Cara pandang yang menarik dan patut ditiru

------------------------------------------------------
KUNAIFI

________________________________




----- Original Message ----
From: saidphysics <[EMAIL PROTECTED]>
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24:35 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


"Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan" 

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar. 

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus. 

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini .. 

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "Rasahgelo" <[EMAIL PROTECTED] ..>
wrote:
>
> pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
> terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
> populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
> untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
> 
> tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
> pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
> kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan? ) satu dari
> sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
> profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
> 
> ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
> yang dikumpulkan pak terry mart di
> http://staff. fisika.ui. ac.id/tmart/ komentar. html
> 
> salam,
> h.
> 
> --- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, "and_sty0388"
> <and_sty0388@ > wrote:
> >
> > Tidak salah ketika orang menjadi besar dan ingin ditepuk bahunya.
> > Akan tetapi bila hanya itu yang dikejar apalah guna.
> > Hidup adalah Pelayanan... .
> > Mencontohkan seorang Prof. Liek Wilardjo yang senantiasa mengajar kami
> > di UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana) dengan sederhana. Beliau
> > boleh dikata salah seorang Profesor yang cukup dikenal di Indonesia.
> > Namun pakaian sederhananya tak menggambarkan keperkasaannya, Topi
> > sedikit lusuh(bagiku) pun jadi barang bawaannya tiap kali masuk kelas.
> > Tak lupa pula botol minum kesayangan beliau. Rambut putihnya
> > menggambarkan usianya yang tak lagi muda. Namun semangat untuk
> > melayani Nyata dalam pribadinya. Saatnya kita punya hati yang tulus
> > melayani bangsa kita. Teriring salam dari kota sejuk nan asri
> > SALATIGA. UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana).
> >
>

    


      

Kirim email ke