-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mo ndaftar :    [EMAIL PROTECTED]
Arsip lengkap Berita-berita Lingkungan Hidup di Indonesia, silahkan klik:
        http://www.egroups.com/group/berita-lingkungan/messages
-----------------------------------------------------------------------------------------------

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/DAERAH/indo21.htm
>Kamis, 16 November 2000

Indorayon Ganti Nama dan Operasikan Pabrik Pulp
Medan, Kompas

Rapat Umum Pemegang Saham PT Inti Indorayon Utama (PT IIU),
Rabu (15/11) di Jakarta memutuskan bahwa perusahaan ini akan
mengoperasikan kembali industri pulpnya di Sosorladang, Porsea,
Sumut dalam waktu dekat. Dalam press release yang dikeluarkan PT
IIU di Medan juga disebutkan, perusahaan ini akan berganti nama
menjadi PT Toba Pulp Lestari karena sudah tidak memproduksi
rayon lagi.RUPS juga mengganti susunan manajemen sebagai wujud
komitmen perseroan terhadap aspirasi masyarakat setempat.
Manajemen baru ini diharapkan dapat melakukan tugas utamanya
yaitu mempersiapkan pabrik di Porsea segera beroperasi kembali. 
Dalam manajemen baru, sebagai Direktur Utama adalah Drs Bilman
Philipus Butarbutar MBA disertai direktur-direktur Lennardi P
Anggijono BSc, Ir Rosman, dan Dedy Sutanto.
Sedangkan Dewan Komisaris terdiri atas Julian Christopher Hill
sebagai komisaris utama disertai dua komisaris lain Dr Raider Per
Haugen dan Drs Michael Utama Purnama MA.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/DAERAH/banj23.htm
>Kamis, 16 November 2000

Di Jawa Tengah Banjir dan Longsor Merusak 105 Alur Sungai
Semarang, Kompas 

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Jawa
Tengah sejak Oktober hingga November 2000, mengakibatkan alur
dari 63 sungai dan 42 saluran irigasi rusak berat. Lokasi atau alur
sungai yang mengalami kerusakan tersebar di Kabupaten Cilacap,
Purbalingga, Kebumen, Purworejo, dan Banyumas."Kerusakan
sungai dan jaringan irigasi pada tahun 2000 merupakan kerusakan
yang paling besar. Sejak tahun 1996 hingga 1999 rata-rata hanya
80-90 alur sungai dan jaringan irigasi yang rusak," kata Kepala Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan Jateng Tasambar Mochtar
kepada Kompas, Selasa (14/11) seusai pertemuan membahas
masalah banjir di Kantor Gubernur Jateng. Pada pertemuan yang
dipimpin Wakil Gubernur Djoko Sudantoko , juga hadir Kepala
Stasiun Klimatologi Semarang, Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Jateng Widada Sulistya DEA dan sejumlah bupati di Jateng.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/DAERAH/peng24.htm
>Kamis, 16 November 2000

Pengelolaan Kapet Harus Mandiri
Kendari, Kompas 

Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Erna
Witular menegaskan, pengelolaan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (Kapet) harus berorientasi pada kemandirian.
Semua potensi di wilayah Kapet dapat digerakkan untuk mendukung
kemandirian itu.

Hal itu dikatakan Erna kepada wartawan di Bandara Wolter Robert
Monginsidi Kendari, Rabu (15/11) saat akan kembali ke Jakarta.
Setibanya di Kendari sehari sebelumnya menteri langsung naik kapal
ke Kepulauan Wakatobi, Kabupaten Buton, didampingi Djeni
Hasmar, anggota Komisi II DPR-RI dan Gubernur Sultra Drs La Ode
Kaimoeddin.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/DAERAH/laha22.htm
>Kamis, 16 November 2000

Lahan Eks Tambang Emas Liar Rusak Parah
Sampit, Kompas 

Pemerintah Daerah Kotawaringin Timur (Kalteng), kewalahan
menangani lahan seluas 40.000 ha, yang rusak parah akibat
penambangan emas liar di kawasan Ampalit. Sekarang ini, 12.000
penambang emas liar mulai bergeser masuk ke kawasan hutan
primer dan merusak hutan. Kawasan Ampalit (120 km barat
Palangkaraya), deposit pasir emasnya sudah berkurang.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/IPTEK/bupa10.htm
>Kamis, 16 November 2000

Bupati Kutai Berencana Tangkap Pesut Mahakam
Samarinda, Kompas 

Bupati Kutai Syaukani HR berencana menangkap dua-tiga ekor
pesut di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Penangkapan itu
direncanakan awal tahun 2001. Penangkapan satwa langka endemik
khas Kalimantan ini dimaksudkan sebagai upaya pelestarian, di
samping sebagai bagian dari obyek taman wisata di Pulau Kumala
Tenggarong, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.

Bupati Kutai Syaukani HR ketika dihubungi Kompas di Tenggarong,
Kutai, Rabu (15/11), menyatakan, "Kawanan pesut itu akan kita
tempatkan dalam aquarium pesut Mahakam yang akan dibangun di
Pulau Kumala," katanya.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/IPTEK/nela10.htm
>Kamis, 16 November 2000

72 Nelayan Indonesia Meringkuk di Penjara Australia Barat
Perth, Kompas 

Sebanyak 72 warga negara Indonesia (WNI)-dua di antaranya
perempuan-hingga kini masih meringkuk di sejumlah penjara dan
rumah-rumah penampungan sementara (detention centres) di wilayah
Australia Barat, termasuk di ibu kota Perth. 

Nelayan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu kini
mendekam di penjara Broome, Curtin, Derby yang berlokasi kurang
lebih 2.500 kilometer arah utara Perth, sementara dua narapidana
perempuan berada di bui khusus di Bandyup Women's Prison,
Guildford, sekitar 30 kilometer di luar Kota Perth.

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/JATIM/tumb20.htm
>Kamis, 16 November 2000

Tumbuhan di Bantaran Kali Surabaya Berkhasiat
Surabaya, Kompas 

Bantaran sungai sepanjang Kali Surabaya, ternyata menyimpan
potensi keanekaragaman flora yang tinggi. Dari hasil penelitian LSM
pemerhati lingkungan Ecoton, selama dua tahun terakhir di
sepanjang 150 kilometer dari Dam Mlirip dan Dam Lengkong
Mojokerto sampai Dam Jahir, ternyata di bantaran Kali Surabaya
teridentifikasi 70 jenis tumbuhan belukar yang berkhasiat obat. 

http://kompas.com/kompas-cetak/0011/16/OPINI/meng04.htm
>Kamis, 16 November 2000

Mengusir dan Membuat Nelayan Asing Kapok
Oleh M T Zen

DALAM pertemuan dengan kalangan nelayan dan petani tambak di
Jawa Tengah antara 12-13 Oktober 2000, Menteri Kelautan dan
Perikanan mengatakan, "Usir kapal nelayan dan buat mereka
kapok." (Kompas, 16/10/2000) 

Seharusnya kita bergembira mendengar ucapan seorang menteri
yang tegas, jelas, dan lugas. Sebenarnya kita harus bersedih,
karena kita harus mengusir dengan apa? Bikin kapok dengan apa?
Di sinilah tragedi bangsa Indonesia yang mendiami benua maritim
dan gembar-gembor bahwa kita bangsa bahari. Jelas kan! Kita bukan
bangsa bahari. Dulu, dulu, dulu mungkin (saya tidak tahu), tetapi
sekarang tidak. Pada saat ini kita adalah bangsa dangdut.

---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke