Ooooh, Aristoteles? Dialah salah satu pionir yang mengawali terjadinya 
diskriminasi perempuan dengan dalil tentang logika yang antik yang 
ditelurkannya itu. Justru kita yang masih hidup kini yang mesti mengutuki 
Aristoteles, karena gara-gara pemikirannya dulu, peempuan kini setengah mati 
mengubah pola pikir para laki-laki yang ketularan Aristoteles.
   
  manneke

si_andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Tidak berempati dengan feminis yang galak-galak itu jangan terus Anda 
simpulkan sebagai tidak berempati dengan perempuan, Pak. Kualat Anda 
nanti dikutuk Aristoteles dari dalam kubur. 

Andi

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Atau jangan-jangan, sudah banyak orang Indonesia yang urat 
sensitifnya sudah putus, sehingga ketika ada beberapa kaum perempuan 
berteriak bahwa mereka merasa dilecehkan oleh stereotipe perempuan 
yang tak menguntungkan dalam iklan, kita lalu menertawakan mereka dan 
memberi mereka label-label seperti "terlalu sensi", dll.
> 
> Susah memang ya mengembangkan empati buat perempuan, apalagi di 
kalangan laki-laki? Sampai saat ini, saya belum liat ada miliser 
perempuan yang bilang mereka menyukai iklan Pro XL itu. Semua yang 
antipati terhadap keluhan para perempuan ini adalah lelaki. Gejala 
apa ini? Apakah ini malah jadi indikasi bahwa kecurigaan para 
perempuan itu bisa jadi benar? 
> 
> Mungkin yang paling dibutuhkan laki-laki Indonesia saat ini 
adalah pendidikan kepekaan gender. 
> 
> manneke

Kirim email ke