Iya akhirnya kita harus menuju ke eknomi pasar bahwa tidak akan
ada subsidi..........

Setuju mengenai BBG, Electric Veicolo...........LPG dan Metanocar.........
Bisa mulai dicoba pada Pemda, di Eropa sendiri pihak Pemda memakai
mobil listrik sebagai truk sampahnya...........kemudian dibrikan
insentif pajak kendaraan bagi kendaraan dengan GPL atau Metanocar......

Kemudian demo bisa lebih bersifat damai seperti mensyaratkan 
bahwa daerah tertentu hanya boleh dilalui oleh pejalan kaki, sepeda
misalnya tiap hari Sabtu......dari jam 8 pagi sampai 9 malem.........
Kemudian memuat daerah-daerah tertentu dengan jalur sepeda.......
dan masih banyak hal yang lain.............misalnya di sektor tertentu.....
polisi berkuda kembali diaktifkan...............lalu insentif pajak  bagi 
mobil dengan silinder kecil (sekitar 1000 cc)...............sehingga
memaksa konsumen untuk memakai kendaraan yang hemat BBM

Jangan hanya terpaku dengan demo yang merusak, menolak kenaikan...
(pasif defensif).........harus yang lebih maju..................
----------
From:   fitri wulandari[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, October 04, 2000 6:19 AM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: [envorum] kenaikan harga minyak

Halo ini tanggapan tentang bbm:
Sebenarnya kita nggak perlu ribut-ribut kalo pemerintah atau LSM bisa melepaskan 
ketergantungan masyarakat Indonesia dari bahan bakar minyak. Salah satunya dengan 
memperkenalkan alternatif bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan. 

Misalnya, saya pernah liat di Bandung ada beberapa kendaraan umum yang diujicobakan 
menggunakan bahan bakar LPG. Saya dengar bahan bakar ini jauh lebih murah, hemat dan 
ramah lingkungan dibandingkan dengan bensin. Satu contoh lagi, Almarhum Prof. Herman 
Johanes menemukan sejenis arang (saya lupa namanya) yang bisa digunakan untuk bahan 
bakar kompor sebagai pengganti minyak tanah. Arang ini jauh lebih murah dan hemat bila 
dibandingkan dengan minyak tanah yang banyak menjadi pilihan masyarakat Indoensia 
terutama golongan menengah bawah. 

Coba, kenapa nggak ada yang menindaklanjuti penemuan ini?. Seharusnya ada yang 
mengembangkan, membuatnya jadi produk masal, lalu mensosialisikan. Kalau ini bisa 
berjalan, ada banyak keuntungannya, antara lain lingkungan kita bisa menjadi lebih 
bersih, kita tidak perlu pusing-pusing ngabisin energi buat demo setiap kali harga bbm 
naik, dan masyarakat pun tidak perlu mengalokasikan sejumlah besar dananya hanya untuk 
bbm...Gimana?.

-0-
Fitri

On 3 Oct 2000 14:49:15 -0000  
 D I T wrote:
>Halo,

>

>saya ingin tahu bagaimana tanggapan rekan-rekan tentang kenaikan harga minyak minggu 
>lalu? Pendapat saya sendiri, sepertinya budaya 'ogah bayar' ini sudah lumayan 
>mengkhawatirkan. Yang tambah sedihnya kok mahasiswa-mahasiswa sendiri juga 
>ikut-ikutan yang paling tidak diharapkan bisa berfikir rasional. Apa juga karena 
>mahasiswa yang protes kebanyakan dari universitas yang tidak saya kenal, menunjukkan 
>kwalitas kuliahnya ?

>Mungkin kalau baca koran dikit, mereka akan sadar dengan naiknya harga minyak dunia, 
>apalagi harga bahan bakar di indonesia itu disubsidi. Kalau masalah rakyat kecil, 
>pemecahannya kan banyak alternatif seperti misalnya subisidi silang antara tarif 
>angkutan dengan bahan bakar dll, paling nggak alternatif ini jauh lebih ramah 
>lingkungan.

>

>segitu dulu ye

>

>bye
>
>---------------------------------------------------------------------
>Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
>Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
>Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id
>
>


Get your FREE Email and Voicemail at Lycos Communications at
http://comm.lycos.com

---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id



---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke