Salam,
 Karena banyaknya orang berkomentar bukan bidangnya dan FANATISME  ANTI 
ASING(terutama Amerika), yang menyebutkan PELANGGARAN PROSEDUR PENERBANGAN  dan 
penolakan pilot dsb, sedari permulaan saya sudah mengatakan bahwa ini soal 
ADMINISTRATIF biasa.Saya juga menjawab bahwa semuanya akikat miskomunikasi 
bahkan NON komunikasi antara  perwakilan dan mungkin pimpinan pusat  GARUDA   
generasi baru dengan  FREEPORT sebagai Tuan Rumah yang bagaimanapun juga 
mempunyai wewenang.
Dulu penerbangan GIA ke PENDOPO dan LIRIK, sering diatur( demi kerjasama yang 
baik) dengan STANVAC sebagai pemilik bandara dan BBM.
Saya heran bahwa generasi baru GARUDA  tidak mementingkan  sikap seperti ini 
yang sedang maraknya di kembangan sekarang demi komunikasi yang baik dengan 
masyarakat.

Wasalam,
Wal Suparmo


--- Pada Jum, 8/1/10, Pandu Ganesa <g...@dnet.net.id> menulis:


Dari: Pandu Ganesa <g...@dnet.net.id>
Judul: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Tak Angkut Bos Freeport, Garuda Tak Diberi 
BBM di Timika
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:26 AM


 



Pak Wal,

Menurut sumber yang saya dengar, kasusnya itu sebenarnya tidak ada hubungannya 
dengan pilot Garuda. Ketika Garudanya mendarat di Jayapura, kebetulan computer 
sedang down, dan ada 3 penumpang (yang boarding pasnya tidak sesuai dengan no 
flightnya) meminta untuk naik ke Timika.
Dari segi prosedur, Last Minute Change (LMC) menyebutkan: asal penumpang KURANG 
dari 5, hal itu bisa diperbolehkan, sudah tentu atas sepengathuan keputusan 
pilot. Tapi petugas ground akan kerepotan mengubah dokumen kalau compu nggak 
jalan (saya tidak tahu apa perubahan itu bisa dibuat manual saat compu down). 
Saat itu petugas ground menyampaikan kepada Purser, bahwa tadi ada 3 penumpang 
yang request (tidak disampaikan identitasnya) dan ditolak oleh ground, karena 
harus mengubah/membuat LMC (tanpa compu?). Cerita hanya berhenti di situ saja, 
dan pesawat meluncur kembali ke Timika, tanpa pilotnya tahu ada penolakan, dan 
berbuntut pejabat Freeport yang ngambek.

Jadi, perubahan itu bukan hanya sekedar keberadaan seat, tetapi juga berapa 
jumlah pax di LMC, dan yang terpenting, atas sepengetahuan dan persetujuan 
pilot.

gono

Kirim email ke