~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
   Layanan Informasi Aktual
        [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
    Sabtu, 24 Juli 2004
Eropa Utara Alami Krisis:
Gereja Sepi, Pengguna Narkoba Marak
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Eramuslim - Eropa kian bangkrut. Setidaknya hal itu terlihat pada maraknya kasus para pemuda di Eropa Utara yang mulai tak acuh politik dan ramai-ramai meninggalkan gereja, lalu menjadi pecandu obat-obatan terlarang. Hal itu terungkap dalam sebuah studi dan laporan koran Swedia.

Studi yang dilakukan Goteborg, salah satu universitas terbesar dan terpopuler di Swedia menemukan, terjadinya krisis minat terhadap politik lokal, regional dan internasional, di kalangan pemuda dan pemudi Eropa Utara.

Kawula muda di Eropa Selatan lebih bersemangat ikut dalam kehidupan politik dan terlibat dalam aksi-aksi demo. Berbeda dengan rekan-rekan mereka di negara-negara Eropa Utara seperti Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia, dan Islandia. Demikian studi Goteborg menemukan.

Ditemukan, bahwa 75% kalangan muda di Swedia akan memberikan suaranya dalam pemilu-pemilu. Sementara di Denmark dan Norwegia masing-masing 91% dan 87%.

Tapi ternyata mereka yang tertarik aktif dalam dunia politik atau aktif melaksanakan pemilu hanya 21% di Swedia dan Norwegia, 15% di Denmark dan Finlandia. Namun femonena di Siprus berbeda, tingkat keaktifan pemuda dalam berpolitik di negar itu menjadi 45%. Sedangkan di Portugal 40%, dan Yunani 32%.

Studi Goteborg itu diambil dari pendapat 70.000 responden kaum muda 28 negara-negara Eropa yang berhasil mereka jaring.

Para analis mencirikan kelambanan politik yang menciptakan stabilitas negara-negara Eropa, justru amat dinikmati rakyat.

Eric Amano, professor politik pada Universitas Goteborg mengatakan, kalangan muda tak mampu menyuarakan aspirasinya di negara-negara Eropa Utara. Amano juga salah seorang supervisor studi yang dilakukan universitas tersebut.
Sementara Rebwar Hassan, perwakilan Partai Hijau di Stockholm, mengatakan, negara-negara Eropa Utara relatif lebih stabil, dibandingkan dengan suhu politik di negara-negara lain.

Tapi, keluhan mulai datang dari partai-partai besar maupun kecil di Swedia dan Eropa Utara. Bahwa mereka tidak melihat kehadiran wajah-wajah pemuda dan pemimpin-pemimpin kalangan muda di dunia politik lebih dari 20 tahun.
Fenomena lainnya, para kawula muda di Eropa Utara, menurut laporan majalah-majalah gereja, sudah tidak sudi lagi datang ke gereja-gereja.

Gereja-gereja, kata majalah-majalah itu, kerap dihadiri oleh orang-orang tua hanya waktu-waktu tertentu. Sementara kalangan lain mendatangi gereja hanya sebagai turis, karena tertarik dengan nilai-nilai sejarahnya.

Di Swedia contohnya. Sekitar 3000 warga Swedia tidak lagi pergi ke gereja, bahkan sama sekali tidak lagi membayar uang sumbangan rutin ke gereja. Hal ini mendorong Partai Demokrat Kristen Swedia, meminta pemerintah agar mengizinkan silabus agama Kristen diajarkan di sekolah-sekolah.

Manuver itu merupakan bagian dari upaya masyarakat Swedia untuk mengukuhkan kembali prinsip-prinsip agama. Selain untuk memerangi penyakit ketergantungan obat, bunuh diri, serta penyakit-penyakit sosial lainnya di kalangan kawula muda Swedia.

Fenomena ketergantungan obat, menurut laporan koran Swedia Sesam, kian marak di kalangan pelajar sekolah menengah pertama. Sedikitnya 14% siswa di sekolah-sekolah Stockholm tercatat sebagai pemakai obat-obatan terlarang. Sedangkan kawasan di luar itu, persentase pecandunya mencapai 17%.

Situasi di Swedia, tulis Sesam, betul-betul seperti “catastrophic” (bencana besar). Karena itu, badan-badan keamanan dan institusi-institusi sosial harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis itu.

Dalam kasus-kasus ketergantungan obat, tercatat 104 remaja tewas pada 1987. Jumlah itu meningkat pada tahun 2000 menjadi 282 orang. Penggunaan obat-obatan terlarang meningkat di Swedia pada tahun 1990-an. Ini pertanda kian bertambahnya jumlah pecandu narkoba, seperti ketergantungan pada obat-obat amphetamin dan heroin.

Sejauh ini para pemerintah kotapraja Swedia telah menganggarkan dana dalam jumlah besar untuk mendukung institusi-institusi yang membantu menyelamatkan remaja dari penggunaan obat-obat terlarang. Tujuannya untuk menciptakan masyarakat Swedia yang bebas narkoba.

Menurut undang-undang Swedia, para pemilik dan pembuat obat-obat narkoba dianggap sebagai para kriminal yang bisa dikenakan sanksi hukuman berat. (sultoni).
http://www.eramuslim.com/br/dn/47/12016,1,v.html

Kirim email ke