''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
 SARI BERITA : Kamis, 03 Mei 2001
===================================
<> Redam Disintegrasi, Wahid Berhasil 80%
   Megawati Menjadi Tokoh Pemersatu Bangsa
<> Reshuffle Bukan Jawaban yang Diinginkan DPR
<> Pidato Gus Dur di Televisi Dinilai Sia-sia
<> 'Mbalelo', Marah Simon Terancam Dipecat dari F-PDIP DPR
<> Pemberantasan korupsi harus dimulai dari penegak hukum
````````````````````````````````````````

Redam Disintegrasi, Wahid Berhasil 80%
Megawati Menjadi Tokoh Pemersatu Bangsa
========================================
koridor.com [3 May 2001, 8:12] Walaupun kemampuan Megawati Soekarnoputri
untuk menjadi pemimpin nasional masih diragukan, namun paling tidak untuk
menjalankan peran simbolik pemersatu bangsa Mega jauh lebih baik
dibandingkan Presiden KH Abdurrahman Wahid.
Ancaman disintegrasi merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi
bangsa saat ini. Maka, menurut mantan Menkeu Bambang Sudibyo saat berbicara
dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (2/5); paling tidak Presiden sudah
menyelesaikan 80% pekerjaannya apabila sanggup mengatasi masalah persatuan
dan kesatuan nasional.
"Dalam hal peran simbolik pemersatu bangsa, Mega jauh lebih baik
dibandingkan dengan bosnya," tandas Bambang Sudibyo.
http://www.koridor.com/artikel.htm/111866

Reshuffle Bukan Jawaban yang Diinginkan DPR
Reporter: Iin Yumiyanti
===========================================
detikcom - Jakarta, Kalangan DPR tak menginginkan Presiden Gus Dur
melakukan kompromi politik dengan bagi-bagi kekuasaan di kabinet sebagai
jawaban atas memorandum kedua DPR. Karena itu kalangan DPR akan jelas-jelas
menolak tawaran masuk kabinet bila Gus Dur melakukan reshuffle kabinet.
Sikap DPR tersebut setidaknya tercermin dari pernyataan Ketua Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan (FPPP) Ali Marwan Hanan dan Ketua Fraksi Kesatuan
Kebangsaan Indonesia (FKKI)Sutradara Ginting dalam perbincangan dengan
detikcom, Kamis (3/5/2001).
http://www.detik.com/peristiwa/2001/05/03/200153-080601.shtml

May. 03, 2001 00:23:59 WIB
Pidato Gus Dur di Televisi Dinilai Sia-sia
=======================================
JAKARTA, Mandiri - Pidato Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengenai
Perkembangan Demokrasi melalui televisi, Rabu (2/5) sore, dinilai sebagai
hal yang sia-sia, jika dimaksudkan untuk mencari dukungan atau simpati dari
anggota DPR.
"Kalau pidato itu ditujukan untuk meredakan ketegangan mungkin masih ada
gunanya, tetapi kalau dalam konteks mencari dukungan atas jatuhnya
Memorandum II DPR kepada Presiden, saya kira akan sia-sia," kata pengamat
politik Bachtiar Effendy di Jakarta, Rabu.
Saat ditanya soal pidato Gus Dur, ia menjelaskan, dalam waktu yang sangat
sempit, yakni satu bulan bagi Presiden Gus Dur untuk melakukan perbaikan
kinerja adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan.
http://www.mandiri.com/?

Kopitime - Kamis, 5/3/2001 9:15:47 AM bbwi
'Mbalelo', Marah Simon Terancam Dipecat dari F-PDIP DPR
=======================================================
Anggota FPDIP Marah Simon, yang mbalelo karena bersikap abstain dalam
sidang paripurna DPR yang menentukan memorandum II, terancam dicopot.
"PDIP akan ambil tindakan tegas kepada Marah Simon. Pasti kita akan
mengambil tindakan. Soalnya dia sudah berkali-kali mengambil tindakan di
luar jalur fraksi. Di intern Fraksi boleh berdebat sekeras-kerasnya tetapi
bila sudah kesepakatan akhir semua harus bersatu," tegas Sekjen PDIP
Soetjipto.
Bagi Soetjipto, pelanggaran yang dilakukan Marah Simon bisa dianggap
serius, karena melanggar garis kebijakan partai. "Boleh beda pendapat
selama berada dalam fraksi, tetapi kalau sudah keluar, ia harus membawa
suara yang diputuskan oleh fraksi. Jika melanggar, sanksinya akan
diputuskan di DPP. Untuk kasus ini, paling berat pemecatan," katanya.
Namun Simon tak ambil pusing terhadap keputusan yang akan diterimanya. "Apa
pun tuduhan DPP, saya akan bela habis-habisan," aku Ketua DPD PDIP Sumatera
Barat ini.
http://www.kopitime.com/kopihot/indexhot.asp?story_id=9529

Kamis, 03/5/2001, 08:59 WIB
Pemberantasan korupsi harus dimulai dari penegak hukum
Laporan Yarais
====================================================
satunet.com - Praktisi hukum Adnan Buyung Nasution mengatakan selama empat
tahun bangsa Indonesia harus menanggung rasa malu kolektif, karena terus
memegang rekor juara bertahan sebagai negara paling korup di Asia.
Adnan Buyung, pada diskusi Panel 'Mengkritisi RUU tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi', di Bandung, Rabu, menilai perangkat
aturan untuk memberantas korupsi di Indonesia sudah cukup baik. Namun
semuanya itu belum bisa membawa angin segar dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia.
"Para koruptor kakap tetap bebas. Kalaupun terjerat, mereka tidak mendapat
hukuman yang setimpal atas perbuatannya," kata Abang, panggilan akrabnya.
http://satunet.com/artikel/isi/01/05/03/50519.html


"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772
atau
BCA Cab. Darmo Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke