Hallo mas Kukuh, Aduh....kok mas Kukuh melihat nya hanya yang di "etalasye" saja? Tempat-tempat seperti yang anda sebutkan itu kan hanya seperti hiasan (seperti aquarium saja?), yang indah dipandang dari luar? Kami-kami di INGO juga makan siang di "warung Yogya" atau sekumpulan warung-warung disekitar kantor. Atau juga sering menyuruh OB untuk membelikan kami gado-gado ataupun ketoprak, dari gerobag dorong - yang "dibungkus". Jika Pemprov DKI, mau membangun mono-rail ataupun angkutan setara dengan MRT di Singapore, wah kami lebih senang sekali, karena kebisingan berkurang, juga pencemaran udara didaerah Pondok Indah, juga di daerah lain nya yang menentang bus-way, akan lebih berkurang. Orang-orang yang masih mau memilih naik Metro mini, ataupun mikrolet dari pada naik monorail atau MRT tersebut, masih bisa melakukan nya juga. Kalau Pemprov DKI mau menanggulangi traffics problem di Jakarta, ya kerjakanlah denagn benar. Wong kami enggak "anti" publik transport, kok? Cuman saat ini bus-way, justru membuat kemacetan. Pagi ini "segitiga" emas nya Ampera Raya - Kemang Selatan Raya - Pejaten Barat, sangat amat ambur-adul. Karena apa? Karena Bus-way di Buncit Raya masih ambur-adul! Menurut pendapat saya, jika sistem menyupir kita ada disebelah kiri, ya membuat publik tarnsport nya harus disebelah kiri, dan juga bus stop nya semua ada dikiri. Ini yang terjadi di negara-negara yang sudah maju, seperti Singapore, Inggris, Thailand (yang sistem menyupir nya sama dengan di Indonesia, yaitu disebelah kiri). Mereka tidak membangun bus stop "in the middle of the road!" Kalau sistem menyupirnya seperti di Amerika ataupun di Eropa, disebelah kanan, ya boleh dibangun publik transport yang pemberhentian nya disebelah kanan. Jadi tidak mengakibat kan bis bisa menabrak orang yang sedang menyeberang. Seperti yang terjadi dengan perempuan Italia yang baru berada di Jakarta 2 minggu, mati ditabrak oleh "bus-way", sewaktu menyeberang jalan. Confusing? Absolutley! Is bus-way safe? No-way! Jadi jangan memaksakan di Jakarta membangun publik transport ditengah-tengah jalan. Kan lebih bagus membangun "mono-rail" ataupun "underground train?". Walaupun ongkosnya lebih mahal, tetapi kan akan memberikan sukses yang lebih besar dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat luas, bukan? Monggo, mas Kukuh bisa merenungkan nya. Salam, Yuli
kukuh kumara <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Yang dilupakan dan tidak dilakukan adalah pemberlakuan konsep rumah 1-3-6 akibatnya para pekerja tinggal di Selatannya, Baratnya, Timurnya sedikit yg diutaranya Jakarta.....mereka perlu sarana angkutan masal karena bisanya ya tinggal didaerah itu, apa ada rumah sederhana yg dibangun ditengah2 Menteng atau Pondok Indah???? Coba perhatikan pula di segitiga emas.....kantor2 mentereng, saat makan siang maka ada yg makan di Casablanca tetapi jauh lebih banyak yg makan di Kasa Belakang....sampai suatu saat kalau dianggap merusak pemandangan atau menganggu kenyamanan yg "punya duit" keperluan mereka ataupun sarananya bisa dihilangkan, atau "dibungkus".... Demikian pula jalanan untuk "busway", syukur2 juga segera menyusul "subway"....kalau uangnya ada....bisa saja subway akan melalui Pondok Indah...kalau ini yg terjadi apakah Warga Pondok Indah juga akan protes??? Di Jakarta Timur Busway relatif lancar, karena jalurnya tidak diserobot....tapi diWarung Buncit??? dan di tempat lain??? Tahulah... Salam Kukuh