---------- Forwarded message ----------

*Ahok Tersangka, Jokowi Serang Balik Sampai Lebaran Kuda*
 16 November 2016 12:34:30
http://www.kompasiana.com/lahagu/ahok-tersangka-jokowi-
serang-balik-sampai-lebaran-kuda_582befdc327b613d155ec323
Ahok tersangka adalah pilihan terbaik dari dua option yang ada. Kalau Ahok
dinyatakan bebas, bisa anda bayangkan gaduhnya negeri ini. Demo
bergelombang terus berlanjut, ekonomi mulai goyah, dan pemerintah menjadi
tidak fokus bekerja. Lalu potensi pertikaian sesama bangsa semakin besar.
Sementara jika Ahok tersangka, maka musuh Ahok puas, demo berhenti dan
pemerintah menjadi fokus bekerja.
Sinyal bahwa Ahok tersangka terlihat dari pernyataan Jokowi Selasa
(15/11/2016) bahwa tidak ada lagi demo ke depan. Artinya, Jokowi sudah tahu
bahwa Ahok tersangka. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa tidak ada demo
lagi karena Ahok sudah tersangka, sesuai dengan tuntutan para pendemo
sebelumnya. Jadi Jokowi sudah tahu bahwa Ahok akan dijadikan tersangka
sebelum Bareskrim Polri mengumumkannya. Sebetulnya Jokowi bisa
mempertahankan Ahok agar tidak dijadikan sebagai tersangka dan dinyatakan
bebas oleh Bareskrim Polri. Namun Jokowi tidak melakukan itu. Jokowi setuju
Ahok jadi tersangka.
Pertanyaannya adalah mengapa Jokowi setuju Ahok menjadi tersangka? Pertama,
pilihan menjadikan Ahok tersangka adalah pilihan tepat. Alasannya biarlah
Ahok membuktikan dirinya di pengadilan apakah ia benar salah atau tidak.
Dengan demikian Jokowi tidak bisa lagi dituduh melindungi Ahok, melindungi
“Si Penista Agama” karena pengadilan di luar wewenang Jokowi.
Status Ahok sebagai tersangka pun bukan berarti segala sesuatu menjadi
kiamat. Jalan masih panjang. Lewat siaran terbuka nantinya, Ahok akan
bertarung membela diri. Ia bisa membela diri dengan argumen-argumen yang
valid dan mendatangkan saksi ahli dari luar negeri. Jelas butuh waktu yang
lama sebelum akhirnya Ahok ditetapkan bersalah oleh pengadilan.
Tentu saja, publik Jakarta tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa
Ahok telah tamat. Alasannya sesuai dengan undang-undang Pilkada, Ahok masih
bisa berlaga dalam Pilkada Februari 2017 mendatang. Di situ akan terlihat
apakah ada pengaruh status tersangka itu bagi para pemilihnya atau justru
masyarakat Jakarta berbondong-bondong memilih Ahok sebagai Gubernur DKI
periode kedua.
Bisa jadi masyarakat Jakarta yang muak melihat skenario politik busuk yang
sangat menginginkan Ahok terjungkal justru termotivasi untuk memilih Ahok.
Bisa jadi publik Jakarta menjadi semakin paham bahwa Ahok hanyalah korban
politik busuk dan karena itu mendapat simpati dari mayoritas masyarakat
Jakarta. Tentu saja sekarang publik akan wait and see melihat perkembagan
kasus Ahok di pengadilan. Jika ke depan Ahok terlihat sebagai korban dari
permainan politik busuk, maka rakyat Jakarta akan beralih untuk
mendukungnya dan berbondong-bondong memilihnya dalam Pilkada mendatang.
Kedua, demo Ahok yang terjadi selama ini sudah bercampur-baur dengan
politik. Itu yang dipahami oleh Jokowi. Keadaan sudah tidak bisa dipisahkan
yang mana soal agama dan yang mana politik. Karena itu lawan-lawan politik
Jokowi amat mudah menunggangi demo-demo yang ditujukan kepada Ahok. Dan ini
sangat berbahaya. Musuh bisa berkamuflase dan mendapat kendaraan untuk
menyerang Jokowi dengan cara menunggangi demo lanjutan. Dengan
ditetapkannya Ahok sebagai tersangka, maka skenario lawan politik untuk
melengserkan Jokowi gagal total.
Ketiga, Jokowi rela mengorbankan Ahok demi menekuk lawan-lawan politiknya.
Dengan ditetapkannya Ahok menjadi tersangka, maka tidak ada alasan lagi
para lawan politiknya untuk menghantam langsung pemerintahan Jokowi. Nah,
di sini Jokowi justru bisa mulai melancarkan serangan balik mematikan.
Ibarat bermain catur, Jokowi rela mengorbankan kudanya demi men-skakmat
raja lawan. Artinya Jokowi rela mengorbankan Ahok untuk mendapat korban
lebih banyak dari lawannya. Ada korban dari pihak gue, tetapi gue juga akan
memakan korban dari pihal loe. Begitulah bahasa gaulnya. Jadi sama-sama ada
korban. Bedanya korban yang diincar Jokowi, pasti yang lebih gede.
Dengan ditetapkannya Ahok tersangka, maka sekarang Jokowi bisa mengatur
ulang posisi politiknya. Ia dengan tenang membidik SBY, Ibas dengan
kasus-kasus sebelumnya seperti Century, kasus TPF Munir, kasus Antasari,
kasus 34 proyek PLN yang mangkrak. Itu akan terus ditelusuri sampai lebaran
kuda.
Jokowi juga dengan tenang akan membidik FPI, HTI dan siap membubarkan
ormas-ormas sangar ini. Bersama dengan mereka Bareskrim Polri akan membidik
Buni Yani, Ahmad Dhani, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Habib Rizieg dan
seterusnya yang selama ini punya kasus diata publik. Nah sebentar lagi
Bareskrim Polri akan panen tersangka.
Hal yang sama bagi MUI. Ke depan Jokowi akan tenang mengaudit lembaga ini
terkait dana yang diterima lewat pemberian sertifikasi halalnya. Dan jika
terbukti korup, maka hak memberikan sertifikasi itu akan dicabut dan
diberikan kepada Kementerian agama agar mudah mengawasinya. Nah, itulah
strategi rela berkorban Jokowi demi mengincar korban yang lebih besar. Dan
itu tidak akan berhenti sampai lebaran kuda, lebaran kuda dan sampai
lebaran kuda berikutnya. Jelas ada banyak korban yang sudah siap diincar,
dibidik oleh Jokowi ke depannya. Tinggal pilih, yang mana yang pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya. Permainan semakin menarik.
Ke depan jika Jokowi tetap membutuhkan jasa Ahok demi revolusi mentalnya,
maka dengan gampang Ahok bisa dipilih menjadi salah satu menterinya untuk
membabat habis para koruptor, mafia dan para begal APBN. Tempatkan saja
Ahok di kementerian aparatur negara, maka para bandit di sana dengan
gampang dihabisi oleh Ahok. Rencana itu bukanlah hal yang sulit. Itupun
kalau Ahok kalah di PIlkada DKI dan jika masyarakat akhirnya tidak memilih
Ahok.
Lalu kalau Ahok tetap dipilih oleh masyarakat Jakarta? Jika itu terjadi,
pertarungan masih berlanjut sampai lebaran kuda. Nah, untuk sementara, Ahok
direlakan Jokowi sebagai tersangka. Tujuannya adalah agar Ahok leluasa
membela diri dan sekaligus memberi keleluasaan bagi Jokowi untuk mengincar
lawan-lawan politiknya yang lebih besar. Jadi ibarat bermain catur, saya
rela anda makan kuda saya, tetapi saya akan habisi rajamu dan skak-mat.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu

Kirim email ke