Kompas, Selasa, 27 Maret 2007                                                   
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                        
 
 
 Soal Putusan RI di DK PBB   
  
Putusan Indonesia mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan 
sanksi kepada Iran menimbulkan silang pendapat.   
Jauh sebelum pungutan suara di DK PBB dilaksanakan akhir pekan lalu, memang 
sudah terbayang posisi sulit dan penuh dilematis yang pasti dihadapi Indonesia. 
Posisi Indonesia menjadi serba salah. 
Jika menolak sanksi, Indonesia akan menjadi sendirian karena berseberangan 
dengan posisi 14 anggota DK PBB lainnya. Sebaliknya, jika mendukung sanksi, 
Indonesia dinilai hanya mengikuti skenario Amerika Serikat dan Uni Eropa yang 
memang menentang keras program nuklir Iran. 
Dilema yang dihadapi Indonesia bertambah karena belum lama ini Presiden dan 
Ketua Parlemen Iran berturut-turut berkunjung ke Indonesia sebagai negara 
sahabat. Dengan memerhatikan hubungan baik itu, tentu putusan Indonesia 
mendukung sanksi kepada Iran mengejutkan dan menimbulkan pertanyaan. 
Tentu saja suara Indonesia, entah mendukung atau menolak sanksi, tidak akan 
mengubah putusan DK PBB karena 14 anggota lainnya sudah mendukung sanksi. 
Namun, putusan apa pun yang diambil Indonesia akan menimbulkan interpretasi 
politik dan diplomatik. 
Putusan mendukung sanksi dianggap hanya mengikuti skenario dunia Barat yang 
memang menginginkan sanksi kepada Iran. Indonesia dinilai gagal memperlihatkan 
kemandirian dan independensi dalam berdiplomasi. Namun, tidak sedikit pula yang 
berpendapat, putusan Indonesia bisa dimengerti meski mengandung risiko tidak 
memuaskan berbagai kalangan. 
Dinamika di DK PBB telah menggiring Indonesia mendukung sanksi karena dalam 
kenyataannya 14 anggota DK PBB lainnya sepakat menjatuhkan sanksi. Bahkan, 
China dan Rusia sebagai pendukung tradisional Iran justru mendukung sanksi. 
Terlepas dari proses politik dan diplomasi di DK PBB, sanksi senantiasa 
menimbulkan kontroversi, termasuk dalam kasus Iran. Sanksi sama sekali tidak 
efektif menyelesaikan persoalan, tetapi cenderung menimbulkan kesengsaraan 
rakyat. 
Pemerintah Iran sudah menyatakan tidak akan takluk pada sanksi DK PBB. 
Keinginan mengembangkan program nuklir untuk tujuan damai akan diteruskan. 
Iran sudah terbiasa bertahan dan berkembang di bawah sanksi ekonomi dan 
militer, yang dijatuhkan AS sejak tahun 1980. Meski demikian, Iran atau negara 
mana pun yang terkena sanksi menolak hukuman macam itu, lebih-lebih kalau 
dirasakan sebagai sebuah bentuk ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. 

 
---------------------------------
TV dinner still cooling?
Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.

Kirim email ke