Istilah Tionghoa memang dipakai untuk merujuk nama salah satu suku bangsa 
(ethnic group) Indonesia seperti halnya dengan Padang, Batak, Jawa, Sunda, dsb. 
Etnis Tionghoa, sebagaimana, etnis India, Arab, Pakistan, dst memang tak 
menempati wilayah kota/desa tertentu namun sbg WNI mereka berhak unt tinggal di 
wilayah mana saja di Indonesia ini. 

Jika Paulus-xiong ditanya atau diminta mengisi formulir yg mengharuskan isian 
mengenai suku bangsa, Anda mau tak mau atau suka tak suka mesti memilih istilah 
Tionghoa (atau Cina), terserah Anda dan tentunya bukan Medan, dst.  
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: Paulus Tanuri <ptan...@gmail.com>
Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah.
Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa
dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara
Indonesia.
Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis
dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil
dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.
Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah
di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau
kadang ada yang salah dikira dari Menado.

Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara
Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai
WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara
sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu.

Itu saja.
Lanjutkan..


Regards,
Paulus T.

2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell.net>

>
>
> Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan
> istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan
> kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China.
>
> Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk
> semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa
> didalam istilah chinese disebut Hei-kuei.  Untuk mereka yg merupakan pribumi
> indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia -
> malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei.  Penduduk dari HK
> dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara
> mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau
> membicarakan non-chinese.
> Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao.
> Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka
> sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese ----
>
> Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah.
> Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai
> Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia
> atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih
> tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt
> dihormati kembali.
> Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya
> diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese
> sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei.  Meskipun
> kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu
> pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin
> keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara
> ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap
> suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah
>
> Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah
> PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk
> Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai
> keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn
> tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut
> sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina
> sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap
> di-anggap sebagai fankuei.  Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam
> didalam pemerintah dimainland sejak berabad²
>
> Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda,
> jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup
> berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh
> non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian
> descent. Saya kalau ditanya mendalam  apakah saya ada darah chinese - baru
> saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US
> citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese.
> Karena itu know what you are, don't dream what yu are.
> Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian.
> Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh
> suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup
> membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa²
> mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini saya dpt
> menulis pendapat saya diatas ini.
>
> Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi kalau
> dipanggil cina - silahkan bercermin sebelum menjadi kurang happy.  Kalian
> di-Indonesia ber-emosi tetapi mentalitet kalian pada umumnya masih seperti
> jaman blanda.
>
> Andreas
>
>
> 
>

Kirim email ke