******************************** Wacana Mingguan : 28 April 2001 ================================ "Iman Yang Menyelamatkan" <><><><><><><><><><<><><><><><><><> Iman yang menyelamatkan ataukah rasio yang menyelamatkan ?. Pertanyaan ini muncul sebagai tanggapan atas sikap sebagian manusia yang mengutamakan rasio dalam upaya menemukan maupun dalam menjelaskan suatu kebenaran. Dalam kondisi manusia yang terbatas (sebagai ciptaan), apalagi dalam kondisinya yang berdosa (Roma 3:10), dapatkah ia menemukan sendiri kebenaran itu dengan akal budinya ?. Dapatkah akal budi manusia menyelamatkan dirinya dari maut atau kematian selama-lamanya ?. Banyak manusia merasa sudah menemukan suatu kebenaran karena akal/rasio-nya telah terpuaskan oleh berbagai dalil-dalil yang notabene masuk akal. Tapi alangkah ironisnya ketika kebenaran yang ia pegang hanya berstandard pada akalnya sendiri. Mengingat syaratnya ialah: "kebenaran itu harus masuk akal saya". Apabila pola pikir seperti ini yang terjadi maka bisa diartikan pula bahwa standard kebenaran yang ia temukan itu tidak lain adalah "saya", jelas bukan standard kebenaran Allah. Sebab, bagi dia, benar tidaknya sesuatu itu mengacu pada "saya". Bagaimana sebenarnya kebenaran Allah menurut firman Allah dalam Alkitab ?. Kebenaran adalah kebenaran yang bersumber dari Kebenaran itu sendiri, yaitu Tuhan Yesus. Yohanes 14: 6: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Mengandalkan rasio dalam menemukan kebenaran tidak akan menemukan kebenaran itu. Ia hanya mengetahui adanya Tuhan tetapi ia tidak akan mengenalNya, dan ia tidak akan mengerti siapakah Tuhan itu, serta tidak akan bisa menjelaskan suatu kebenaran menurut standard kebenaran Allah. Ia akan selalu terbentur dengan konsep ruang dan waktu dalam memahami dan dalam menjelaskan suatu kebenaran yang menurut dia benar, sehingga ia tidak akan bisa menjelaskan keberadaan Allah yang adalah Roh, Oknum yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (tak terbatas/kekal). Nikodemus sebelum ia akhirnya beriman kepada Tuhan Yesus (Yohanes 3), padahal ia adalah seorang ahli agama, tetapi tidak memahami apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Ketika Yesus berkata kepada Nikodemus: "..sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Lalu Nikodemus heran dan bertanya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua ? Dapatkah ia masuk ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan kembali ?" Nah, dalam percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus di atas tampak bahwa Nikodemus tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Mengapa ?. Karena Nikodemus menangkap perkataan Yesus dengan konsep ruang dan waktu, yaitu konsep lahir secara jasmaniah. Sebenarnya apa yang dimaksud Tuhan Yesus dengan lahir kembali ? Maka Yesus menjawab Nikodemus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh." Nah, di sini Tuhan Yesus tidak berbicara konsep ruang dan waktu, melainkan konsep yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (roh). Demikian juga dalam percakapan Yesus dengan perempuan Samaria sebelum akhirnya ia menerima Yesus dan beriman kepadaNya (Yohanes 4). Yesus berkata kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang tentang karunia Allah dan siapakah Dia (Yesus) yang berkata kepadamu: Berilah Aku (Yesus) minum ! niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Mendengar perkataan Tuhan Yesus ini perempuan Samaria heran dan bertanya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu ?" Perhatikan perempuan Samaria yang terbentur dengan konsep ruang dan waktu (air sumur). Dalam percakapan ini pun perempuan Samaria tidak mengerti kata 'air hidup' yang dimaksud Yesus, ia mengira air biasa yang ada di sumur itu (konsep ruang). Air hidup yang bagaimana yang dimaksud Yesus ? Yesus berkata: "Barang siapa minum air ini (air sumur), ia akan haus lagi, tetapi barang siapa minum air yang akan Ku-berikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya (kehidupan kekal). Dan di ayat yang lain Yesus berkata kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa....." Ini adalah dua contoh bagaimana orang yang belum beriman kepada Allah Bapa di dalam Yesus Kristus tidak akan menemukan kebenaran itu, dan tidak akan mengerti hal-hal surgawi dan keberadaan Allah. Rasio atau akal manusia berdosa dan yang serba terbatas tidak akan bisa menyelamatkan manusia. Hanya iman-lah yang bisa menyelamatkan manusia, bukan karena terpuaskannya akal dan pikirannya. Yaitu iman kepada sumber kebenaran: Allah di dalam Kristus Tuhan. Percayalah kepada Allah terlebih dahulu melalui jalan yang telah Ia sediakan bagi kita, yaitu melalui Yesus Kristus. Kita harus menyadari bahwa kita yang berdosa membutuhkan Tuhan Yesus. Seseorang harus dimerdekakan dulu dari belenggu dosa dan menerima anugerahNya. Menerima Yesus di dalam hati sebagai Tuhan dan Juru Selamat hidup akan menjadikan kita memulai belajar berpikir menurut standard kebenaran Allah yang ada di dalam Alkitab. Apabila hati kita terbuka bagi Dia maka Dia sendiri yang akan memperkenalkan diriNya kepada kita. Dia telah berkorban hingga mati di kayu salib demi dosa-dosa manusia, namun bangkit kembali pada hari ketiga sebagai bukti bahwa Dia telah mengalahkan maut, dan naik ke sorga. Seperti tertulis di Ibrani 11: Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta dijadikan oleh firmanNya; karena iman Habel mempersembahkan korban yang baik kepada Allah; karena iman Henokh terangkat ke sorga; karena iman Nuh membangun bahtera dan ditentukan menerima kebenaran; karena iman Abraham taat; karena iman Sara yang sudah tua dapat menurunkan anak cucu; karena iman Abraham mau mempersembahkan Ishak; karena iman Ishak memberikan berkat kepada Yakub dan Esau; karena iman Musa menolak disebut sebagai anak Puteri Firaun; karena iman Musa meninggalkan Mesir, tidak takut murka Firaun; dst "Orang yang hafal isi Alkitab dan menguasainya secara rasio tidak akan mengerti kebenaran Allah yang ada di dalamnya tanpa beriman kepada Allah yang mem-firmankan isi Alkitab itu." (Augustinus S). "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772 atau BCA Cab. Darmo Surabaya, a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l