NU yang Islam saja tidak mau negara Islam, tidak mau jadi khilafah
Wahabi........

2016-11-24 13:31 GMT+01:00 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
> res: *Siapa tidak setuju NKRI menjadi NII? Monggo-monggo, plissss jangan
> malu-malu kucing. Nanti kalau sudah tercipta baru klaim pejuang untuk
> dinobatkan menjadi pahlawan.**Jangan khawatir semua akan beres, daging
> kambing dan domba akan lebih murah dari harga pasar  selama zaman NKRI
> selama 3/4 abad ini, kata seorang pendukung yang tidak mau nama dan
> potretnya ditampilkan. Menurutnya  korma akan juga lebih murah, tetapi
> korma berkwalitas tinggi dari Iran tidak boleh diimpor, haram, karena Iran
> beraliran Siyah, katanya. Sementara ini MUI dan konco-konconya serta
> serdadu lapangannya seperti FPI, MII, MIT membisu.*
>
> http://www.beritasatu.com/nasional/400803-nu-kasus-ahok-
> dimanfaatkan-pintu-masuk-bentuk-negara-islam.html
>
>
> *NU: Kasus Ahok Dimanfaatkan Pintu Masuk Bentuk Negara Islam*
> <http://www.beritasatu.com/nasional/400803-nu-kasus-ahok-dimanfaatkan-pintu-masuk-bentuk-negara-islam.html>
>
>
> Rabu, 23 November 2016 | 17:47
> Rabu, 23 November 2016 | 17:47
> [image: Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok
> memenuhi panggilan untuk pemeriksaan sebagai tersangka kasus penistaan
> agama di gedung Rupatama, Mabes Polri, Selasa, 22 November 2016.]
> NU: Kasus Ahok Dimanfaatkan Pintu Masuk Bentuk Negara Islam
>
> Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memenuhi
> panggilan untuk pemeriksaan sebagai tersangka kasus penistaan agama di
> gedung Rupatama, Mabes Polri, Selasa, 22 November 2016. (BeritaSatu
> Photo/Joanito De Saojoao)
>
> *Jakarta* - Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
> (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai kasus dugaan
> penistaan agama yang dilakukan Gubenur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja
> Purnama (Ahok) adalah kasus kecil yang sebenarnya tidak perlu diributkan.
> Kalaupun dipersoalkan, tinggal diselesaikan melalui proses hukum yang
> berlaku.
>
> Namun kasus ini menjadi ramai dan besar karena dipakai sekelompok orang
> sebagai pintu masuk membangkitkan kembali cita-cita dan perjuangan
> membentuk negara Islam. Kasus itu menjadi momentum untuk perjuangan
> menjadikan bangsa ini sebagai negara Islam. "Ini pintu masuk bagi kelompok
> yang ingin mendirikan negara Islam. Ini yang berbahaya dan patut
> diwaspadai," kata Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad dalam seminar bertema
> Kebhinekaan Dalam Perspektif Konstitusi UUD 1945 di Jakarta, Rabu (23/11).
>
> Ia menjelaskan sampai hari ini, masih ada kelompok muslim yang terus
> memperjuangkan terbentuknya negara Islam. Mereka tidak terima fakta saat
> ini yaitu Indonesia bukan negara Islam. Mereka juga tidak terima Pancasila
> sebagai dasar negara dan asas tunggal bangsa ini. Kelompok-kelompok
> tersebut terus mencari momentum untuk mendapatkan legitimasi atas apa yang
> mereka perjuangkan. "Dalam kasus Ahok, bukan dugaan penistaan agama yang
> dikhawatirkan, tetapi bangkitnya kelompok yang ingin mendirikan negara
> Islam," tuturnya.
>
> Dia mengemukakan ideologi mendirikan negara Islam tidak pernah mati dari
> negara ini. Aksi unjuk rasa 4 November lalu yang melibatkan banyak umat
> muslim adalah bentuk pergumulan ideologi membangun negara Islam tersebut.
> Dalam kalangan muslim, sempat terjadi perbedaan karena sebagian melihat
> aksi itu dijadikan pintu masuk menghidupkan kembali negara Islam.
>
> Dia mengingatkan tantangan kedepan adalah bagaimana menjawab pergumpulan
> ideologi tersebut. Pasalnya, kondisi masyarakat sekarang berbeda dengan
> para pendahulu. Terutama masyarakat di masa perjuangan mencapai kemerdekaan
> dan masa-masa awal setelah merdeka. Saat itu, memang ada perbedaan tajam
> apakah membentuk negara Islam atau negara Pancasila. Bahkan saat itu ide
> syariat Islam sudah ada.
>
> Tetapi para pendahulu bangsa lalu sepakat bukan negara Islam tetapi negara
> berdasarkan Pansila, di dalamnya mengakui perbedaan. Mereka juga sepakat
> untuk menjaga, merawat dan menjadikan perbedaan itu sebagai kekuatan.
>
> Sementara saat ini, masyarakat cenderung menonjolkan perbedaan. Perbedaan
> dengan yang lain dibenturkan dan diangkat bukan untuk saling mengisi,
> tetapi memisahkan dengan yang lain. "Zaman dulu, perbedaan itu menjadi
> 'jembatan' untuk menyatukan dengan yang lain. Sekarang ini, perbedaan
> menjadi 'tembok' yang memisahkan. Ini sangat berbahaya," ujarnya.
>
> Dia berharap semua anak bangsa masih bisa bersama-sama merawat Negara
> Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Bhinneka Tunggal Ika atau
> berbeda-beda tetapi tetap satu harus tetap menjadi pegangan utama. Hanya
> dengan itu, bangsa ini akan terus tumbuh dan berkembang serta menjadi
> negara besar.
>
>
>
>
>
> 
>

Kirim email ke