Jangan Nodai Ramadhan Dengan Propaganda Anti Syariah! 
<http://www.hizbut-tahrir.or.id/al-islam/index.php/2007/09/20/jangan-nodai-ramadhan-dengan-propaganda-anti-syariah/>
 


BULETIN AL-ISLAM EDISI 373


Ramadhan adalah bulan sangat istimewa bagi kaum Muslim. Sebab, seperti yang 
dikhutbahkan oleh Rasulullah saw., pada bulan Ramadhan ini Allah Swt. akan 
menaungi kaum Muslim dengan segala keagungan-Nya. Pahala amalan sunnah pada 
bulan ini setara dengan pahala amalan fardhu pada bulan lain. Pahala amalan 
fardhu sendiri di bulan ini dilipatgandakan. Bahkan di dalamnya terdapat satu 
malam-yakni Lailatul Qadar-yang lebih baik dari seribu bulan. 

Shaum Ramadhan juga merupakan salah satu syiar Islam yang mampu menumbuhkan 
semangat persatuan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur. Kaum 
Muslim menjadi sadar, bahwa mereka adalah satu umat. Karena itu, 
pengkotak-kotakan umat dalam bungkus fanatisme golongan/partai/kelompok, 
kepentingan sesaat, dan penghormatan kepada manusia menjadi pudar oleh semangat 
Ramadhan yang satu. 


Gerakan Menghadang Islam

Karena itu, sejatinya Ramadhan merupakan wadah penyucian diri (tazkiyah 
an-nafs) bagi kaum Muslim secara serentak di seluruh penjuru dunia. Namun, 
sayangnya, di bulan yang penuh rahmat ini, ada sekelompok orang yang justru 
melemparkan wacana yang akan berujung pada upaya pemberangusan Islam. 
Sebagaimana diberitakan oleh Republika (14/9) tiga fraksi di parlemen-Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, dan Partai 
Demokrat-berjanji akan terus berjibaku memperjuangkan aturan, bahwa partai 
politik (parpol) harus berasaskan Pancasila. 

Menurut anggota Fraksi PDIP, Ganjar Pranowo, di Jakarta, Kamis (13/9), kalau 
parpol menggunakan asas Islam, maka ketika menjadi kepala daerah sering lahir 
peraturan daerah yang bernuansa syariah. Ketua Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi 
Santoso, maupun Wakil Ketua Pansus RUU Parpol, Idrus Marham, ikut menegaskan 
usulan itu. "Adanya konflik maupun gerakan separatisme merupakan indikasi 
pilar-pilar negara rapuh. Jadi, asas parpol adalah Pancasila harus dipertegas," 
ungkap Idrus. 

Dengan logika mereka, Islam seolah-olah dianggap sebagai pangkal sparatisme. 
Islam juga mereka tuduh sebagai faktor destruktif yang merusak negeri ini. 
Padahal, Islam tidak pernah mempunyai kesalahan terhadap negeri ini. Islam 
tidak pernah memerintah di negeri ini. Lalu, mengapa Islam selalu dituduh dan 
dicurigai merusak negeri ini? 

Mari kita jujur bertanya kepada diri kita, siapakah yang menjual Indosat kepada 
Singapura? Siapa yang memberikan tambang emas di Irianjaya kepada Freeport? 
Siapa yang menyerahkan Blok Cepu kepada Exxon Mobil? Siapa yang meloloskan UU 
Migas, UU SDA dan UU lain yang jelas-jelas menguras kekayaan alam negeri kaya 
raya ini? Bukankah mereka yang melakukan semuanya itu adalah mereka yang selama 
ini sok Pancasilais dan Nasionalis? Lalu mengapa ketika semua kesalahan itu 
mereka perbuat, justru kesalahan urus negeri ini mereka lemparkan kepada Islam, 
atau pihak lain yang sebenarnya tidak pernah berkuasa? 

Karena itu, isu ini sebenarnya merupakan masalah serius bagi kaum Muslim, 
apalagi disampaikan di bulan Ramadhan, yang seharusnya menjadi momentum bagi 
semua pihak untuk menghormati Islam dan umat Islam dalam menjalankan syariat 
agamanya, justru mereka menodainya dengan menuduh Islam seolah-olah menjadi 
faktor perusak negeri ini. Belum lagi wacana tersebut menjadi tekad tiga fraksi 
besar di DPR. Dua di antaranya merupakan fraksi pendukung utama Pemerintah, 
sedangkan yang satunya lagi mendudukkan diri sebagai 'oposisi'. Karenanya, 
sejumlah hal perlu dicermati:

Pertama: Penyeragaman asas parpol tersebut merupakan kebijakan lama, yang 
pernah ditempuh oleh Orde Baru, yang intinya ingin menghabisi Islam. Dari 
pernyataan Ganjar di atas, jelas bahwa gagasan tersebut terkait dengan 
munculnya beberapa perda yang bernuansa syariah Islam. Ini menunjukkan, bahwa 
penyeragaman asas parpol akan dijadikan jalan untuk menghadang laju perjuangan 
penegakan syariah yang kian menggema di berbagai penjuru negeri. 

Upaya seperti ini, sebelumnya juga pernah dilakukan oleh anggota Dewan beberapa 
waktu lalu. Ketika itu, muncul petisi yang ditandatangani oleh 56 anggota DPR 
untuk menolak perda bernuansa syariah. Petisi itu pun akhirnya kempes, karena 
terbukti secara konstitusional memang tidak ada permasalahan dengan perda-perda 
tersebut. Bahkan perda-perda itu terbukti berhasil secara signifikan menurunkan 
tindak kejahatan dan meningkatkan pendapatan daerah dari pos zakat, infak dan 
sedekah. 

Kelihatannya, mereka sadar, bahwa mereka tidak mampu menghadang penegakan 
syariah dengan kekuatan intelektual dan politik. Karenanya, mereka berusaha 
menggunakan tangan besi, dengan membajak negara untuk menyeragamkan asas 
parpol. 

Kedua: Penyeragaman ini juga tidak lepas dari pesanan asing. Setelah umat Islam 
di Indonesia sukses menyelenggarakan Konferensi Khilafah Internasional di 
Jakarta tanggal 12 Agustus 2007, George W. Bush tanggal 28 Agustus 2007 
mengeluarkan pernyataan akan memerangi siapa saja yang akan menegakkan syariah 
dan Khilafah di Timur Tengah. Diikuti dengan pernyataan Bush yang lebih 
provokatif lagi, pada tanggal 6 September 2007, yang menyerukan kepada seluruh 
pemimpin Muslim untuk bersama-sama memerangi siapa saja yang hendak menegakkan 
syariah dan Khilafah. "We should open new chapter in the fight againts enemies 
of freedom, againts who in the beginning of XXI century call Muslims to restore 
caliphate and the spread sharia (Kita harus membuka bab baru perang melawan 
musuh kebebasan, melawan orang-orang yang di permulaan abad ke-21 menyerukan 
kaum Muslim untuk mengembalikan Khilafah dan menyebarluaskan syariah)," 
ungkapnya seperti yang dikutip dalam www.demaz.org. 

Karena pola yang sama sedang terjadi di Pakistan, Libanon dan negeri-negeri 
kaum Muslim yang lain, tidak lama setelah Bush mengeluarkan pernyataan 
tersebut. Dengan kata lain, gagasan penyeragaman ini diwacanakan seolah-olah 
untuk kepentingan bangsa dan negara, padahal sebenarnya ini merupakan 
kepentingan asing yang ingin tetap melihat negeri ini carut marut, dan dipimpin 
oleh para politikus korup yang terus-menerus bisa mereka dekte. Sebab sudah 
menjadi rahasia umum, banyak UU yang lahir dari DPR ternyata tidak memihak 
kepada kepentingan rakyat dan negara, tetapi hanya memuaskan kepentingan 
parpol, bahkan pihak asing. Contoh: rencana renovasi Gedung DPR yang memerlukan 
biaya sedikitnya Rp 40 miliar yang disinyalir sebagai pemborosan APBN 2008; 
kandasnya interpelasi dalam kasus luapan lumpur PT Lapindo Brantas di Sidoarjo 
Jawa Timur; sikap 'legowo' para anggota Dewan yang menyerahkan begitu saja 
pengelolaan kawasan kaya minyak Blok Cepu kepada ExxonMobile; pengesahan 
sejumlah UU bernuansa liberal seperti UU SDA, UU Migas, UU Penanaman Modal dll 
yang memberikan keleluasan kepada para kapitalis asing untuk menguras 
sumberdaya alam negeri ini.

Namun, mereka lupa, bahwa masyarakat, khususnya umat Islam saat ini tidaklah 
sebodoh yang mereka bayangkan. Lihatlah, hasil Lembaga Survei Indonesia pada 
Mei 2007 tentang representasi aspirasi, ada sekitar 65% aspirasi pemilih yang 
dipersepsikan tidak terwakili oleh sikap dan perilaku tujuh partai politik 
besar. Dalam proporsi yang kurang lebih sama, pemilih merasa bahwa partai 
politik sejauh ini lebih banyak melakukan tindakan yang hanya menguntungkan 
kelompok-kelompok tertentu, dan hanya menguntungkan para pemimpin partai, bukan 
pemilih pada umumnya. Lalu pada survei Juli 2007 ditemukan bahwa di kalangan 
mereka yang berpendidikan perguruan tinggi, 80,2% mendukung gagasan adanya 
calon independen. Semua ini menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan 
masyarakat terhadap parpol, yang sering bersembunyi di balik jargon 
Nasionalisme dan kepentingan bangsa, padahal sejatinya untuk kepentingan mereka 
sendiri. 


Shaum, Syariah dan Khalifah adalah Benteng

Rasulullah saw. bersabda:

??????????? ??????? ???? ???????? ?????? ???????? ???????? ????? ???????? 
??????????

Shaum adalah benteng dari api neraka. Karena itu, siapa saja yang berpuasa, 
janganlah hari itu berlaku jahil (melakukan perbuatan jahiliyah) (HR an-Nasa'i).

Imam as-Suyuthi di dalam kitab Syarah Sunan an-Nasa'i memaknai hadis tersebut 
dengan menyatakan, "Janganlah ia melakukan perbuatan-perbuatan orang jahil." Di 
antara sikap orang jahil adalah ketika disuruh mengimani Allah dan syariah-Nya, 
mereka menolak dan menganggap orang-orang yang menaati-Nya sebagai orang bodoh 
(sufahâ'). Padahal kata Allah, merekalah yang bodoh itu (Lihat: QS al-Baqarah 
[2]: 13). Jadi, jelaslah shaum merupakan benteng bagi kaum Mukmin.

Namun, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak cukup hanya shaum 
yang menjadi benteng. Rasulullah saw. menyatakan bahwa perlu ada benteng lain. 
Itulah Imam/Khalifah yang menerapkan Islam. Beliau bersabda:

????????? ????????? ??????? ? ?????????? ???? ????????? ?????????? ???? ?????? 
?????? ????????? ????? ????? ??????? ???????? ????? ???? ???????? ?????? ?????? 
???????? ?????????? ????? ???????? ??????

Sesungguhnya Imam/Khalifah itu adalah benteng, tempat umat berperang di 
belakangnya dan berlindung kepadanya. Jika ia memerintahkan ketakwaam kepada 
Allah 'Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya pahala. Jika ia memerintahkan 
selainnya, ia celaka. (HR Muslim).

Jelas, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa pemimpin dan pejabat semestinya justru 
menjalankan syariah Islam, bukan malah anti syariah. Jika tidak, wajar belaka 
jika umat kehilangan benteng. Muaranya, mereka dijadikan rebutan oleh pihak 
asing imperialis bersama para koleganya dari putra-putri Islam sendiri. 

Karena itu, upaya penegakan syariah secara kâffah dalam naungan Khilafah 
Islamiyah semestinya menemukan momentumnya pada bulan Ramadhan. Dengan itulah 
umat mempunyai benteng. Dengan benteng itulah umat secara pribadi terjaga serta 
secara kolektif maju, makmur dan terbebas dari penjajahan Kapitalisme global. 
Sebaliknya, sikap anti-syariah dengan berbagai bentuknya merupakan pengingkaran 
terhadap Allah sekaligus penodaan terhadap kesucian dan kemuliaan bulan 
Ramadhan. Na'ûdzu billâh min dzâlik. []

KOMENTAR:

Menag Maftuh Basyuni: Umat Islam tak perlu takut menggunakan label Islam. 
(Republika, 17/09/07)

Bukan hanya label, tapi juga syariah-Nya. Tunjukkan bahwa kita adalah Muslim.

 
Regards
Daryono
 
Process Engineer
Process Engineering B (Machining)
PT. Astra Honda Motor
phone : 021-89981818 
ext : 8572 / 8574

________________________________

From: [EMAIL PROTECTED] on behalf of Rudy Swardani
Sent: Fri 9/21/2007 8:16 AM
To: Saksi (E-mail); FUPM-EJIP (E-mail)
Subject: [ FUPM-EJIP ] PDIP, PD, PG Diminta tidak Paksakan Kehendak


Republika, Kamis, 20 September 2007

PDIP, PD, PG Diminta tidak Paksakan Kehendak 

Ketua Pansus RUU Parpol berjanji soal asas parpol akan dicari jalan tengah. 



JAKARTA -- Partai politik (parpol) yang menghendaki asas tunggal Pancasila, 
yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat (PD) dan 
Partai Golkar (PG), diminta untuk tidak memaksakan kehendak. Semua pihak harus 
dapat mencari jalan tengah, sehingga persoalan ini tidak menjadi pemicu konflik.

`'Kalau ada parpol yang tidak menghendaki (asas tunggal), harus pula diterima. 
Bagaimana bias dicarikan jalan tengah,'' kata Ketua PBNU, Andi Jamaro, Rabu 
(19/9). Dengan melihat ideologi yang dimiliki PD, PDIP maupun PG, lanjut Andi, 
gagasan mereka bisa dia pahami. 

Dijelaskannya, pada saat sekarang harus ada upaya untuk mengingatkan pada semua 
pihak akan simbol-simbol negara. Andi sepakat pencantuman asas Pancasila, 
selama itu dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa Indonesia punya falsafat 
bernegara. Jika itu terlupakan akan menjadi ancaman bagi bangsa ini.

`'Sekarang saja, sudah banyak orang lupa bagaimana lagu kebangsaan Indonesia 
Raya,'' ujar dia. Termasuk lupa sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. 
Untuk itu Andi Jamaro, menyarankan agar semua parpol mengambil jalan tengah 
terbaik. Sekjen Gerakan Pemuda Ansor, Malik Haramain, sepakat kalau asas parpol 
dipertegas Pancasila dan UUD 1945. Kata Malik, penegasan ini penting karena 
sudah mulai munculnya kelompok-kelompok yang mempertanyakan Pancasila dan UUD 
1945. `'Ada potensi yang mengancam ideologi negara. Karena itu, penegasan perlu 
dilakukan.''

Sedangkan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Izzul Muslimin, menegaskan para 
politisi di DPR hendaknya tidak mengambil langkah konyol. Sebab, bila asas 
parpol itu kemudian dipaksa diseragamkan, maka itu berarti secara nyata telah 
pula mengingkari asas bangsa, yakni Bhineka Tunggal Ika.

''Pancasila itu sudah merupakan asas kebersamaan dari seluruh elemen bangsa. 
Tapi ini harus juga dipahami bahwa masing-masing kelompok yang ada dalam 
masyarakat punya keunikan sendiri. Ini jelas harus diakui, tidak perlu 
diseragamkan seperti itu, karena itu menyalahi ke-bhinekaan-kita,'' kata Izzul.

Izzul melihat munculnya wacana soal penyeragaman asas itu sebenarnya tak jauh 
dari soal manuver politik. Pada sisi lain, yakni dari pihak partai politik, 
kini telah muncul 'phobia' atau ketakutan bahwa nantinya parpol Islam akan 
lebih diminati dari parpol berbasis sekuler. Jadi sebenarnya soal penyeragamaan 
asas ini hanya soal 'kepentingan sesaat' saja.

''Harus dipahami, kita sebagai bangsa sudah cukup dewasa. Soal asas Pancasila 
sudah bukan lagi masalah dan tidak perlu dibenturkan dengan asas Islam. Dalam 
partai, agama, atau suku, kita lebih baik berbeda-beda tapi satu, dari pada 
bersatu tapi ternyata berbeda-beda,'' tegas Izzul.

Jalan tengah
Ketua Pansus RUU Parpol, Ganjar Pranowo, mengatakan pihaknya akan mengupayakan 
ada jalan tengah atas usulan asas Pancasila. ''Kita akan mengupayakan adanya 
kompromi sehingga tidak ada masalah baru di masyarakat,'' ujar Ganjar. 

Diakuinya, diawal pembentukan negara, dasar negara sempat diselesaikan melalui 
proses voting, dan ketika itu yang menang adalah pendukung asas Pancasila. Tapi 
peristiwa itu tidak perlu terulang di masa sekarang. Menurut dia, tetap ada 
jalan kompromi yang bias ditempuh parpol. `'Misalnya, asas partai tetap 
Pancasila. Tapi juga membuka asas perjuangan, yang bisa berasas Islam, Kristen, 
atau yang lainnya,'' tegasnya. dwo

Usulan Parpol dalam DIM No 57 di RUU Parpol

Pemerintah: Asas parpol tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45.
PG: Asas parpol adalah Pancasila dan UUD 45.
PDIP: Parpol berasaskan Pancasila dan UUD 45.
PD: Asas parpol adalah Pancasila dan UUD 45. 
Usulan Parpol PKB, PAN, PPP, BPD, PBR, PKS dan PDS adalah TETAP (sama seperti 
usulan pemerintah)

( ) 
 
 

<<winmail.dat>>

IMPORTANT -
The contents of this email and its attachments are confidential and intended 
only for the individual or entity named above.
Any unauthorized use of the contents is expressly prohibited. If you receive 
this email in error, please contact us, then delete the email.
Please note that any views or opinions presented in this email are solely those 
of the author and do not necessarily represent those of the company and should 
not be seen as forming a legally binding contract without express written 
confirmation.
Finally, the recipient should check this email and any attachments for the 
presence of viruses. PT Astra Honda Motor accepts no liability for any damage 
caused by any virus transmitted by this email.
********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

Untuk keluar dari Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]
********************************************************

Kirim email ke