JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo membantah pernah 
menyatakan tarif bus transjakarta akan segera dinaikkan.
Saya belum pernah ngomong tarif transjakarta akan dinaikkan.

"Saya belum pernah ngomong tarif busway (transjakarta) akan dinaikkan," katanya 
di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (7/1/2010).

Fauzi menegaskan, pihaknya belum memikirkan rencana kenaikan tarif 
transjakarta. "Saya pikir dulu, baru nanti ngomong," ujarnya.

Kalangan DPRD DKI menilai tarif transjakarta belum pantas naik mengingat 
pelayanan moda transportasi itu belum optimal terutama dalam keamanan dan 
kenyamanan penumpang.

Dinas Perhubungan (Dishub) DKI masih mempertimbangkan untuk menaikkan tarif 
transjakarta. Banyak desakan yang mengharuskan pengelolanya melakukan perbaikan 
yang optimal sebelum tarifnya dinaikan. Tarif transjakarta Rp 3.500 yang saat 
ini berlaku dinilai pengelola masih sangat rendah dan memberatkan biaya 
operasional.

Sejumlah kalangan menilai, usulan menaikkan tarif transjakarta itu untuk 
kepentingan operator yang sebagian dikerjakan konsorsium, yakni gabungan 
perusahaan angkutan umum di Jakarta. Di tengah belum membaiknya pelayanan 
transjakarta, usulan kenaikan tarif tersebut ditolak masyarakat.

Ketua Komunitas Pengguna Busway Hendrawan mengatakan, usulan kenaikan tarif 
busway (transjakarta) sangat merugikan masyarakat.

"Naik busway itu mahal kalau dihitung dari berapa biaya yang dikeluarkan 
masyarakat karena tidak jalannya sarana penunjang. Pasalnya, sesuai kajian 
proyek sebelum busway dilaksanakan, tansportasi ini adalah terintegrasi dengan 
feeder, monorel, water way, MRT (mass rapid transit), dan kereta api," katanya.

Berdasarkan kajian yang dia lakukan, seorang penumpang busway akan mengeluarkan 
ongkos tidak sedikit.

"Setelah naik busway, mereka harus naik ojek untuk sampai ke tempat tujuan 
dengan membayar Rp 5.000-Rp 10.000 sekali jalan. Jadi, biayanya cukup mahal 
padahal katanya sarana transportasi publik itu harus murah. Busway bisa murah 
kalau programnya di 15 koridor sudah jalan dan dilengkapi feeder serta sarana 
transportasi lainnya," ucapnya.

Pemprov DKI selama ini dinilai sebagai pihak yang dirugikan karena harus 
membayar lebih beban tarif per km Rp 12.200 di luar tarif hasil tender Rp 9.500 
per km. Jika ditotal, biaya operasional transjakarta menembus angka Rp 1 
triliun setahun.

"Apa dasarnya memberikan dana tanpa tender. Ini dana dari APBD, seharusnya 
setiap tahun ditender," ujar Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin.

Menurut Nurdin, berkali-kali pemprov ditelikung operator. "Jika pemprov 
bermaksud mengakomodasi operator angkutan umum, maka seharusnya tidak dengan 
melanggar aturan (tidak melakukan tender) padahal nilainya di atas Rp 50 juta," 
katanya.

Anggota Komisi D DPRD DKI, Prya Ramadani, menyatakan bahwa seharusnya pemprov 
tak hanya fokus pada busway, tetapi sejumlah angkutan umum harus segera 
dibenahi sehingga bisa berfungsi sebagai feeder.

"Kini sekitar 80 persen atau 19.000 angkutan dari 22.666 bus kota (bus besar, 
sedang, dan kecil) kondisinya sudah tidak laik jalan dan harus dihapus untuk 
mengurangi kerugian lebih besar," ucapnya.

Di sisi lain, Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta diharapkan berkomitmen 
mengatur kembali soal jarak kendaraan yang berdampak pada penumpukan penumpang 
di sejumlah selter. (Gede Moenanto)
Editor: hertanto


http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/08/0948496/Saya.Belum.Pernah.Ngomong

Kirim email ke