res : Pertama-tama harus disadari bahwa agama Islam tersebar di Nusantara tanpa 
ada yang menamakan atau dinamakan dirinya Majelis Ulama Islam (MUI). MUI ini 
sengaja didirikan dan dijadikan oleh  Soeharto untuk memperkokoh kekuasaan 
lalimnya. 

Soeharto telah lama mampus dimakan cacing, tetapi MUI masih hidup gagah seperti 
burung gagak. Bukankah sepatutnya dengan mampusnya Soeharto, MUI dibubarkan 
atau menyatakan dirinya bubar. Omongkosong kalau MUI bubar, negara terancam 
anarki,  mereka yang ngaco selama ini ialah kaki tangan atau serdadu lapangan 
dari MUI. Allah akan senang gembira ria demikian pula para malaekat, jika MUI 
dan kerocok-kerocoknya dibubarkan.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/10/18/of9228385-mui-bubar-negara-terancam-anarkhi

Wednesday, 19 October 2016, 05:01 WIB
MUI Bubar, Negara Terancam Anarkhi!
Red: Muhammad Subarkah
Republika/ Yasin Habibi 

 
Ketum MUI Ma'ruf Amin memberikan keterangan kepada wartawan seusai menggelar 
konferensi pers tentang penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Jakarta, 
13/10).

Dalam beberapa hari ini muncul ‘serangan’ terhadap lembaga Majelis Ulama 
Indonesia (MUI). Banyak yang menyatakan tindakan ini adalah upaya perlawanan 
akibat MUI mengeluarkan fatwa bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama 
(Ahok) telah menghina Alquran surat Al Maidah 51 dan ulama.

Serangan terhadap MUI itu tersebar di dunia maya. Salah satunya ada dalam 
petisi ‘Presiden Joko Widodo: Bubarkan MUI’ yang beredar di change.org. Petisi 
ini kini sudah ditandatangi 10.284 orang pada 18/10, pukul 21.13 WIB.

Pengamat sosial Fachry Ali mengatakan tuntutan pembubaran MUI berbahaya. Sebab, 
bila sampai terwujud maka hanya akan membawa malapetaka bagi bangsa Indonesia.

Berikut wawancaranya Republika.co.id (R) dengan Fachry Ali (FA).

R:  Bagaimana anda melihat peran ulama dalam kancah kebangsaan Indonesia?

F:  Sebenarnya peran ulama dalam kancah politik itu memerankan sikap seorang 
begawan. Mereka turun tangan ketika situasi negara di dalam situasi krisis. Di 
mana dalam kondisi ini lorong penyelesain masalah seperti tidak ditemukan lagi.

Pada kondisi ini berbagai kekuatan politik terlibat dalam situasi saling 
mengunci. Berbagai kekuatan politik ini tak dapat lagi menjaga jarak serta 
terperangkap di dalam permainan semua yang mereka buat sendiri.

Maka pada saat itu ulama turun tangan, dalam artian bukan dalam mengambil 
kekuasaan. Tapi mengambil ‘jalan moral’ untuk menunjukkan jalan bagi para 
pemangku kepentingan yang sudah gelap mata itu. Tujuannya biar cahaya terang 
yang berada di ujung ‘lorong keruwetan’ bisa terlihat secara jelas.

Jadi ulama memang harus menunjukan bahwa hidup itu punya tujuan. Bukan hanya 
sekedar melayani pertarungan-pertarungan kepentingan profan yang selama ini 
terjadi. Ulama menunjukan cara itu melalui referensi yang diyakininya dengan 
menunjukan bahwa mereka tak punya kepentingan apa-apa.

R: Bagaimana anda melihat peran MUI selama ini?

F: MUI itu penjaga moral (the moral guardian) dan menjaga sikap keberagamaan 
yang diyakini benar. Dan sikap ini tak bisa dibeli dengan apa pun. Ini karena 
pendapat (fatwa) mereka dikeluarkan berdasarkan keyakinan yang sifatnya 
immaterial.

Nah, bila sekarang ada soal tafsir Alquran surat Al Maidah 51, maka konteksnya 
karena MUI adalah ahlinya maka sikapnya yang tepat adalah menyerahkan pendapat 
kepadanya. Bila MUI berpendapat maka itu pasti berdasarkan keyakinan mereka 
atas teks-teks tersebut.

Nah, saya melihat dalam soal ini MUI tak berpolitik dan tak bersikap 
macam-macam. Sikap ini dibuktikan pun tekah dibuktikan dengan tidak adanya 
anggota MUI yang kini masuk dalam politik praktis atau politik kekuasaan.

R: Bagaimana sikap anda mengenai munculnya tuntutan pembubaran MUI?

F: Dalam soal ini maka tolong ingat pada pengalaman buruk yang pernah dialami 
orang Aceh. Pada saat zaman Orde Baru, kala itu oleh pihak penguasa sebagian 
besar ulama di Aceh dimasukkan ke dalam Golkar. Dan sebagai akibatnya, sosok 
ulama pun mengalami delegitimasi di mata rakyat.

Nah, ketika kemudian kondisi Aceh memasuki masa krisis keamanan akibat 
munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), maka ketika pemerintah hendak 
menyelesaikan konflik, mereka  sudah tak memiliki kemampuan lagi. Akibatnya, 
konflik Aceh semakin lama bertambah akut dan berlarut-larut. Aceh pun mengalami 
situasi anarkhi yang akut.

Maka berdasarkan pengalaman tersebut, mau tidak mau peran serta posisi otoritas 
spiritual harus tetap dijaga dengan baik. Dan ini menjadi sangat berbahaya bila 
pusat otoritas keagamaan itu dihilangkan. Nah, bila ini sampai benar-benar 
terjadi, maka pada saat itu tidak akan lagi sumber otoritas yang didengar oleh 
rakyat. Situasi sosial dan keamanan negara dipastikan menjadi tertanggu dan 
berbahaya.

Selain itu, di era demokrasi semacam ini, di mana sosok negara tak lagi 
dianggap sebagai sesuatu yang agung dan dalam waktu yang bersamaan rotasi 
kekuasaan berlangsung dengan cepat dan berubah-ubah, maka keadaan  yang muncul 
pun tak bisa lagi bersifat permanen. 

Akibatnya, di dalam situasi seperti itu --yakni ketika otoritas keagamaan juga 
dihilangkan— maka yang  akan terjadi hanyalah situasi anarkhi. Di sinilah saya 
melihat adanya tuntutan pembubaran MUI adalah tindakan sangat berbahaya dan 
dilakukan oleh mereka yang tak paham dengan pengalaman mengelola masalah 
sosial-keamanan yang selama ini terjadi di wilaya konflik. Cukuplah Aceh jadi 
pelajaran bagi kita semua.

——————

Fachry Ali, lahir 23 November 1954 di Susoh, Aceh Barat Daya. Dia adalah salah 
satu pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (Lspeu Indonesia). 
Menjadi direktur lembaga ini sejak 1997 hingga 2012. Kini, Fachry Ali menjabat 
komisaris PT Lspeu Indonesia.

Fachry Memperoleh gelar sarjana muda dari Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas 
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (kini Universitas Islam Negeri) pada 1977. 
Fachry pada 1982 melanjutkan studi di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, 
Fakultas Adab, pada perguruan tinggi yang sama. 

Pada 1991-1994, dia melanjutkan studi dalam Southeast Asian History, Department 
of History, Monash University, Melbourne, Australia. 


 
  • ... 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
    • ... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke