darah mengalir
keluar mengisi rongga antara otak dan tulang tengkorak. Biasanya ditandai
dengan nyeri kepala hebat yang timbul secara tiba-tiba. Jenis stroke ini
biasanya disebabkan oleh robeknya dinding pembuluh darah (aneurisma) akibat
proses penuaan ataupun karena kelainan genetik. Setelah terjadi perdarahan,
pembuluh darahnya akan mengerut sehingga sel otakpun mengalami kerusakan
akibat terhambatnya aliran darah ke bagian otak tersebut.











Faktor-faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami stroke. Beberapa faktor risiko tersebut juga meningkatkan
kemungkinan menderita serangan jantung. Yaitu:



-     Riwayat keluarga. Risiko mengalami stroke meningkat apabila salah satu
dari orangtua ataupun saudara kandung ada yang mengalami stroke ataupun TIA.



-     Umur. Risiko mengalami stroke meningkat seiring bertambahnya usia.



-     Jenis kelamin. Stroke menyerang laki-laki dan perempuan dengan
proporsi seimbang namun, wanita lebih sering meninggal akibat stroke
daripada laki-laki.



-     Ras. Orang berkulit hitam lebih rentan mengalami stroke dibandingkan
ras lainnya. Hal tersebut antara lain diakibatkan tingginya prevalensi
tekanan darah tinggi dan diabetes pada ras berkulit hitam.



-     Tekanan darah tinggi (Hipertensi). Tekanan darah tinggi merupakan
faktor risiko  terjadinya stroke jenis iskemis maupun hemoragis. Hipertensi
akan melemahkan dan merusak pembuluh darah otak sehingga pembuluh darah
rentan mengalami proses atherosklerosis ataupun perdarahan.



-     Peningkatan kadar kolesterol "jahat" dalam darah. Kadar kolesterol LDL
(kolesterol "jahat") yang tinggi dapat meningkatkan risiko atherosklerosis.
LDL yang berlebihan akan membentuk lapisan di dinding pembuluh darah arteri
yang apabila mengeras akan membentuk plak. Kadar trigliserida yang tinggi,
juga meningkatkan risiko atherosklerosis. Sebaliknya, jika kadar kolesterol
HDL (kolesterol "baik") yang tinggi justru akan mengurangi risiko
atherosklerosis dengan cara membantu mengeluarkan lemak dari tubuh melalui
hati.



-     Merokok. Perokok lebih rentan mengalami stroke daripada bukan perokok.
Rokok ikut berperan membentuk plak di dinding pembuluh darah arteri. Nikotin
pada rokok membuat jantung bekerja lebih keras karena meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah. Karbon monosida pada rokok, akan berikatan dengan
hemoglobin (zat yang berfungsi mengantarkan oksigen) dengan cara "mengusir"
oksigen. Akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen di aliran darah sehingga
jaringan tubuh termasuk otak, akan kekurangan oksigen.



-     Diabetes. Diabetes merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.
Tubuh penderita diabetes mengalami gangguan metabolisme karbohidrat dan
lemak sehingga penderita diabetes rentan mengalami tekanan darah tinggi dan
atherosklerosis. Diabetes juga mengganggu proses penghancuran gumpalan
bekuan darah sehingga meningkatkan risiko stroke iskemis.



-     Obesitas. Berat badan berlebih meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi, penyakit jantung, atherosklerosis dan diabetes; semua keadaan yang
justru meningkatkan risiko stroke.



-     Penyakit jantung. Beberapa penyakit jantung, antara lain gagal jantung
kongestif, riwayat serangan jantung, infeksi katup jantung (endokarditis),
fibrilasi atrial (salah satu jenis kelainan irama jantung), penyakit katup
aorta atau katup mitral, penggantian katup jantung, dan foramen ovale
(lubang abnormal antara kedua rongga atrium jantung) meningkatkan risiko
stroke. Stroke embolis umumnya disebabkan oleh fibrilasi atrium.



-     Riwayat stroke atau TIA. Seseorang yang pernah mengalami stroke,
rentan  mengalami stroke berulang. Seseorang yang pernah mengalami TIA akan
sembilan kali lebih berisiko mengalami stroke dibandingkan yang tidak pernah
mengalami TIA.



-     Kadar homosistein yang meningkat. Homosistein adalah salah satu jenis
asam amino yang membentuk protein. Homosistein secara normal terdapat di
dalam darah. Namun bila kadar homosistein meningkat, akan meningkatkan
risiko kerusakan jantung ataupun kerusakan pembuluh darah.



-     Penggunaan pil KB. Risiko mengalami stroke lebih tinggi pada wanita
yang mengonsumsi pil KB, apalagi bila wanitanya perokok atau berusia >35
tahun. Namun, pil KB yang ada saat ini memiliki dosis hormon yang lebih
rendah, sehingga risiko mengalami stroke berkurang.



Faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan kemungkinan stroke antara lain
peminum alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain, serta
stres yang tidak terkontrol.





Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Jika seseorang menunjukkan gejala-tanda stroke atau TIA, segera bawa ke RS
terdekat yang diketahui memiliki fasilitas CPR atau minta ambulans untuk
datang secepatnya.



Sambil menunggu kedatangan bantuan tenaga medis dan ambulans, pasien
diobservasi dengan seksama dan beberapa tindakan yang mungkin harus
dilakukan, antara lain:



-     Jika penderita berhenti napas, lakukan resusitasi.

-     Jika penderita muntah, miringkan posisi tubuh untuk mencegah penderita
tersedak.

-     Jangan memberikan minuman ataupun makanan.



Setiap menit sangat berharga untuk penderita stroke. Semakin lama stroke
tidakditangani dengan tepat, semakin besar kerusakan otak yang terjadi dan
semakin besar pula kemungkinan penderita mengalami kecacatan. Keberhasilan
pengobatan sangat tergantung pada seberapa cepat penderita ditangani dokter
di ruang gawat darurat.





Deteksi Dini dan Diagnosis
Jika seseorang pernah mengalami stroke atau TIA, ataupun memiliki
faktor-faktor risiko stroke, segeralah berkonsultasi dengan dokter mengenai
deteksi dini dan pemeriksaan yang perlu dilakukan.



Saat stroke, dokter harus segera menentukan tipe stroke yang diderita
(iskemis atau hemoragis) serta lokasi kerusakan di otak. Selain itu, dokter
juga harus menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang memberikan gejala
mirip stroke, seperti tumor.Berikut ini beberapa pemeriksaan yang dilakukan
pada deteksi dini ataupun untuk menegakan diagnosis menderita stroke. Yaitu:



-     Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dokter akan mencari
apa saja faktor risiko si pasien antara lain dengan memeriksa tekanan darah,
kadar kolesterol dan homosistein darah, dan kadar gula darah (diabetes).
Dokter juga akan mendengarkan suara jantung dan suara pembuluh darah arteri
untuk menilai apakah terdapat suara mendesing (bruit) yang menandakan adanya
proses atherosklerosis.



-     USG Karotis. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya penyempitan
ataupun gumpalan bekuan darah pada arteri karotis.



-     Arteriografi. Dengan pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran pembuluh
darah arteri pada otak yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan
radiologis. Caranya adalah dengan memasukkan pipa kateter yang tipis dan
fleksibel melalui lipatan paha Pipa itu kemudian masuk ke dalam pembuluh
arteri utama menuju arteri karotis atau arteri vertebral. Setelah itu akan
diinjeksikan zat warna melalui pipa kateter tersebut sehingga pembuluh darah
arteri akan terwarnai. Pemeriksaan arteriografi akan memperlihatkan gambaran
pembuluh darah otak secara jelas, sehingga adanya kelainan bentuk pembuluh
darah arteri otak dapat terlihat.



-     CT scan. Pada pemeriksaan CT angiografi, zat kontras/zat warna
dimasukkan melalui pembuluh darah vena dan akan memberikan gambaran 3
dimensi pembuluh darah di leher dan otak. Pemeriksaan ini terutama untuk
mencari kelainan aneurisma atau malformasi arteriovena serta untuk mencari
adanya penyempitan pembuluh darah arteri. CT scan tanpa zat warna dapat
memperlihatkan gambaran jaringan otak, namun tidak secara jelas dapat
memperlihatkan gambaran pembuluh darah otak.



-     MRI. MRI dapat memperlihatkan gambaran 3 dimensi otak. Pemeriksaan ini
sangat sensitif untuk mendeteksi adanya area jaringan otak yang rusak akibat
stroke iskemia. MR angiografi dapat menilai keadaan pembuluh darah arteri di
leher dan otak.



-     Ekokardiografi (untuk menilai keadaan jantung). Ekokardiografi
transesofageal dapat memperlihatkan gambaran jantung yang lebih jelas dan
lebih detail termasuk adanya gumpalan bekuan darah yang mungkin tidak dapat
dilihat pada ekokardiografi biasa.





Pengobatan
Pengobatan Segera merupakan hal penting untuk mengatasi stroke. Namun
pengobatan yang diberikan sangat tergantung pada jenis stroke yang terjadi.



Stroke Iskemia
Untuk mengatasi stroke iskemia, dokter harus menghilangkan sumbatan yang
terjadi dan memperbaiki aliran darah ke otak.



Pengobatan darurat. Penyuntikkan obat yang dapat menghancurkan gumpalan
bekuan darah (trombolitik) seperti tissue plasminogen activator (TPA). Obat
ini  harus diberikan dalam waktu 3 jam pertama setelah terjadinya stroke.
Pengobatan yang cepat akan meningkatkan kemungkinan hidup dan mengurangi
kecacatan. Namun begitu, saat ini hanya sedikit penderita stroke yang
mendapatkan terapi trombolitik, alasannya antara lain:



§         Periode waktu yang terbatas. Tiga jam pertama setelah mengalami
stroke merupakan periode waktu yang telah ditetapkan untuk dapat memberikan
obat trombolitik secara intravena. Setelah melewati periode 3 jam, risiko
mengalami perdarahan ataupun komplikasi lainnya dari pemberian obat
trombolitik akan jauh lebih besar daripada keuntungan yang didapat.



§         Terbatasnya kelompok orang yang mendapat manfaat dari terapi
trombolitik. Obat TPA tidak dapat mengatasi stroke hemoragis, bahkan
pemberian obat trombolitik (TPA) dapat memperburuk stroke hemoragis yang
terjadi. Selain itu, tidak semua orang yang mengalami stroke iskemis
merupakan kandidat ideal untuk mendapatkan terapi trombolitik. Kemampuan
obat TPA untuk menghancurkan gumpalan darah juga meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan di otak dan di tempat lainnya. Setelah mendiagnosis
stroke akut, pasien dan dokter dapat berdiskusi untuk menimbang risiko dan
keuntungan yang didapat apabila terapi trombolitik diberikan. Dokter tidak
akan memberikan terapi trombolitik apabila tekanan darah penderita tidak
terkontrol.



Pembedahan dan prosedur-prosedur lainnya. Dokter mungkin akan
merekomendasikan prosedur untuk memperbaiki pembuluh darah arteri yang
menyempit karena plak, posedur-prosedur tersebut antara lain:



-     Carotid endarterectomy. Dokter bedah akan melakukan sayatan di leher
sehingga arteri karotis terlihat. Lalu arteri karotis dibuka dan plak
dikeluarkan, dan arteri karotis ditutup kembali. Seseorang yang mengalami
sumbatan pada arteri karotis merupakan kandidat utama pembedahan ini.
Prosedur ini akan menurunkan risiko stroke iskemis. Namun prosedur ini tetap
menimbulkan beberapa risiko, selain risiko-risiko yang dapat terjadi pada
prosedur pembedahan umumnya, carotid endarterectomy sendiri dapat
mencetuskan terjadinya stroke ataupun serangan jantung.



-     Angioplasti. Penggunaan prosedur ini lebih jarang daripada prosedur
carotid endarterectomy. Angioplasti dapat melebarkan diameter pembuluh darah
arteri yang menuju otak, biasanya arteri karotis. Pada prosedur ini, balon
yang terdapat pada kateter dimasukkan kedalam pembuluh darah arteri hingga
menuju daerah yang mengalami sumbatan. Pada daerah yang tersumbat tersebut,
balon akan digembungkan sehingga akan menekan plak ke dinding pembuluh
darah. Suatu alat berupa pipa yang terbuat dari logam yang disebut stent
akan diletakkan pada daerah sumbatan tersebut untuk mencegah terjadinya
penyempitan pembuluh darah kembali di kemudian hari. Prosedur angioplasti
yang dikerjakan saat ini sudah lebih canggih karena menggunakan alat yang
dapat menangkap material-material plak yang terlepas (embolus) saat sedang
melakukan prosedur angioplasti, yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya stroke.



-     Teknik-teknik lainnya. Dokter juga terus melakukan penelitian agar
dapat mengeluarkan gumpalan bekuan darah dengan meminimalisasi komplikasi
yang mungkin terjadi. Pada prosedur kateter embolektomi, pipa kateter
dimasukan ke pembuluh darah arteri yang menuju otak dan kemudian gumpalan
bekuan darah dikeluarkan. Dengan prosedur ini, terapi trombolitik juga dapat
diberikan langsung pada arteri yang mengalami sumbatan.



Pengobatan pencegahan. Jika seseorang mengalami stroke iskemia, sangat
penting untuk menentukan apa penyebab stroke nya agar dapat mencegah
serangan stroke berikutnya. Dokter mungkin akan merekomendasikan obat-obat
yang dapat menurunkan risiko kemungkinan TIA ataupun stroke, antara lain:



-     Obat-obatan anti platelet. Platelet (trombosit) adalah sel darah yang
fungsinya memulai proses pembekuan darah. Obat-obatan anti platelet akan
membuat platelet menjadi kurang lengket dan kemampuannya untuk menggumpal
juga berkurang. Obat anti platelet yang paling sering digunakan adalah
aspirin. Dokter juga mungkin akan meresepkan Aggrenox, kombinasi aspirin
dosis rendah dengan obat anti platelet seperti dipyridamole, untuk
mengurangi gumpalan bekuan darah. Jika aspirin tidak dapat mencegah
seseorang mengalami TIA atau stroke, ataupun seseorang tidak dapat
mengkonsumsi aspirin, dokter mungkin akan meresepkan obat anti platelet
lainnya seperti clopidogrel (Plavix) atau ticlopidine (Ticlid).



-     Antikoagulan. Yang termasuk golongan ini antara lain heparin dan
warfarin (Coumadin). Obat-obatan ini mempengaruhi proses pembekuan darah
dengan mekanisme yang berbeda dari obat anti platelet. Heparin adalah obat
yang bekerja cepat dan digunakan di rumah sakit untuk waktu yang singkat.
Warfarin yang merupakan obat yang bekerja lebih lambat dari heparin
digunakan untuk waktu yang lebih lama. Penggunaan obat golongan ini harus
dengan pengawasan ketat dokter. Dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan
ini apabila seseorang mengalami gangguan proses pembekuan darah,
abnormalitas pembuluh darah arteri tertentu, irama jantung abnormal seperti
fibrilasi artrial, ataupun gangguan-gangguan jantung lainnya.



Stroke Hemoragis (Perdarahan)
Terapi bedah umumnya merupakan terapi utama (treatment of choice) untuk
mengatasi ataupun untuk mencegah berulangnya stroke ini di kemudian hari.
Prosedur yang paling sering dilakukan adalah penjepitan aneurisma atau
pengangkatan malformasi arteriovena dengan berbagai kemungkinan
komplikasinya. Dokter biasanya merekomendasikan salah satu prosedur berikut
ini apabila seseorang berisiko tinggi aneurisma spontan atau robeknya
malformasi arteriovena, yaitu:



-     Penjepitan aneurisma. Suatu alat klem tipis diletakkan di dasar
aneurisma untuk menghentikan aliran darah. Prosedur tersebut mencegah robek
dan pecahnya aneurisma atau mencegah terjadinya perdarahan kembali pada
aneurisma yang sebelumnya robek dan pecah.



