Benar... penerbit2 besar seperti Gramedia, gagas, Terrant, Mizan dll hanya menerima naskah dalam bentuk print-out, tidak dalam bentuk email. Mungkin ada beberapa penerbit kecil yang menerima naskah dalam bentuk file/email, tapi jumlahnya nggak banyak, dan itu kebanyakan penerbit2 "kecil". Selain itu dari sisi keamanan juga lebih riskan

Soal biaya mengirim naskah novel itu emang udah resiko kita sebagai penulis. Kalo emang keberatan dengan biaya mengirim naskah ya naskahnya nggak usah dikirim dulu. Mungkin bisa dicari cara lain untuk mempublish naskah kita misalnya melalui blog, e-book atau forum2 kepenulisan. Memang mungkin dari segi materi dan publikasi nggak "sebesar" diterbitin oleh penerbit. Tapi apa kita menulis hanya untuk mengejar materi dan publikasi? Kalo jawabannya IYA, berarti kita juga hrus siap2 berkorban terlebih dahulu, sebelum mendapatkan apa yang kita inginkan. No Pain, No Gain. Kalo memang biayanya emang sangat berat, mungkin perlu dipikirkan juga tentang tulisan kita. Buat tulisan yang kira2 bisa menarik perhatian penerbit, jadi cukup satu kali kirim, langsung diterima deh....

Kenapa penerbit2 besar Ogah menerima naskah dalam bentuk file/email? Sekarang bayangin aja kalo kamu baca satu naskah novel yang rata2 100 halaman di PC/laptop. Butuh waktu berapa lama? Bisa nggak diselesaikan dalam waktu 1-2 jam, dengan mata tetap segar dan tetap fokus ke layar monitor. Itu baru satu naskah...coba bayangin para editor2 di penerbit2 tersebut, mereka sehari bisa menerima puluhan naskah. Kalo dibaca satu2 di layar monitor, bisa dibayangin setebel apa kacamata para editor nanti? belum lagi mereka juga punya kerjaan lain selain baca naskah yang masuk, sedangkan mereka harus tetap berada di depan layar monitor. Kalo dalam bentuk print-out, naskah itu bisa dibaca kapan aja, dimana aja. Mungkin saat jam istirahat sambil makan, ngopi, atau bahkan bisa dibawa pulang kalo critanya bagus. Kan lebih fleksible dan bisa selesai lebih cepet.

Jadi jangan liat dari satu sisi aja (sisi kita), kenapa sih harus kirim naskah dalam bentuk print-out. Udah harus ngeprint (kertas dan Tinta printer mahal), juga plus biaya pengiriman. Tapi liat juga dari sisi lain (penerbit dan keamanan). Kita pasti juga ogah kan suruh baca naskah di layar monitor terus2an? (Kalo aku terus terang ogah.... masih sayang mata).

Kiat jitu naskah tembus di penerbit? Ya bikin aja naskah yang bagus sesuai kemampuan kamu. Soal diterima atau nggak itu serahkan sama yang DIATAS hee..hee..hee... Tapi yang terpenting, buatkah naskah sesuai visi dan misi penerbit yang akan kamu kirim. Jadi kamu bisa baca2 dulu buku terbitan penerbit tersebut untuk tau visi, misi dan gaya penulisan buku2 terbitannya. Jadikan itu sebagai referensi, bila perlu tiru gayanya (tapi bukan plagiat isinya loh.... kalo gaya nulisnya sih boleh aja), tapi sesuai kemampuan kita... Kalo nggak bisa jangan dipaksa, bikin aja tulisan sesuai gaya menulis kita. Kalo bener2 bagus pasti deh diterima (Bagus menurut ukuran mereka/penerbit, bukan ukuran kita...)

Haduuhh... aku ngomong apa sih panjang kayak gini???  :-)

Udah dulu ah....




niken terate wrote:

Hm, memang sedikit penerbit yang mau menerima naskah lewat email. Untuk penulis ini juga agak mengkhawatirkan karena rawan pembajakan. Biasanya penulis mengirimkan naksah dalam bentuk print-out, lalu kalau udah diterima, baru dikirim kembali dalam bentuk softcopy.

Maaf ya nggak bisa banyak bantu.

2009/3/4 dello merlion <donny_reybudiarto@yahoo.co.id>

untuk semua anggota milist yang tahu email-email para penerbit yang biasa
menerbitkan novel atau cerita fiksi lainnya, tolong dong bagi ke aku. selama
ini naskahku ku sebar ke penebit-penerbit via post. ujung-ujungnya biaya
pengirimannya membengkak. apalagi aku tinggal di kalimantan sedang
kebanyakan perusaaan penerbitan ada di jawa.
ada juga yang bisa sharing, gak? apa kiat jitu agar karya kita tembus di
penerbit?




--
Niken Terate

Kirim email ke