Pertanyaan yang menarik.  Aku iseng jawab ahh.

Di film-film para Dewa itu punya segala macam kitab, termasuk yang mencatat
hidup dan matinya seseorang.  Jadi di perpustakaan khayangan sana, pastilah
ada juga sebuah tempat yang suci untuk menaruh kitab-kitab Dhamma. Malah
mungkin ditulis pakai Bahasa Mandarin.  Kitab-kitab itu ditulis untuk
tujuan-tujuan tertentu, seperti mengatur bagaimana para Dewa berperilaku
(jangan mengganggu manusia).  Soalnya di sini kitab-kitab Dhamma itu juga
biasanya punya tujuan tertentu, seperti mengatur kehidupan berkeluarga
(Sigalovada Sutta), mengatur kehidupan monastik (Vinaya), dsb.  Tapi
walaupun kitab-kitab itu ada, belum tentu kan si Dewa atau manusianya mau
membacanya.  Jangan-jangan kitab-kitab itu cuma jadi pajangan saja di rak
buku.  Kalau dibaca juga jangan-jangan untuk membeo saja, berteori terus
tanpa berusaha menembus isinya (wuihhh).

Kirim email ke