-     Embolisasi aneurisma. Pipa kateter dimasukan hingga mencapai
aneurisma, kemudian gelungan kawat tipis (terbuat dari platinum) dikeluarkan
melalui pipa kateter dan diletakan di dalam aneurisma. Gelungan kawat
tersebut akan mengisi seluruh rongga aneurisma dan menyebabkan aneurisma
tersebut menggumpal dan "terpisah" dari pembuluh darah arteri.



-     Pengangkatan malformasi arteriovena. Akan mencegah robeknya kelainan
tersebut sehingga menurunkan risiko stroke hemoragika. Namun prosedur ini
tidak selalu dapat dikerjakan, misalnya apabila kelainannya terlalu besar
atau terletak pada lokasi yang sangat dalam di otak. Prosedur lainnya dengan
melakukan radiasi atau embolisasi, dimana aliran darah yang menuju kelainan
tersebut dihambat sehingga malformasi arteriovena akan mengkerut.





Pencegahan
langkah terbaik untuk mencegah stroke adalah dengan mengenali faktor-faktor
risiko serta selalu menjalani gaya hidup yang sehat. Secara umum, gaya hidup
sehat berarti seseorang harus:



-     Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal penting
yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan stroke adalah
menjaga agar tekanan darah selalu terkontrol. Jika seseorang pernah
mengalami stroke, menurunkan tekanan darah akan membantu mencegah terjadinya
TIA ataupun stroke ulangan. Olah raga, mengatasi stres, mempertahankan berat
badan yang ideal, serta membatasi asupan garam dan alkohol adalah hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Sebagai tambahan dari perubahan gaya hidup, dokter mungkin akan meresepkan
obat yang dapat menurunkan tekanan darah seperti diuretik, inhibitor ACE
(angiotensin-converting enzyme), dan penghambat reseptor angiotensin.



-     Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Mengurangi konsumsi
kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh, akan mengurangi kemungkinan
terjadinya proses pembentukan plak di pembuluh darah. Jika seseorang tidak
dapat mengontrol kadar kolesterol dan lemak dengan mengubahan pola makan,
mungkin dokter akan meresepkan obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol
dan lemak  dalam darah.



-     Konsumsi vitamin B. vitamin B kompleks; yaitu B6, B12 dan asam folat;
secara simultan akan berfungsi menurunkan kadar homosistein darah sehingga
akan mengurangi risiko stroke.



-     Tidak merokok. Berhenti merokok akan menurunkan risiko stroke.
Beberapa tahun setelah berhenti merokok, risiko seorang bekas perokok
mengalami stroke akan sama dengan seseorang yang bukan perokok.



-     Kontrol diabetes. Seseorang dapat mengontrol diabetes dengan cara
berolah raga, mengubah pola makan, mempertahankan berat badan ideal, serta
dengan menggunakan obat-obatan. Kontrol ketat kadar gula darah dalam batas
normal akan mengurangi proses kerusakan otak pada seseorang yang mengalami
stroke.



-     Mempertahankan berat badan ideal. Kelebihan berat badan selain
merupakan faktor risiko stroke, juga dapat mengakibatkan tekanan darah
tinggi, penyakit jantung-pembuluh darah, dan diabetes yang merupakan
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan stroke. Penurunan berat badan
sebesar 5 kg akan menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol darah.



-     Olah raga teratur. Olah raga aerobik akan menurunkan risiko
kemungkinan mengalami stroke dengan berbagai cara, yaitu menurunkan tekanan
darah, meningkatkan kadar HDL darah, serta meningkatkan fungsi jantung dan
pembuluh darah secara optimal. Olah raga juga dapat menurunkan berat badan
dan mengontrol diabetes, serta mengurangi keadaan stres. Lakukanlah
aktivitas seperti berjalan, joging, berenang ataupun bersepeda minimal 30
menit  setiap harinya jika memungkinkan.



-     Mengatasi stres. Stres dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
sementara, suatu faktor risiko terjadinya perdarahan otak ataupun
hipertensi. Stres juga mengakibatkan sel darah lebih rentan menggumpal
sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemia. Menjalani hidup
secara sederhana, berolah raga, serta melakukan relaksasi dapat mengurangi
terjadinya stres.



-     Mengonsumsi alkohol secukupnya. Alkohol dapat menjadi faktor risiko
namun alkohol juga dapat mencegah terjadinya stroke. Jika mengkonsumsi
secara berlebihan, akan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan risiko
kemungkinan mengalami stroke iskemis maupun stroke hemoragis. Namun jika
mengkonsumsi dalam jumlah secukupnya akan meningkatkan kadar kolesterol HDL
darah dan menurunkan kemungkinan sel darah bergumpal yang akan menurunkan
risiko terjadinya stroke iskemis.



-     Jangan mengkonsumsi obat terlarang. Banyak obat-obatan terlarang,
seperi kokain, yang meningkatkan risiko kemungkinan mengalami stroke dan
TIA.



Konsumsilah makanan-makanan sehat, antara lain:



-     Lima porsi atau lebih buah dan sayuran yang mengandung berbagai zat
gizi seperti kalium, folat, serta antioksidan yang dapat menghindari
seseorang menderita stroke.

-     Makanan kaya serat, seperti makanan yang terbuat dari gandum dan
kacang-kacangan.

-     Makanan kaya kalsium, zat mineral yang terbukti dapat menurunkan
risiko kemungkinan mengalami stroke.

-     Produk-produk yang terbuat dari kedelai seperti tempe, miso, tahu dan
susu kedelai yang dapat menurunkan kadar LDL darah dan meningkatkan kadar
HDL darah.

-     Makanan kaya asam lemak omega-3, antara lain ikan laut dalam seperti
salmon, makarel dan tuna. Wanita hamil ataupun yang berencana untuk hamil
beberapa tahun ke depan harus membatasi konsumsi ikan air dingin karena
kemungkinan kontaminasi merkuri yang dapat terjadi.



Beberapa faktor risiko tertentu tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga,
umur, jenis kelamin, dan ras tapi dengan mengetahui dirinya memiliki
beberapa faktor risiko stroke seseorang akan termotivasi untuk mengubah gaya
hidup dan meminimalisasi faktor-faktor risiko tersebut.



Serangan jantung ataupun stroke pertama dapat fatal dan mengakibatkan
kecacatan, sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting dilakukan.
American Hearth Association (AHA) merekomendasikan beberapa hal berikut;



-     Deteksi dini faktor risiko. AHA merekomendasikan semua orang, dimulai
pada saat usia 20 tahun melakukan berbagai pemeriksaan untuk deteksi dini
termasuk pengukuran tekanan darah, indeks massa tubuh, pengukuran lingkar
pinggang, serta frekuensi denyut nadi setidaknya setiap 2 tahun. Serta
pemeriksaan kadar kolesterol dan gula darah setidaknya setiap 5 tahun.



-     Penilaian risiko. AHA merekomendasikan dokter untuk menilai persentase
risiko yang dimiliki tiap orang untuk mengalami penyakit kardiovaskular
dalam 10 tahun mendatang. Penilaian dilakukan berdasarkan faktor risiko yang
dimiliki orang tersebut. AHA merekomendasikan untuk melakukan penilaian
setiap 5 tahun pada orang berusia 40 tahun atau lebih ataupun pada orang
yang memiliki satu atau lebih faktor risiko.



Bagaimana Setelah Mengalami Stroke?


Seorang penderita stroke yang pulang ke rumah dan hidup dengan orang-orang
yang sehat lebih mungkin untuk menjadi mandiri dan produktif kembali.
Dukungan dari orang-orang sekitar dan pengobatan segera sangatlah penting.



Proses penyembuhan dan rehabilitasi sangat tergantung pada area otak yang
terkena serta luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan. Kerusakan sisi
kanan otak akan mengganggu proses pergerakan dan sensasi pada sisi kiri
tubuh. Sedangkan kerusakan pada sisi kiri otak selain dapat mengganggu
proses pergerakan pada sisi kanan tubuh juga menyebabkan gangguan proses
bicara dan bahasa. Selain itu, seorang penderita stroke dapat mengalami
gangguan proses bernapas, menelan, keseimbangan dan pendengaran, kehilangan
fungsi penglihatan, serta gangguan fungsi kandung kemih dan peristaltik
usus.



Selain berbagai gangguan fisik yang dapat terjadi, penderita stroke biasanya
akan mengalami depresi. Mereka akan merasa tidak berdaya, frustasi, serta
tidak tertarik terhadap aktivitas-aktivitas yang dulunya sering dilakukan.
Berkurangnya dorongan seksual, perubahan suasana hati, hingga keinginan
bunuh diri biasa terjadi. Karena itu diperlukan dukungan yang menyeluruh
bagi pasien stroke. Selain dari keluarga, dukungan juga diperoleh dari
tenaga medis. Untuk merawat pasien stroke diperlukan tim yang menangani
pasien secara menyeluruh, tim yang merawat dan mengobati pasien stroke
terdiri dari:



-     Ahli rehabilitasi

-     Perawat

-     Ahli gizi

-     Ahli terapi fisik

-     Ahli terapi okupasional

-     Ahli terapi rekreasional

-     Ahli terapi wicara

-     Pekerja sosial

-     Psikolog ataupun psikiater

-     Ahli agama



Proses penyembuhan akibat menderita stroke dapat membuat frustasi anggota
keluarga dan teman penderita. Kurangnya pengetahuan serta pengalaman
mengenai proses penyembuhan stroke menyebabkan kesulitan menghadapi seorang
penderita stroke. Komunikasi juga merupakan hal yang sulit dilakukan pada
penderita stroke dengan gangguan bicara. Faktanya, keluarga, kerabat dekat
serta teman penderita sangatlah berperan penting pada proses penyembuhan.

Ada sedikit petunjuk yang sederhana namun ternyata penting agar seseorang
dapat berkomunikasi dengan penderita stroke yang mengalami gangguan wicara:



-     Tetaplah berada di dekat penderita stroke. Seorang penderita stroke
biasanya sangat mengharapkan kehadiran orang-orang dekat di sisinya, namun
penderita tidak dapat mengungkapkannya akibat mengalami gangguan bicara.
Selalulah berusaha berada di dekat penderita stroke.



-     Lakukan pembicaraan secara dewasa. Posisikan diri kita sejajar dengan
penderita stroke. Perlakukan penderita sama seperti sebelum mengalami
stroke, karena seseorang yang mengalami stroke bukan berarti ia tidak
memiliki kemampuan berpikir lagi.



-     Berbicaralah dengan nada suara yang biasa. Apabila penderita stroke
tidak mengalami ganggungan fungsi pendengaran, berbicaralah dengan nada
suara yang biasa, tidak perlu berteriak.



-     Jangan berbicara terburu-buru. Berikan waktu penderita untuk mencerna
pembicaraan yang terjadi serta lakukan pembicaraan mengenai satu topik untuk
satu waktu.



-     Hindari gangguan. Kurangi suara-suara berisik yang dapat mengganggu
seperti suara televisi dan radio.



-     Bicaralah secara pribadi. Penderita stroke biasanya dapat lebih
memahami pembicaran apabila dilakukan secara pribadi, tidak melibatkan
banyak orang.



-     Perlakukan perawat dengan baik. Para perawat juga memerlukan dukungan
dan semangat dalam memberikan pelayanan bagi penderita stroke.



Meskipun kecacatan yang terjadi akibat stroke dapat menetap seumur hidup,
namun banyak penderita yang dapat tetap melakukan berbagai kegiatan dan
aktivitas sehari-hari.





(Diterjemahkan dari Stroke; By Mayo Clinic staff; August 2, 2004;
http://www.mayoclinic.com)




----- Original Message -----
From: "dewi chandra" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Monday, September 18, 2006 10:43 AM
Subject: [balita-anda] ( OOT ) stroke



Deal All..

Minta tolong , klo ada yg punya artikel tentang penyakit stroke .

Terima kasih sebelumnya .

-dewi-


The information transmitted is intended only for the person or the entity to
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged
material. If you have received it by mistake please notify the sender by
return e-mail and delete this message including any of its attachments from
your system. Any use, review, reliance or dissemination of this message in
whole or in part is strictly prohibited. Please note that e-mails are
susceptible to change. The views expressed herein do not necessarily
represent those of PT Astra International Tbk and should not be construed as
the views, offers or acceptances of PT Astra International Tbk.


--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke