--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Muhammad Aziz Majidi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >
> > 2. Selain Israel, apa sudah melihat2 yang lain. Israel saya yakin > > punya sistem dan mutu pendidikan yang bagus, cuman dari pandangan saya > > negara2/tempat2/uni2 lain yang juga bagus sudah banyak menawarkan > > beasiswa dengan berbagai skema. Tempat2 lain itu pada umumnya sudah > > kenal Indonesia (contoh di Belanda atau Jepang atau Jerman). > > > > Nothing against Israel, saya pernah bekerja dengan satu-dua orang dari > > Israel selama saya kerja di D0. Menurut saya mereka merupakan orang2 > > yang tergolong paling rasional, kompeten, dan juga mau menolong. > > Haryo, > > Hati2 dengan penggunaan kata "paling" di situ. Mungkin kata "paling" > di situ berlaku "lokal" di tempat anda bekerja atau menurut pendapat > anda, tapi belum tentu berlaku umum di setiap tempat atau menurut > pendapat banyak orang. Lha, makanya saya bilang "Menurut saya ...". "Mereka" itu juga mengacu pada orang2 yang saya temui, dan bukan orang Israel pada umumnya. Sampelnya juga tidak banyak sih, 2-3 orang. Dan orang2 yang baik disini juga tidak cuma dari Israel, dari AS tentunya ada, dari Jerman, Rusia, Prancis, Swedia, Belanda. Terkait dengan itu, ini dua nasehat yang sebaiknya dipegang rekan-rekan dari Indonesia. 1. Selama kita bekerja di lab atau kampus yang bernuansa internasional, biasakan untuk tidak menanyakan hal2 ini kepada rekan kerja dari negara lain: keadaan sosial politik, atau sejarah kelam di negaranya. Tanyakan hal-hal seperti musik, bahasa, turisme, arsitektur, makanan, tapi singkirkan politik atau sejarah kelam. Orang Jerman belum tentu suka jika ditanyai tentang Nazi, orang Israel belum tentu suka jika ditanyai soal Palestina, orang Cina belum tentu suka jika ditanyai tentang Tian An Men, orang Belanda belum tentu suka jika ditanyai tentang Tanam Paksa. 2. Jika anda tidak ingin diperlakukan *berbeda dan didiskriminasikan*, maka jangan *menonjolkan perbedaaan diri anda* dari orang lain, baik dalam konteks agama, gender, ras, suku, negara, atau apa saja. Dari pengalaman saya dengan rekan2 saya disini, saya tidak pernah sekalipun berusaha mengatakan atau menonjolkan bahwa saya berbeda karena saya dari Indonesia. Identitas semacam itu sama sekali tidak relevan, yang penting adalah bagaimana kita bekerja sama dalam riset fisika. Hanya jika mereka memang menanyakan, baru saya jawab. Saya disini sebagai sesama fisikawan, anggota kolaborasi D0, dan kita bekerja sama untuk riset fisika. Period. Rekan saya dari Israel tadi, sangat terkejut waktu saya menjawab pertanyaan dia bahwa saya dari Indonesia :) Tapi karena sejak awal saya sudah menunjukkan attitude semacam itu, hubungan kerja kami tetap baik. So, in conclusion: If one doesn't want to be judged or discriminated against by your [insert your favorite attribute here: sex, religion, nationality, race, ..], then the first person who have to do it is oneself: one must never think and/or show the attitude that one is special or deserve special treatment/priviledge because of [insert your favorite attribute here]. Show that one is special because of one's professionalism, integrity, and achievements. Things which everybody have to work hard for, and simply can't be taken for granted. ------------------------------------ =============================================================== ** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/ ** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : <[EMAIL PROTECTED]> =============================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/