Ooouuh, maaf bung Jaya, atas kelancangan saya mengajukan pemikiran atau 
komentar yang lepas dan jauh dari lapangan, ketidak tahuan saya akan keadaan 
konkrit sebenarnya. Dan oleh karenanya saya juga tidak mungkin mengajukan 
strategi-taktik perjuangan konkrit, itu hanya bisa diajukan oleh kawan-kawan 
yang langsung dilapangan, yang mengetahui keadaan konkrit lebih detail.

Sebenarnya saya hanya mengajukan prinsip umum berjuang saja, pada saat kita 
lemah musuh kuat, yaa, jangan dilawan dengan bentuk perjuangan “keras lawan 
keran”, pasti kalahnya dan kalau tidak kebetulan bisa jatuh KORBAN yang tidak 
diperlukan. Karena tidak akan menang dan akan berakhir dengan KEKALAHAN juga! 
Tergusur, sudah PASTI! Warga Bukit Duri tidak akan mungkin dibiarkan terus 
bertahan, meninggali rumah kumuhnya itu, ... setelah dikeluarkan SP3, 
bagaimanapun juga harus keluar dan pindah dari rumah-rumah kumuh yang mereka 
tinggali sekarang itu! 

Menghadapi kenyataan begini, Romo Sandyawan hendak gunakan pengadilan, 
menyatakan SP3 tidak sah. Bagaimana hasilnya, apakah pengadilan bisa cepat 
mengambil keputusan atau tidak untuk menunda penggusuran? Saya tidak tahu. 
Syukurlah kalau jalan HUKUM ini bisa ditempuh dan dimenangkan, ... penundaan 
penggusuran. Lalu sampai kapan? Tentu akan sulit kalau sampai membatalkan 
rencana/program pembenahan DKI-Jakarta yang kata Ahok sudah sangat mendesak 
itu. 

Nah, dalam pemikiran saya, seandainya saya dalam posisi warga Bukit Duri, 
karena tidak ada jalan pilihan lain, yaaa nurut saja perintah naik ke RUSUN. 
Sedang, perjuangan mereka TUNTUTAN dan KEADILAN yang diharapkan itu, mestinya 
boleh dan bisaa saja diteruskan sekalipun sudah naik RUSUN, ...! Ini setelah 
menghadapi kenyataan, Ahok, Gubernur DKI-Jakarta sudah dengan tegas menyatakan 
program pembenahan tidak bisa ditunda lagi, HARUS DIJALANKAN! Sosialisasi sudah 
dianggap CUKUP! Jadi setelah dikeluarkan SP3, yaa harus pindah kalau tidak 
hendak digusur dengan kekerasan!

Mudah-mudahan saja tokoh-tokoh, pejuang-pejuang Warga Bukit Duri bisa menemukan 
kebijakan yang paling baik untuk mencapai kedamaian, menang bersama, 
menghindari penggusuran kekerasan dan mendapatkan penyelesaian sebaik-baiknya 
setelah pindah ke RUSUN! Menikmati kehidupan yang lebih manusiawi dan nyaman, 
...

Salam,
ChanCT


From: Jaya Suprana 
Sent: Thursday, September 22, 2016 10:32 AM
To: Chan CT 
Cc: GELORA_In 
Subject: Re: Bukit Duri Digusur, Jaya Suprana Siap Pasang Badan

Karena Pak Chan menulis email bukan pribadi kdp saya namun menembuskannya ke 
komunitas GELORa45 maka saya juga menembuskan email ini ke GELORA45) 
Sayang, kembali pak Chan menghakimi tanpa mengetahui duduk-permasalahan yang 
dihakiminya. 
Pertama : saya bukan tokoh apalagi tokoh pembela rakyat ! Saya sekadar rakyat 
biasa yang merasa iba terhadap nasib sesama rakyat tergusur. 
Kedua : pasang badan hanya akan saya lakukan apabila sekali lagi : apabila 
pemerintah memaksakan penggusuran terhadap warga Bukit Duri padahal Majelis 
Hakim PN Jakut dan PTUN Jaksel sedang memproses kasus Bukit Duri secara hukum 
yang apabila penggusuran dipaksakan dilakukan berarti pelanggaran hukum, 
keadilan dan HAM. Apabila penggusuran tidak dilakukan pasti saya tidak sudi 
bersusah-payah pasang badan.
Ketiga : saya sudah menempuh berbagai cara mulai dari menghubungi LBH, Komnas 
HAM, Menhukham, Mensos, Panglima TNI, Mendagri sampai Presiden  dll di mana 
semua tidak membenarkan penggusuran secara paksa terhadap rakyat apalagi thdp 
kawasan yg masih dalam proses hukum, namun sekaligus semua juga menyatakan 
bahwa Pemerintah Daerah memang memiliki kekebalan kebijakan berdasar UU Otonomi 
Daerah. Saya juga sudah menulis serial tulisan di berbagai media yg prinsipnya 
memohon agar Bukit Duri jangan digusur di samping memohon langsung secara 
pribadi ke Gubernur Jakarta bahkan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi 
sebenarnya saya sudah menempuh segala cara yg dalam jangkauan kemampuan saya 
demi menunda penggusuran Bukit Duri selama masih dlm proses hukum. Sampai saat 
ini minimal ada hasilnya yaitu penggusuran BELUM BENAR-BENAR DILAKSANAKAN. 
Namun setiap saat penggusuran dapat saja segera dilaksanakan apabila pemerintah 
Jakarta menghendaki sebab kekuasaan berada di tangan mereka.  
Pada dasarnya warga Bukit Duri melalui jalur hukum akibat memiliki harapan yg 
sama dgn pak Chan yaitu menyelesaikan perbedaan pendapat secara damai . Maka 
sekarang saya justru memohon kepada pak Chan agar apabila pak Chan yg arif 
bijaksana merasa memiliki strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah Bukit 
Duri maka saya mohon petunjuk langsung dari pak Chan bagaimana kita dapat 
menyelesaikan masalah penggusuran thdp Bukit Duri tanpa mengorbankan pihak mana 
pun juga.
Trims dan hormat dari jaya suprana





jaya suprana


Pada 22 September 2016 09.03, Chan CT <sa...@netvigator.com> menulis:

  Saya tetap TIDAK bisa mengerti tokoh-tokoh atau pejuang-pejuang yang katanya 
pembela RAKYAT, hanya bisa ber-GAGAH-GAGAH-an, Siap pasang badan! Tapi, tidak 
satupun yang cerdik bijaksana menemukan strategi-taktik perjuangan untuk 
memenangkan TUNTUTANNYA. Apa dikira dengan gagah berani pasang badan begitu, 
lalu bisa memenangkan tuntutan dan mempertahankan hak rakyat kecil, TETAP 
tinggal di Bukit Duri itu?

  Bukankah disaat kekuatan kita masih sangat kecil sedang lawan yang dihadapi 
adalah pemerintah yang berkuasa dengan kekuatan maha dahsyat, kita harus 
menemukan taktik dan bentuk perjuangan yang bijaksana untuk memenangkannya. 
Bukan keras lawan keras, BERTAHAN mati-matian tanpa peduli jatuhnya KORBAN! Itu 
namanya membenturkan kepala pada batu! Yang PASTI bocor kepala kita dan KALAH! 
Akhirnya. juga PASTI akan tergusur juga dan warga Bukit Duri yang tidak hendak 
naik kerusun entah harus tinggal dimana, …! Lalu, tidak jelas apakah pak Jaya 
juga akan ikutan bareng tidur di kolong jembatan? Karena rumah elite nya tidak 
mungkin cukup menampung warga yang digusur itu! Hehehee, …

  Cobalah berembuk sebaik-baiknya, untuk menemukan bentuk perjuangan bisa 
diteruskan setelah semua pindah di RUSUN, bahkan kekurangan yang masih terjadi 
di RUSUN itu, sebagaimana tuntutan mereka juga bisa bersama-sama diatasi dan 
menemukan jalan keluar yang lebih baik. Dengan demikian mengurangi jatuh 
KORBAN, penderitaan warga-miskin yang tidak perlu, sedang kehidupan warga Bukit 
Duri bisa terangkat lebih baik, hidup sebagai manusia layaknya!

  Mudah-mudahan saja bisa, … mencapai penyelesaian secara damai dan kedua belah 
pihak mencapai kemenangan bersama! Pihak DKI Jakarta bisa meneruskan program 
pembenahan ibukota Jakarta sebagai rencana, sedang kesejahteraan rakyat kecil 
juga terangkat dengan lebih baik!

  Salam,
  ChanCT

  Bukit Duri Digusur, Jaya Suprana Siap Pasang Badan
  RABU, 21 SEPTEMBER 2016 | 23:00 WIB



  Jaya Suprana. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

  TEMPO.CO, Jakarta - Jaya Suprana, pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI) siap 
pasang badan berdiri di depan buldozer apabila terjadi penggusuran terhadap 
warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Ia  berani nekad untuk menghilangkan 
ketakutan warga Bukit Duri dari kabar penggusuran yang kian gencar dengan 
keluarnya Surat Peringatan ketiga  dari Pemerintah Kota Jakarta Selatan.

  "Waktu itu warga ketakutan dan saat itu saya berupaya menghibur dan saya 
mengatakan saya siap kalau betul digusur saya berdiri di depan buldozer. 
Masalah itu nanti dilindes atau tidak, saya tidak peduli," kata Presiden 
Direktur PT Jamu Jago  saat dihubungi di Jakarta, Rabu 21 September 2016.

  Jaya  Suprana mengaku memiliki hubungan emosional dengan warga Bukit Duri 
sejak perkenalannya dengan Sandyawan Sumardi, Direktur Ciliwung Merdeka. "Saya 
memiliki hubungan batin dengan warga Bukit Duri cukup lama," ujar dia. 
  Sandyawan Sumardi, sejak tahun 2000, semakin intensif melalui kegiatan seni. 
"Melalui Ciliwung Merdeka, kami mengadakan konser rakyat untuk rakyat," Jaya 
Suprana berujar.

  Hubungan itu makin erat ketika Pemda menggusur Kampung Pulo, Jakarta Timur. 
Jaya Suprana megaku terlambat mengetahui kabar penggusuran itu. "Saat 
penggusuran terjadi saya belum sadar. Sekarang warga Bukit Durilah yang belum 
tergusur." 



  Baca Juga: Sandyawan Anggap Surat Penertiban Bukit Duri Ilegal 

  Jaya Suprana meminta penggusuran ditunda lantaran masih ada proses gugatan 
yang masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tata 
Usaha Negara. "Penggusuran tidak boleh dilakukan sebelum ada keputusan 
pengadilan," katanya.

  Sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengirimkan surat pernyataan 
ketiga untuk warga Bukit Duri, Jakarta Selatan. Direktur Ciliwung Merdeka, 
Sandyawan Sumardi, mengatakan surat tersebut ditolak warga Bukit Duri. "Surat 
itu sudah keluar, tetapi kami tidak menerima karena kami menolak," kata 
Sandyawan saat dihubungi di Jakarta, Rabu 21 September 2016.

  Sandyawan mengatakan pada pertemuan warga di Mesjid Bukit Duri, Selasa 20 
September 2016, warga bertekad untuk melawan. Ia merencanakan perlawanan. 
"Warga akan tetap melawan, meskipun berbeda dengan perlawanan warga Kampug 
Pulo. Mungkin kami melawan dengan lebih berkebudayaan," kata dia. Sebabnya, 
warga Bukit Duri, lebih sedikit ketimbang warga Kampung Pulo.

  Simak Pula: Sandiaga ke Rumah Susun, Ahok Akan Tetap Gusur Bukit Duri 

  Selain itu, Sandyawan mengatakan pengiriman SP3 adalah ilegal. Sebab, gugatan 
warga Bukit Duri masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sidang 
terakhir terhenti karena kuasa hukum memerlukan pertimbangan dari Pemerintah 
Provinsi dan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. 

  ARKHELAUS W



Kirim email ke