Jika beranjak dari isi berita, sosialisasi berada di pundak sekolah dan komite sekolah, serta dinas pendidikan setempat. Mereka harus meyakinkan para orangtua murid bahwa kegratisan itu tidak akan mengurangi kualitas belajar anak-anaknya. jangan sampai kekhawatiran yang ditunjukkan dalam berita ini (yang sebenarnya juga baru praduga), dijadikan alasan untuk memungut biaya lagi dengan alasan untuk peningkatan mutu. Lagi-lagi, saya merujuk beberapa daerah kabupaten yang sebelum ini sudah berhasil menerapkan pendidikan gratis tanpa memunculkan kebingungan (Jembrana, Sinjai, Musi Banyuasin, dll.)
Salam, ________________________________ Dari: agung sukerti <agungsuke...@yahoo.com> Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Terkirim: Rabu, 22 Juli, 2009 10:11:15 Judul: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Sekolah Gratis Bikin Bingung Wacana Biaya pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah tujuannya pastilah baik untuk menjamin kecerdasan generasi penerus bangsa. Namun dalam pelaksanaanya (mungkin krn baru dimulai tahun ini) belum didukung oleh sistem dan prosedur serta sosialisasi kepada masy yang belum sepenuhnya bisa diterima sehingga membuat bingung para guru maupun orang tua siswa. Pemberlakuan serifikasi guru juga belum sepenuhnya diterima oleh semua guru di seluruh Indonesia, sehingga bagi para guru yang belum disertifikasi mengalami penurunan penerimaan penghasilan yang biasanya mereka dapatkan dari pengadaan les tambahan dan kegiatan ekstra di sekolah, pembelian buku2 dan perangkat sekolah setiap penerimaan siswa baru dan kenaikan kelas, karena pembatasan dari DikNas. secara manusiawi itu akan berpengaruh pada kinerja para guru. Di sisi lain sekolah dituntut untuk memberikan pembelajaran yang maksimal kepada siswa, serta kemampuan sekolah untuk bisa mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan di luar kurikulum yang ada. Orang tua murid belum terbiasa untuk membeli buku pedoman dan latihan yang biasanya disediakan oleh sekolah. Tahun ajaran ini para guru menyerahkan nama buku serta pengarangnya saja kepada orang tua siswa. Dan siapa yang menjamin ketersediaan buku tsb untuk semua siswa di toko buku?. Di beberapa sekolah pembentukan komite sekolah saya kira bisa menjadi penengah dalam masalah ini, sebelum adanya aturan yang baku dari pemerintah. Di mana komite sekolah bisa mengakomodir sejauh mana keinginan orang tua siswa serta siswa dalam proses belajar mengajar serta kemampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan tsb. Agung