--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "yyoorrggaa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Maksud aq bukan begitu. > > gini deh. maksud dari "buta" disini adalah jika indra yang dimiliki > adalah maksimum indra yang merespon gel suara, (baik untuk mendengar > ataupun "melihat" seperti kelelawar atau seperti di film dare devil) > apakah mungkin kemudian manusia merekonstruksi hukum fisika (atau > instrumen atau apapun) mengenai sesuatu yang "beyond the border"?
Ini rangkaian argumen bahwa sekali lagi, seandainya manusia itu buta, maka fenomena cahaya/elektromagnetik tetap akan ditemukan. Asumsi 1: - Indra manusia tidak sensitif kepada fenomena elektromagnetik. Asumsi 2: - Di alam ini ada fenomena elektromagnetik (kecepatan cahaya) dan fenomena akustik (kecepatan suara). Sekarang, apa syarat manusia yang buta bisa menemukan fenomena elektromagnetik ? Kuncinya: Apakah ada hubungan (interaksi, coupling) antara fenomena elektromagnetik dengan fenomena akustik. Bentuknya macam apa tidak penting, yang penting ada atau tidak. Jika ada, maka manusia BISA mendeteksi fenomena elektromagnetik via hubungan fenomena elektromagnetik dan akustik. Jika tidak ada, maka manusia TIDAK BISA mendeteksi fenomena elektromagnetik. Faktanya: _ada_ fenomena/gejala alam yang mengkaitkan elektromagnetik dan akustik (contoh kasar: petir). Jadi ada interaksi antara elektromagnetik dan akustik. Memang akan perlu laamaaaaa sekali bagi manusia yang buta untuk menemukan bentuk-bentuk hukum elektromagnetik, tapi jika manusia yang buta mau berusaha keras, maka evolusi ilmu di masyarakat yang buta ini pada akhirnya akan menemukan hukum-hukum elektromagnetik. > > Jika jawabannya mungkin, maka ini membuka peluang perluasan ilmu > fisika ke arah baru. yaitu ke arah dimensi lebih tinggi. atau > perancangan instrument2 untuk melacak keberadaan gelombang yang lebih > cepat dari c. siapa tahu 100 tahun kemudian ada yang dapet Nobel > karena berhasil membuktikan keberadaan gelombang yang lebih cepat dari c. Sekali lagi, yang menjadi masalah bukan _indra_ manusia, melainkan _interaksi_ antara fenomena yang baru (yang tidak dikenali indra manusia) dengan fenomena yang dikenali indra manusia. Ide perluasan ilmu fisika ke arah fenomena lebih besar dari c (namakanlah C, C huruf besar) sudah terpikir sejak lama, dan bukan ide baru dikalangan fisikawan teori. Model-model yang mengkonstruksi fenomena C itu ada. http://en.wikipedia.org/wiki/Tachyon Fenomena C _bisa_terdeteksi_ kalau ada interaksi dari fenomena C dengan fenomena yang kita kenal. Sekarang, _kita_ belum mengamati gejala alam yang menunjukkan ada atau tidak adanya C. Jadi tidak ada bukti apakah C ada, ataupun C tidak ada. Haryo ------------------------------------ =============================================================== ** Arsip : http://members.tripod.com/~fisika/ ** Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : <[EMAIL PROTECTED]> =============================================================== Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/