Terima kasih atas analisa yang singkat namun bernas dari Bp Herry Hernawan
dan Bp Bango Samparan...

Banyak analisator ekonomi melihat bahwa diterapkannya analisa-analisa "ilmu
ekonomi tradisional" (sebagian menyebutnya "ilmu ekonomi primitif") dalam
sistem ekonomi kasino (Casinomic) sekaranglah yang justru menambah parah
sakitnya ekonomi.
Mereka berpendapat bahwa analisa moneter-to-moneter adalah analisa yang
sangat dangkal.
Pastinya tidak akan menjawab atau memberikan solusi apa-apa.
Apalagi cuma berbasis uang beredar atau sekedar suku-bunga.

Agaknya memang masalah ekonomi tidak akan pernah selesai jika masih
diterapkannya komponen-komponen FIKTIF dalam sistem ekonomi seperti uang
(yang tanpa reserve/back up), bunga, instrument-instrument derivative
lainnya serta ketidak adilan ekonomi dimana aset bersama akhirnya dikuasai
oleh satu atau beberapa pihak/kelompok saja.
Belum lagi jika ditambah perbudakan terselubung terhadap para profesional
dalam dunia bisnis:

Ar Ruum 30:28

Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara
*hamba-sahaya* yang dimiliki oleh tangan kananmu, *sekutu bagimu dalam
(mencari) rezeki* yang telah Kami berikan kepadamu; maka *(hak) kamu sama
dengan mereka dalam rezeki itu*, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu
takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum
yang berakal.

An Nahl 16:71

Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal
rezeki, *tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau
memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka
sama (merasakan) rezeki itu*. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?

Budak saja harus dapat bahagian sama dengan tuannya dalam usaha / bisnis
tuannya dalam Islam....

Salam Z

2008/9/8 Bango Samparan <[EMAIL PROTECTED]>:
> --- On Mon, 9/8/08, herry hernawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>> Menurut hemat saya, kalau kita mau jeli, salah 1 penyebab
>> inflasi yang
>> menggila didunia adalah karena ketidakseimbangan
>> pertumbuhan sektor
>> riil dan sektor moneter.
>
> Nah, di sini salah satu akar penyakitnya sebetulnya adalah bunga. Bunga
> menyebabkan sektor moneter tetap memperoleh tambahan daya beli meskipun di
> sektor riil investasi mengalami kegagalan. Berbeda kalau bunga diganti
> dengan profit loss sharing, jika sektor riil mengalami kegagalan maka
sektor
> meneter juga harus menanggung loss, sehingga daya beli dari sektor moneter
> juga berkurang.
>
> Hint. Bayangkan kalau hutang LN Indonesia tidak memakai bunga tetapi
memakai
> profit loss sharing!
>
>> Untuk Indonesia, negara subur yang tidak makmur ini,
>> seharusnya semua
>> kebutuhan pangan (food staples) yang menyumbang angka
>> inflasi cukup
>> tinggi bisa diatasi dengan mudah dengan memanfaatkan sumber
>> daya yang
>> melimpah. Intinya adalah: negara ini terjadi Mismanagament
>> of resources.
>
> Di Small is Beautiful dikatakan Every society needs its own technology.
Nah,
> kita yang masyarakat agraris mestinya harus mengembangkan teknologi gaya
> kita sendiri yang berakar ciri agraris tersebut. Sayang, kita tidak mau
> begitu.
>
> Hint. Motor pertumbuhan Amerika awalnya adalah pertanian, bukan yang
> lainnya.
>
>> PS: Yang saya takutkan adalah jika "Tragedy of the
>> Commons"
>> sebagaimana yang pernah ditulis oleh Garret Hardin akan
>> benar2 jadi
>> kenyataan.
>
> CMIIW, Tragedy of the Commons bukankah merujuk pada barang publik? Karena
> tidak ada kepemilikan yang jelas, maka setiap pihak cenderung ingin
> memanfaatkan tetapi tidak mau memelihara. Akhirnya, menjadi rusak.
>
> Salam hangat
> B. Samparan
>
> 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke