------------------------------------------------------------------------------------------------------- Mo ndaftar : [EMAIL PROTECTED] Arsip lengkap Berita-berita Lingkungan Hidup di Indonesia, silahkan klik: http://www.egroups.com/group/berita-lingkungan/messages ----------------------------------------------------------------------------------------------- http://www.indomedia.com/bpost/112000/27/index.htm Antara Aluminium Dengan Demensia Alzheimer Sejak aluminium ditemukan oleh H C Oersted pada tahun 1825 dan kemudian dipergunakan secara luas di masyarakat, maka aluminium sudah bukan barang baru lagi, melaikan sudah memasyarakat, seperti alat-alat masak, produk-produk keperluan rumah tangga, atau bahkan dalam bentuk senyawa yang dapat digunakan sebagai obat, penjernih air, fotografi, ramuan cat, bahan pewarna, ampelas dan permata sintetis. Semua ini apakah sudah disadari atau tidak efek samping aluminium bagi organ tubuh manusia, tapi yang jelas sampai sekarang akibat pemakaian alat dan bahan dari unsur aluminium belum begitu banyak diketahui. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/OPINI/para04.htm >Senin, 27 November 2000 Paradigma Baru Pembangunan Pangan Oleh Khudori SUNGGUH ironis. Indonesia sebagai negara agraris dan berumur lebih dari setengah abad ternyata belum memiliki konsep dasar diversifikasi pangan (Kompas, 20/10). Dalam kekosongan konsep dasar itu, tiba-tiba kita dijejali kabar angin surga, Indonesia kembali mencapai swasembada beras (Kompas, 17/10). Menurut data Deptan, tahun ini produksi padi mencapai 53 juta ton gabah (setara 30 juta ton beras), yang cukup memasok kebutuhan pangan selama setahun. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/METRO/mera18.htm >Senin, 27 November 2000 Suaka Margasatwa Pulau Rambut Merana di Tengah Hiruk-pikuk Jakarta DARI pantai Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, sudah terlihat jelas deretan tiga pulau. Yang sebelah timur, Pulau Untung Jawa yang dihuni warga Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Utara. Di sebelah barat, Pulau Bokor. Sedangkan yang di tengah Pulau Rambut yang biasa dijaga dua sampai empat orang Polsus (Polisi Khusus) Jagawana setiap harinya.Pulau Rambut yang luasnya sekitar dua hektar itu telah ditetapkan sebagai suaka margasatwa bersama Suaka Margasatwa Muara Angke yang lebih luas 0,5 hektar. Begitu juga dengan Pulau Bokor yang telah dijadikan cagar alam. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/METRO/samp18.htm >Senin, 27 November 2000 Sampah Membuat Pulau Rambut Kritis Pulau Rambut, yang merupakan satu dari 110 pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta Utara, saat ini kondisinya cukup menghawatirkan akibat diserang tumpukan sampah dan abrasi yang menghantam bagian barat laut pulau tersebut. Hal ini selain dapat mengurangi luas pulau tersebut jelas akan mengancam habitat ribuan burung laut maupun burung darat yang memanfaatkan suaka margasatwa pulau tersebut. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/EKONOMI/djaj13.htm >Senin, 27 November 2000 Djajanti Tidak Punya Usaha Tambang Jakarta, Kompas Direktur kelompok usaha Djajanti Hadi Budoyo di Jakarta, Sabtu (25/11), menyatakan kelompok usaha Djajanti tidak memiliki usaha penambangan batu bara, apalagi penambangan liar di Kalimantan Selatan. "Kami sama sekali tidak memiliki usaha pertambangan batu bara apalagi pertambangan liar di Kalimantan Selatan," demikian keterangan tertulis Hadi Budoyo di Jakarta, menanggapi berita Kompas, edisi Sabtu (25/11). http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/IPTEK/rph10.htm >Senin, 27 November 2000 RPH Cakung Olah Limbah Jadi Energi Listrik Jakarta, Kompas Limbah organik di perkotaan sampai saat ini masih menimbulkan masalah. Pembuangan dan penampungannya mengakibatkan pencemaran pada air tanah, serta udara dengan bau yang menyengat, dan menimbulkan wabah penyakit. Karena itu, sejak tahun 1987 limbah terkait diolah dengan teknik yang lebih baik yang hasilnya mampu mewujudkan energi listrik. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/IPTEK/peru10.htm >Senin, 27 November 2000 Dari COP 6 Perundingan Gagal Capai Kompromi Den Haag, Kompas Meski sudah diperpanjang satu hari, hingga Sabtu (25/11) malam, Konferensi Para Pihak VI untuk Konvensi Perubahan Iklim (COP 6) yang telah berlangsung selama dua minggu (sejak 13 November 2000) di Den Haag, Belanda, gagal mencapai kompromi. Dengan demikian, pertemuan puncak antarmenteri dan diplomat tersebut tak berhasil menjadikan Protokol Kyoto berlaku secara operasional, guna memperkuat kerja sama teknis maupun finansial antara negara-negara maju dan berkembang, terutama mengenai kebijakan dan teknologi yang prolingkungan. http://kompas.com/kompas-cetak/0011/27/UTAMA/disu01.htm >Senin, 27 November 2000 Di Sumbar, 74 Orang Tewas Tertimbun * 11 Tewas di Tapanuli Selatan, Banjir Aceh Mulai Surut Padang, Kompas Bencana longsor atau galodo di Sumatera Barat (Sumbar) semakin dahsyat. Setelah menelan 18 korban tewas di Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sabtu (25/11), musibah serupa terjadi lagi, Minggu, di tiga lokasi dengan menelan sedikitnya 74 korban tewas. Musibah serupa juga terjadi di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sedikitnya 11 orang tewas dan beberapa di antaranya luka-luka akibat tanah longsor dan banjir di beberapa desa di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), sekitar 450 kilometer selatan Medan, sejak Kamis hingga Minggu. http://www.surabayapost.co.id/ SUPLEMEN Senin, 27 November 2000 Pengurangan Karbon Dioksida Sulit Disepakati Pemanasan global sudah menjadi keprihatinan dunia. Namun negara-negara maju yang ditunjuk menyumbang lebih besar dari kegiatan industri mereka menunjuk negara berkembang sebagai pelaku utama hujan asam di Amerika Serikat akibat penebangan hutan. Setelah gagal mencapai kesepakatan untuk mengontrol pemanasan global, para delegasi pada konferensi iklim di Belanda, kembali melakukan perundingan secara tertutup untuk menyimpulkan pembicaraan mereka dalam dua minggu ini. Negosiasi yang dilakukan oleh para ahli dan para menteri, jauh dari kesepakatan untuk menggariskan peraturan bagaimana negara-negara di dunia bisa mencapai target mengurangi efek emisi gas rumah kaca, yang ditunjuk sebagai biang ketidaknormalan pemanasan bumi dan kekacauan perubahan iklim, dalam tiga tahun mendatang. --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id