Kumpulan berita ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr/
                                         Seluk-beluk dan hiruk-pikuk
pemilu 2009 ( 20 )
Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan berita atau tulisan tentang
seluk-beluk pemilihan presiden 2009, yang diambil dari berbagai sumber, Di
samping disajikan di berbagai milis, kumpulan berita ini juga bisa dibaca
selanjutnya dalam website http://umarsaid.free.fr/
=  =  =

Puluhan Juta Orang Diperkirakan Kehilangan
Hak Pilih dalam Pilpres
Sabtu, 4 Juli 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Lembaga non pemerintah pemantau pemilihan umum,
Komite Pemilih Indonesia (KPI), memperkirakan lebih dari 30 juta orang akan
kehilangan hak pilihnya pada pemilihan presiden 8 Juli nanti.

Alasannya, daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemilihan presiden dinilai belum
menjaring calon pemilih yang kehilangan hak suaranya pada pemilihan
legislatif kemarin. “Pertambahan pemilih hanya sekitar 5 juta,” kata
Koordinator Komite Jeirry Sumampouw di Jakarta, Sabtu (4/7).

Padahal, kata dia, pada pemilihan legislatif kemarin jumlah calon pemilih
yang kehilangan hak politiknya karena persoalan administrasi diperkirakan
sekitar 30 juta hingga 40 juta orang.

Jerry mengusulkan dalam waktu yang mepet ini, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang agar pemilik kartu tanda
penduduk yang belum masuk daftar pemilih tetap tak kehilangan hak pilihnya.
“Kalau pemerintah mau, pasti Perppu bisa terbit,” ujarnya.

Sementara itu, anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum, Wirdyaningsih,
mengatakan, hingga saat ini Badan Pengawas belum menerima penjelasan dari
Komisi Pemlihan mengenai pertambahan jumlah pemilih dalam DPT. “Ada
pertambahan, tapi faktor penyebabnya apa, kami belum tahu,” ujarnya.

Dia juga meminta Komisi Pemilihan menjelaskan kepada masyarakat hal-hal yang
belum siap pada pemilihan presiden nanti. “Baik logistik pemilu maupun
DPT-nya,” ujarnya.

·         * *
Prabowo: Terima Uangnya, Jangan Coblos Capresnya
Sabtu, 4 Juli 2009

TEMPO Interaktif, Semarang - Calon wakil presiden yang diusung Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan-Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo
Subianto, mengimbau masyarakat agar tetap menerima uang yang diberikan calon
presiden tertentu dalam pemilihan presiden 8 Juli mendatang.

“Silahkan terima uangnya, tapi nggak usah dicoblos calon presidennya,” kata
Prabowo saat berorasi di hadapan para pendukungnya dalam kampanye putaran
terakhir di Lapangan Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (4/7).

Prabowo juga meminta masyarakat tidak mengucapkan terima kasih kepada calon
presiden maupun tim sukses yang memberikan uang tersebut. “Nggak usah beri
terima kasih, karena uang itu adalah uang rakyat,” kata Prabowo yang
disambut tepukan tangan dari sekitar 60 ribu pendukungnya yang memadati
Lapangan Simpang Lima.

Prabowo menduga, uang yang digunakan untuk praktek politik uang atau money
politics tersebut biasanya berasal dari korupsi uang negara. “Banyak sekali
pemimpin yang korup,” kata dia.

Meski mendapatkan uang dari calon presiden lain, Prabowo meminta agar
masyarakat tetap memilih pasangan nomor urut satu, Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto. “Nggak usah ragu, coblos nomor satu,” kata
Mantan Komandan Koppasus ini.

Prabowo mensinyalir ada calon presiden dan wakil presiden yang akan mencari
segala cara agar bisa menang dalam pemilihan presiden 8 Juli mendatang.
“Saya lihat, mereka sudah persiapan untuk curang,” kata dia tanpa menyebut
siapa yang akan curang tersebut.

Calon presiden Magawati Soekarnoputri meminta agar para pendukungnya
melakukan perlawanan jika mendapatkan tekanan dari calon presiden lain. ”
Nggak usah takut, saya akan ikut protes,” kata Megawati saat berorasi
setelah orasi Prabowo.

* * *

Teriakan "Ngapusi" Menggema Saat Prabowo Berorasi


Kompas,  4 Juli 2009



KOMPAS.com — Massa kampanye Mega-Prabowo berteriak "ngapusi" (bohong) dengan
kerasnya saat cawapres Prabowo Subianto berorasi. Teriakan itu mereka
lontarkan menjawab isi orasi Prabowo yang menjabarkan iklan klaim
keberhasilan pemerintah.

"Ada iklan pendidikan gratis, sekolah gratis, layanan kesehatan gratis.
Begitu tidak?" tanya Prabowo dalam orasinya di Lapangan Simpang Lima,
Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (4/7).

"Ngapusi, ndhobos (bohong)," jawab massa dengan serempak.

Prabowo mengatakan, sebagai rakyat, mereka berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra ini kembali
menyatakan bahwa mereka merupakan satu-satunya pasangan yang berani
menandatangani kontrak politik.

"Kami tidak memberikan janji politik, tapi kontrak politik. Menghapus
outsourcing, menjamin pupuk sampai ke petani, melindungi pedagang kecil, dan
lain-lain," kata Prabowo.

* * *

Bendera PKB di Arena Kampanye JK-Win


MALANG, KOMPAS.com - Bendera Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam ukuran
cukup besar tampak dibawa para peserta kampanye pasangan calon presiden dan
calon wakil presiden Jusuf Kala dan Wiranto di Lapangan Tumapel, Kecamatan
Singosari, Malang.

Belum ada kepastian perihal resmi tidaknya dukungan PKB tersebut kepada
pasangan calon tersebut, namun diketahui bahwa selama ini PKB bukan bagian
dari koalisi dukungan yang mendukung JK-Win, sebutan pasangan Jusuf Kalla
Wiranto.

Bendera besar warna hijau PKB itu hanya salah satu dari sejumlah pajangan
alat peraga serba hijau, warna ciri khas PKB dan organisasi massa keagamaan
Nahdlatul Ulama, yang bertebaran di arena kampanye di Lapangan Tumapel,
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kawasan ini sejak semula dikenal
sebagai kawasan dukungan terhadap PKB , dan terutma pendukung KH Abdurrahman
Wahid.

Bahkan deklarasi dukungan terhadap Gus Dur di wilayah Malang Raya menyusul
perpecahan PKB yang sidang pengadilannya dimenangkan oleh kubu Muhaimin
Iskandar, juga dilakukan oleh para simpatisan PKB di Singosari, Malang.

Bagi warga Malang Raya, Kecamatan Singosari adalah daerah basis dukungan
polutik terhadap PKB, keberadaan sejumlah pondok pesantren dan pendidikan
Islam, dan rumah tinggal tokoh Nahdlatul Ulama mantan Menteri Agama KH
Tholchah Hasan.

Bendera PKB tersebut dibawa oleh seorang simpatisan kampanye, bersama
sejumlah bender-bendera pendukung politik JK-Wiranto termasuk Partai Golkar,
Partai Hanura, dan Patai Bintang Reformasi. Kampanye Jusuf Kalla dan Wiranto
sendiri berlangsung lancar, selama sekitar 1,5 jam. JK dan Wiranto
mengadakan dialog-dialog dengan sejumlah anggota masyarakat, seperti guru
GTT (Guru Tidak Tetap), guru TK, guru SD, guru madrasah, juga petani ,
Masing-masing meminta agar Jusuf Kalla dan Wiranto nantinya mementingkan
pembelaan terhadap nasib mereka.

  a.. * *
 Wiranto Ajak Pilih Pemimpin Baru

Media Indonesia, 4 Juli 2009

SURABAYA--MI: Calon wakil presiden Wiranto mengajak masyarakat untuk memilih
pemimpin baru yang memiliki paradigma baru, berani ambil keputusan cepat dan
bertanggungjawab.

"Mari pilih pemimpin baru, dengan paradigma baru. Yang berani ambil
keputusan cepat dan berani bertanggungjawab," kata Wiranto dalam kampanye
terakhir di lapangan Tumapel, Singosari, Malang, Jatim, Sabtu (4/7).

Kampanye terakhir di Malang tersebut secara bersama-sama Capres Jusuf Kalla
dan Wiranto dengan Ny Mufidah serta Ny Ugi. Menurut Wiranto, bangsa
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa,namun belum bisa memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. "Yang dibutuhkan adalah ahlinya. Dan
pak JK ahlinya dibidang ekonomi dan sudah terbukti," kata Wiranto.

Wiranto juga mengingatkan masyarakat agar hati-hati dalam memilih pemimpin
karena salah memilih akan menderita selama lima tahun. "Mari kita kembali ke
jalan yang benar, pilih pemimpin yang ahlinya," kata Wiranto.

Sementara Capres Jusuf Kalla dalam kampanyenya menjanjikan akan memperbaiki
infrastruktur jalan, pengairan, dan juga perbaikan kesejahteraan buruh.
"Kita akan perbaiki UU perburuhan agar bisa jamin pekerja dan agar
industriawan bisa tumbuh berkembang menopang kemandirian," kata Kalla.

Menurut Kalla bangsa Indonesia sudah maju tetapi masih masalah yang harus
diselesaikan. Kalla menjanjikan akan bekerja keras untuk kemajuan dan
kemakmuran untuk kejayaan, kehormatan dan kemulian rakyat. (Ant/OL-06)

  a.. * *
Jawa Pos, 4 Juli 2009


Din Syamsuddin Doakan JK Menang


JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin secara
implisit menyatakan dukungan kepada pasangan Jusuf Kalla (JK)-Wiranto. Dia
menegaskan Muhammadiyah tidak mungkin netral dalam pemilu presiden (pilpres)
karena ada agenda perbaikan yang penting untuk Indonesia ke depan.

''Muhammadiyah tidak bisa menyatakan dukungan secara terbuka pada salah satu
pasangan calon presiden dan wakil presiden. Namun, kami tidak mengenal
istilah netral karena kalau memilih pasti tidak netral,'' kata Din dalam
sambutan selaku ketua umum PP Muhammadiyah sebelum peresmian Gedung Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta di Ciputat,
Banten, kemarin (3/7).

Din menuturkan, Muhammadiyah telah membuka diri pada ketiga pasangan
capres-cawapres untuk memaparkan visi-misi dan agenda kerja bila terpilih di
pemilu presiden. ''Namun, hanya pasangan JK-Wiranto yang datang ke Kantor PP
Muhammadiyah,'' terangnya.

Karena itu, Din dan warga Muhammadiyah mendoakan JK memenangi pilpres.
''Semoga Pak Jusuf Kalla mampu memimpin negeri ini. Doa orang Muhammadiyah,
insya Allah, makbul, apalagi diucapkan pada hari Jumat yang baik ini,''
paparnya.

Din menilai, JK memenuhi sembilan kriteria calon presiden yang telah
ditetapkan Muhammadiyah. Tiga di antaranya adalah memiliki jiwa negarawan,
mampu mengakhiri fase transisi kepemimpinan sejak masa reformasi, serta
akomodatif dan aspiratif terhadap kepentingan umat Islam. ''Saya hanya
menyebutkan tiga kriteria karena tiga adalah angka yang bagus,'' tutur Din
disambut tawa hadirin. Tiga adalah nomor urut pasangan JK-Wiranto di pemilu
presiden.

Dia mengaku kerap mengabarkan kepada warga Muhammadiyah bahwa JK berdarah
Muhammadiyah. ''Pak Jusuf Kalla bukan orang asing karena ibunya pengurus
Aisyiyah. Jadi, dalam diri Pak Jusuf Kalla mengalir darah Muhammadiyah,''
jelasnya. (noe/agm)

  a.. * *
Suara Pembaruan, 4 Juli 2009

Boikot Hantui Pilpres

Kekacauan daftar pemilih tetap (DPT), terutama menyangkut pemilih fiktif,
menimbulkan keresahan di kubu pasangan Mega-Prabowo. Tak hanya mereka,
pasangan JK-Wiranto pun mengalami kegalauan serupa.

Belum lama ini, tim teknologi informasi pasangan JK-Wiranto menemukan lebih
dari 7 juta pemilih fiktif di Jawa Timur. Jumlah tersebut merupakan bagian
dari 176 juta lebih pemilih yang tercatat dalam DPT Pilpres 8 Juli
mendatang. Berkaitan dengan itu, kedua pasangan capres-cawapres meminta KPU
memperbaikinya agar tidak membuka peluang terjadinya kecurangan dalam
pilpres.

Terkait masalah pemilih fiktif, sebuah sumber di kubu Mega-Prabowo
mengungkapkan, saat ini sedang menguat wacana mengundurkan diri dari arena
pilpres. "Kami minta Mbak Mega dan Prabowo memboikot dengan cara
mengundurkan diri sebagai protes atas DPT yang amburadul," katanya.

Namun wacana pengunduran diri ini dibantah sumber lain di kubu Mega-Prabowo.
"Sejauh ini kita masih menginginkan DPT diperbaiki, sehingga tidak terdapat
pemilih fiktif yang kita khawatirkan didesain untuk menguntungkan pasangan
calon tertentu," katanya.

Ia menambahkan, perbaikan itu sangat mendesak. "Apa artinya berdemokrasi
kalau pilpres dihantui kecurangan. Sebaiknya, KPU, Bawaslu, Panwaslu, dan
pemerintah memperbaiki DPT agar pilpres bebas kecurangan. Dengan demikian,
semua pasangan capres-cawapres legowo mengikuti pilpres dan tak ada yang
mengundurkan diri," tandas politisi senior ini. [W-8]


__________ Information from ESET NOD32 Antivirus, version of virus signature
database 4216 (20090704) __________

The message was checked by ESET NOD32 Antivirus.

http://www.eset.com


<<clip_image001.gif>>

Kirim email ke