*400 Siswa SD Jakarta Pecandu Narkoba *   Sabtu 10 Maret 2007, Jam:
9:49:00   JAKARTA (Pos Kota)- Jaringan bisnis narkoba luar biasa. Budak
barang haram ini tidak pandang jabatan dan usia. Para bandar terus
bergerilya melebarkan sayap hingga ke pelosok kampung dan lokasi gedung
sekolah. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat, sepanjang tahun 2006, 800
siswa SD jadi pecandu dan separuhnya di Jakarta. Secara nasional,
4.021siswa SMP dan
11.000 pelajar SMA pecandu narkoba.

"Ini adalah data yang terungkap ke permukaan. Tapi fakta di lapangan mungkin
berbeda dan jumlahnya lebih banyak mengingat penyalagunaan narkoba ibarat
fenomena gunung es," tegas Kepala Pusat Pencegahan Narkoba BNN Brigjen Pol
Drs Puji Waluyo, Jumat (9/3) siang.

Menurut Puji, ribuan pelajar itu bukan sekedar menjadi pemakai narkoba,
tetapi sudah kecanduan. Artinya, mereka sudah memakai narkoba dalam jangka
waktu yang cukup lama. Ia menambahkan, saat melakukan kunjungan ke Ponpes
Suralaya Tasikmalaya, ditemukan siswa kelas V SD usia 12 tahun telah menjadi
pecandu narkoba.

Bahkan beberapa siswa SMA yang tengah menjalani terapi, diketahui telah
nyandu sejak duduk di bangku SD. Demikian juga di RSKO Fatmawati, ditemukan
seorang pecandu narkoba pelajar SD kelas 3 yang masih berusia 10 tahun.
Dengan data yang ada itu, 400 siswa SD di Jakarta pengguna narkoba. Ini
belum termasuk pelajar SMP dan SMA.

Jika upaya-upaya pencegahan tidak dilakukan sejak sekarang, diperkirakan
dalam lima tahun ke depan, jumlah pecandu meningkat menjadi dua kali lipat.
Di sela semiloka pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dasar itu,
Puji mengatakan, maraknya penggunaan narkoba di kalangan pelajar tidak lepas
dari pola asuh anak di lingkungan keluarga. Banyak orang tua yang sibuk
bekerja hingga pengawasan terhadap anak menjadi longgar.

Disinilah pentingnya unsur sekolah sebagai lembaga yang berperan mencegah
pelajar menjadi pengguna narkoba. Sekolah dalam hal ini guru, tidak sekedar
menanamkan nilai-nilai moral yang mampu mencegah anak menjadi pengguna
narkoba, tetapi sekaligus juga memberikan contoh yang baik.

Menurut Direktur TK/SD Depdiknas Mudjito, penanam nilai agama, seni budaya
dan olahraga menjadi pencegahan penyalahugunan narkoba sejak dini. Sebab
nilai-nilai tersebut dapat memberikan insipirasi dan energi positif kepada
para siswa untuk berupaya menghindar dari narkoba.

Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut, menurut Mudjito, tidak hanya unsur
pendidik, tetapi juga segenap lapisan masyarakat termasuk regulasi yang
tegas dari sekolah. Orang tua juga terus mewaspadai setiap perubahan
psikologis pada anaknya. Misalnya, ketika anak lebih suka mengurung diri di
kamar, atau ada alat-alat yang dicurigai berhubungan dengan penggunaan
narkoba.

RP 7 MILYAR SEHARI
Kepala Pelaksana Operasi BNN, Kombes Pol Drs Siswandi mengatakan, jumlah
pemakai narkoba terbanyak berada di Jakarta. Di kota metropolitan ini ada
1,5 juta orang pengguna narkoba. Mereka mengkonsumsi ekstasi, shabu-shabu,
heroin, dan shabu-shabu. Bahkan tidak sedikit yang menghisap ganja. " Dalam
satu hari, transaksi narkoba di Jakarta mencapai Rp 7 milyar. Seluruh
Indonesia Rp 19 trilyun per tahun. Bahkan bisa lebih, jika barang haram itu
banjir di pasaran dan harganya turun, " katanya ketika di hubungi melalui
telepon, Jumat petang.

Siswandi menambahkan, shabu-shabu dan heroin paling banyak diminati penduduk
Jakarta. Di pasaran, 1 kilo heroin seharga Rp 1,5 milyar, begitu juga
shabu-shabu. " Kami mendapat informasi bahwa tiap kelurahan ada sepuluh
orang pengecer yang beroperasi. Kalau di Kelurahan Tangki, lebih banyak
pengecernya karena kawasan ini rawan narkoba, " ujarya.

Pecandu narkoba di Jakarta memang rakus. Sehari, bisa 3 kilo sampai 4 kilo
heroin habis terjual. Ini belum termasuk ekstasi yang banyak beredar di
tempat hiburan malam. Satu butir ekstasi Rp 100 ribu. " Kalau ada 400 siswa
SD di Jakarta sudah jadi pecandu, bisa fakta ini benar, " tutur Siswandi,
yang gencar memberantas peredaran narkoba di seluruh Indonesia.

Siswanadi memperinci mereka yang keranjingan narkoba. Jika kelas pemula, 1
paket heroin, yang lebih populer disebut putau, dipakai untuk 5 orang. Bila
seorang pecandu berat bisa menghabiskan 2 gram putau dan 2 gram shabu-shabu
sehari. " Dari sini bisa kita kalikan berapa banyak narkoba dikonsumsi dan
berapa besar uang yang beredar, " kata mantan Kapolres Cirebon ini.
Maraknya peredaran narkoba di Jakarta tidak terlepas dari peran jaringan
sindikat internasional. Khusus heroin, dikendalikan mafia Nigeria. Sedangkan
shabu-shabu melibatkan mafia China. Barang laknat berupa kokain dan heroin
dipasok dari negara Chili, Kolombia, Bolivia, Mexico, Peru, dan Brasil.
Shabu-shabu didatangkan dari China melalui Hongkong.
 (satria/inung)

Kirim email ke