Kalau dikampung saya, ini namanya orang ngakuain tain kebo (ngakui tai kerbau)
Kalau sudah bagus dan besar banyak yang ngakui, saat sungai masih kotor dan bau 
satupun tak ada yang ngakui.

Inilah indonesia raya tanah airku, kalau memimpin cuma modal m… ya… begini 
jadinya

Ing ngarso sentolodo-ing madyo mangun karso, tut wuri handayani
Jadi pemipin harus terdepan dalam segala hal, guru kencing berdiri murid 
kencing  tunggang langgang.
Usahakan pemimpin tangan bicara dan otak yang mikir.
Kalau hanya ngandelin M…. ya repot.

Ingat saya guyonan saat bekerja disurabaya dan ditugaskan di Mojokerto dan 
kediri. Di dalam mobil teman-teman main olok-olokan sejarah si iyem lebih kaya 
di bosnya.
Dikisahkan si iyem tiap hari di marahi sama bos nya, suatu ketrika si iyem 
memecahkan piring saat mencucinya.
Bosnya marah betul dan ngomong :  iyem kalau kerja pakai otak dong jangan pakai 
dengkul.
Karena stres dimarahin terus sama bosnya, akhirnya si iyem minggat dan tak tahu 
kemana dia pergi.
Suatu ketika si iyem ketemu bosnya di mall kira kira jam 11.00, bosnya kaget 
melihat  Iyem naik mobil mercy
Akhirnya didekatilah si iyem, embak kamu iyem ya, benar bu ada apa?
Sekarang penampilan beda dengan dulu, bawa mobil mewah lagi, bagaimana caranya?
…….Ibu kan kasi tahu dulu kalau kerja jangan pakai dengkul, tanya mantan 
bosnya: sekarang kamu kerja pakai apa?
…..Saat itu juga si iyem angkat rok dan buka celana, aku sekarang kerja pakai 
ini bu.


From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com]
Sent: Tuesday, October 04, 2016 10:25 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: [**EXTERNAL**] [GELORA45] Menelisik Alasan Google Ubah Foke Jadi Ahok 
di "Sungai Bersih Jakarta"





http://tekno.kompas.com/read/2016/10/04/08180037/menelisik.alasan.google.ubah.foke.jadi.ahok.di.sungai.bersih.jakarta.



Menelisik Alasan Google Ubah Foke Jadi Ahok di "Sungai Bersih Jakarta"
Oik Yusuf - Kompas Tekno
Selasa, 4 Oktober 2016 | 08:18 WIB

  *


  *


  *


  *
16
Shares
[http://assets.kompas.com/data/photo/2016/10/03/1217012google1780x390.jpg]GoogleSaat
 diminta mencari kata kunci sungai bersih karena Foke, Google menyarankan 
pengguna untuk mengganti nama Foke dengan Ahok.

KOMPAS.com - Pekan lalu, bakal calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswdan 
berkomentar bahwa bersihnya sungai di Jakarta sekarang ini merupakan buah dari 
program yang dicanangkan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada 2008 silam.

Tak semua orang setuju dengan Anies. Sejumlah netizen Tanah Air dengan setengah 
bercanda mengatakan bahwa Google pun tidak sependapat.

Sebagai “bukti”, mereka menyodorkan hasil pencarian “sungai bersih karena Foke 
(panggilan Fauzi Bowo)” di kolom mesin pencari Google.

Penulisan kata kunci itu langsung disambut Google dengan saran untuk mengganti 
nama “Foke” dengan “Ahok” alias Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta 
yang kini tengah menjabat.

Saran atau suggestion untuk mengganti keyword yang seolah menunjukkan bahwa 
Google ingin membantah pernyataan Anies itu kontan dijadikan guyonan di dunia 
maya.

“Bahkan Google Engine bisa protes kalau dibilang sungai bersih karena Foke!,” 
canda seorang pengguna Twitter bernama @Mentimoen.

“Hahaha sebagai simbah (sebutan Google), ia tak berbohong,” tulis pemilik akun 
Twitter lain bernama @ZuAndreas.
[http://assets.kompas.com/data/photo/2016/10/03/1219138search780x390.jpg]GooglePencarian
 kata kunci sungai bersih karena Foke (grafik merah) dan sungai bersih karena 
Ahol (grafik biru) mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir, menyusul 
pernyataan bakal calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.


Pantauan KompasTekno di Google Trends untuk wilayah Indonesia, pencarian kata 
kunci terkait sungai Jakarta mengalami peningkatan pada awal Oktober menyusul 
pernyataan Anies di atas.

Kata kunci “sungai bersih karena Foke” mencatat jumlah pencarian tertinggi, 
disusul “sungai bersih karena Ahok”.

Tak jelas apakah para pencari kata kunci kedua memang berniat menelusuri “Ahok” 
atau mengikuti anjuran Google yang mengganti kata “Foke” dengan “Ahok”.

Cara Google mendata internet

Bagaimana cara search engine Google mencari informasi yang bertebaran di situs 
web internet? Perusahaan ini memulai dengan membangun database besar lewat 
proses crawling dan indexing.

Crawling adalah mencari dan mencatat aneka situs web dengan program khusus 
bernama Googlebot<https://support.google.com/webmasters/answer/182072>, juga 
dikenal dengan sebutan robot, bot, atau spider.

“Googlebot menggunakan proses algoritmik: program komputer menentukan mana 
situs yang harus ditelusuri (crawling), seberapa sering, dan sebanyak apa laman 
yang diambil dari sebuah situs,” tulis Google dalam laman 
penjelasannya.<https://support.google.com/webmasters/answer/70897?hl=en>

Googlebot dijalankan secara otomatis oleh komputer-komputer powerrful yang 
dimiliki oleh Google. Cara kerjanya mirip dengan kegiatan browsing web oleh 
pengguna biasa, yakni dengan mengunjungi situs, lalu mengikuti satu tautan ke 
tautan lain. Begitu seterusnya sehingga makin lama situs yang didata semakin 
banyak dan sebarannya makin luas.

Biasanya mesin crawling Google butuh waktu beberapa lama sebelum menemukan 
situs web baru. Pemilik situs web bisa mengatur untuk membatasi kerja Googlebot 
dalam menelusuri situs, misalnya dengan menolak kunjungan Googlebot atau 
memberikan instruksi khusus soal pemrosesan informasi di dalamnya.

Laman-laman web yang dikumpulkan oleh tadi kemudian diatur melalui proses 
indexing. 
<https://www.google.com/insidesearch/howsearchworks/crawling-indexing.html> 
Fungsinya mirip dengan bagian “index” pada sebuah buku, yakni mencatat 
informasi tentang tiap kata, judul, dan hal-hal lain berikut lokasinya di dalam 
database index.

Google juga mengatur indeks laman web ini berdasarkan jenis konten ada. Hal 
tersebut diperlukan karena pengguna yang mencari dengan kata kunci “sungai” 
mungkin tidak mencari konten teks dengan kata “sungai” saja, melainkan juga 
foto atau video dari obyek yang bersangkutan.

Dengan kata lain, saat pengguna melakukan pencarian di Google, sebenarnya ia 
tidak menelusuri sendiri seisi jagat maya, melainkan mencari konten yang sudah 
terdaftar di database index milik sang raksasa internet.

Tahapan berikutnya setelah crawling dan indexing adalah menyajikan hasil search 
pada pengguna. Database Google berukuran luar biasa besar. Jumlah situs web 
yang terindeks mencapai 60 
triliun<https://www.google.com/insidesearch/howsearchworks/thestory/> dengan 
besar ukuran file mencapai 100 juta gigabyte.

Bagaimana Google menelusuri basisdata sebesar itu ketika pengguna memasukkan 
keyword di kolom search?

Caranya adalah dengan mengumpulkan semua laman yang berkaitan dengan kata 
kunci, lalu menyusun urutannya di laman hasil search berdasarkan lebih 200 
kriteria, seperti tingkat kebaruan, kualitas situs, jumlah tautan dari situs 
lain yang terhubung, serta kesesuaian dengan konteks permintaan pengguna. 
Situs-situs yang dinilai sebagai laman spam atau berbahaya ikut disaring.

Semua proses di atas terjadi dengan sangat cepat. Hanya dibutuhkan waktu 1/8 
detik dari penekanan tombol “enter” hingga menyajikan hasil pencarian.

Google selalu ubah Foke jadi Ahok?

Nah, perkara Google yang menyarankan pengguna supaya mengganti nama “Foke” 
dengan “Ahok” sebenarnya berakar dari niat Google mempermudah pengguna 
sekaligus menyodorkan hasil search yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Google menggunakan beberapa cara seperti mengoreksi salah ketik dan menggunakan 
machine learning untuk coba mengerti maksud pertanyaan pengguna.

Satu cara lainnya adalah menyodorkan saran berupa kata kunci alternatif yang 
dinilai lebih tepat dan bisa membuahkan hasil pencarian yang lebih mengena.

Dalam hal ini, ketika pengguna coba mencari dengan keyword “sungai bersih 
karena Foke”, Google menyarankan untuk mengganti nama “Foke” dengan “Ahok”. 
Mungkin pertimbangannya didasarkan pada popularitas kata kunci yang 
bersangkutan.

Kata kunci “sungai bersih karena Foke” membuahkan sekitar 199.000 hasil search, 
sementara “sungai bersih karena Ahok” menampilkan sekitar 844.000 hasil.

Algoritma Google boleh jadi turut menimbang kesamaan antara “Foke” dengan 
“Ahok” yang pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah DKI Jakarta. 
Sedangkan, kata-kata lain di luar "foke" tidak disarankan untuk diganti dan 
dibiarkan apa adanya.

"Kedekatan" kata kunci Foke dan Ahok ini terus melekat di sejumlah pencarian di 
Google.

Coba saja googling "sungai bandung bersih karena foke", Google akan memberi 
saran apakah yang ingin dicari sebenarnya "sungai bandung bersih karena ahok". 
Begitu pula dengan pencarian "rumah digusur karena foke" akan disarankan jadi 
"rumah digusur karena ahok".

Jadi di sejumlah besar pencarian dengan kata kunci "foke", Google akan memberi 
saran ke pengguna ke pencarian kata kunci "ahok".

Fitur "Mungkin maksud Anda?"

Fitur pemberian saran berupa kata kunci alternatif yang dinilai lebih tepat ini 
dikenal dengan istilah saran pengejaan (spelling suggestion) dan telah 
diimplemetasikan sejak lama oleh Google.

Saran biasanya dimulai dengan pertanyaan “Did you mean?” atau “Mungkin maksud 
Anda?” dalam bahasa Indonesia yang diletakkan di bagian atas laman hasil 
pencarian.

Bagaimana cara Google mencari saran kata kunci alternatif? Ketika pengguna 
memasukkan kata kunci, sebuah algoritma 
khusus<http://answers.google.com/answers/threadview/id/526503.html> akan 
membandingkan kata kunci dimaksud dengan  kata-kata lain yang mirip.

Faktor-faktor yang dijadikan kriteria perbandingan dalam memberi saran ini  
antara lain bahasa yang digunakan, lokasi geografis pengguna, dan popularitas 
search tadi.
[http://assets.kompas.com/data/photo/2016/10/03/1836188google4780x390.jpg]GooglePerbedaan
 cara kerja algoritma spelling suggestion Google dalam menebak maksud pencarian 
pengguna. Algoritma mesin search engine bisa menyarankan kata kunci alternatif 
ke pengguna (gambar kiri) atau langsung menampilkan hasil berdasar kata kunci 
tersebut apabila benar-benar yakin bakal membuahkan pencarian yang lebih 
relevan.

Dari perbandingan, kalau algoritma tersebut menyimpulkan bahwa sebuah 
alternatif kata kunci bisa membuahkan hasil yang lebih relevan ketimbang kata 
awal yang diketikkan oleh pengguna, maka alternatif kata kunci itu bakal 
ditampilkan di atas hasil search dengan pertanyaan “Did you mean?”

Jika algoritma Google menyakini bahwa kata kunci alternatif pasti bisa 
membuahkan hasil lebih relevan, maka kata kunci alternatif tersebut secara 
otomatis akan digunakan dalam pencarian, alih-alih kata kunci awal yang diketik 
oleh pengguna.

Pengguna masih bisa memilih untuk menampilkan hasil pencarian berdasar kata 
kunci awal dengan mengklik opsi berbunyi “Search instead for” yang terpampang 
di atas layar.

Cara kerja spelling sugestion Google mirip dengan spell checker di software 
kantoran. Hanya saja, karena mengambil data dari seantero internet, spelling 
suggestion Google mampu memberi saran dengan lebih tepat dan sesuai konteks.

Bisa ngawur

Pada 2010, Google memasukkan kemampuan spelling 
correction<https://googleblog.blogspot.co.id/2010/06/this-week-in-search-6610.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:+blogspot/MKuf+(Official+Google+Blog)&utm_content=Google+Reader>
 ke dalam Google Suggest (fitur untuk menyajikan prediksi kata kunci dan opsi 
autocomplete ketika pengguna sedang mengetik di kolom search), masih dalam 
rangka memudahkan pengguna dalam mencari hasil search sesuai kebutuhan.

Dengan begitu, mesin pencari Google diharapkan bisa memprediksi apa yang hendak 
dicari pengguna dengan akurat, bahkan sebelum pengguna selesai mengetik kata 
kunci.

Meski berguna, kerjanya tak selalu mulus. Algoritma prediksi Google sering 
membuahkan saran kata kunci yang berpotensi menimbulkan salah pengertian 
seperti dalam hal “sungai bersih karena Ahok”.

Ada juga yang mengandung muatan SARA atau pornografi, terdengar aneh atau 
konyol. Google secara rutin menyaring dan membuang prediksi-prediksi yang 
ngawur ini supaya tidak menjebak pengguna di kemudian waktu.
[http://assets.kompas.com/data/photo/2016/10/03/1852120google5340x340.jpg]GoogleFitur
 Google Suggest kadang memberikan prediksi yang terdengar konyol, atau 
bernuansa negatif seperti mengandung konten SARA atau pornografi. Semuanya 
tergantung hasil pencarian algoritma software terhadap hal-hal yang paling 
banyak dicari di internet.

Sang raksasa internet menambahkan disclaimeruntuk menjelaskan bahwa prediksi 
dan saran alternatif kata kunci agar tak disangka sebagai sikap resmi dari 
Google. Semua hanya dimunculkan berdasar apa yang sering dicari pengguna 
internet lewat layanannya.

“Prediksi search bukan jawaban untuk sesuatu yang Anda cari, bukan pula 
pernyataan dari orang lain atau Google mengenai pencarian Anda,” tulis Google 
dalamlaman 
penjelasan<https://support.google.com/websearch/answer/106230?visit_id=1-636111084067330419-803424056&rd=1>
 terknologi terkait.

Mungkin Google tidak benar-benar ingin membantah pernyataan Anies soal siapa 
yang berjasa membersihkan sungai di Jakarta.



  • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke