Terpaksa Najwa menjawab lagi, “Tentang sikap politik FPI, Gubernur harus orang 
Islam”.  Akhirnya dijawab Bapak Ibu sekalian. “Sebagai orang Muslim saya 
mentaati Al Maidah 51. Dan itu artinya saya tidak boleh memaksakan diluar 
proses elektoral. Saya berpendapat itu, bukan artinya SARA”. Ha ha ha baru satu 
sesi sudah puyengnontonnya.

 ...
 
 Najwa Puyeng! Akhirnya Anies Menjawab Sepaham Dengan FPI 
https://seword.com/politik/najwa-puyeng-akhirnya-anies-menjawab-sepaham-dengan-fpi/
 

 BY ARIF https://seword.com/author/hasan/ ON JANUARY 26, 2017

 https://www.youtube.com/watch?v=OqVo3VVLKEs 
https://www.youtube.com/watch?v=OqVo3VVLKEs

 

 Bukan rahasia lagi kalau seorang Anies Baswedan adalah seseorang yang suka 
berbicara panjang lebar. Karena panjang dan lebar sehingga dalam menjawab 
pertanyaan selalu tidak langsung, tetapi berputar-putar dahulu sebelum akhirnya 
terjawab.
 Dalam acara Mata Najwa tanggal 25 Januari 2017 kemarin, dalam sesi pertama, 
Najwa Shihab menampilkan tayangan berita Anies Baswedan yang mengunjungi FPI 
dan terlihat bertemu langsung dengan Rizieq Shihab.
 Pertanyaan pertama dari Najwa, “Setelah datang, bertemu dan berinteraksi 
langsung, apa pandangan Anies Baswedan soal FPI?”. Seperti biasanya seorang 
Anies akan berputar-putar dahulu.
 Ini kata Anies, “Di sana kita berbicara lebih banyak menjawab pertanyaan 
tentang saya. Seperti juga kalau kita datang ke tempat-tempat lainnya, misalnya 
saya datang ke pertemuan masyarakat Katholik Jakarta, ada 44 Paroki, dan ke 
ormas-ormas Islam, ke dalam organisasi-organisasi masyarakat Nasrani atau tokoh 
Hindu, Budha. Mereka lebih banyak mendengar atas apa yang kita rencanakan. 
Karena bukan saya datang ke sana mau mendengar tentang organisasinya, tapi 
justru saya yang ditanya”.
 Jawaban di atas lebih cocok untuk pertanyaan “apa yang Anda lakukan pada saat 
kunjungan ke FPI”. Jawaban berputar sungguh membuang durasi yang mahal.
 Najwa mengulangi pertanyaan, “Tapi setelah berinteraksi itu, pandangan Anda 
terhadap FPI apa?”.  Jawab Anies, “FPI adalah sebuah organisasi saja, sama 
seperti ormas yang lainnya. Mereka juga warga Jakarta seperti dengan 
warga-warga lainnya“. Agak nyambung, walaupun belum sesuai harapan.
 Seorang host yang baik tentu saja tidak bisa mengulang pertanyaan yang sama 
sampai 3 kali. Najwa mengubah pertanyaan lebih detail lagi, “Ketika kemudian di 
pidato yang kemudian banyak beredar, Anda memuji-muji FPI, apakah memang Anda 
merasa memiliki kedekatan pandangan dengan ormas itu?”.
 
 
 Jawaban Anies kembali bergerilya ke sana kemari. “Sebenarnya kalau dilihat 
yang disampaikan adalah, saya tidak mengira bahwa ketika berada dalam FPI 
diskusinya begitu serius. Karena selama ini saya tidak pernah tahu kalau di 
dalam FPI itu ada diskusi yang cukup serius. Saya datang ketika mendengarkan  
itu, paparannya dalam sekali, panjang sekali. Dan itulah yang saya katakan saya 
melihat sisi lain bahwa ternyata ada kajian yang cukup mendalam di FPI”.
 
 Bukankah Anies mengatakan bahwa setiap kunjungan ke ormas agama, dia tidak 
membicarakan mengenai organisasinya, tetapi lebih membicarakan mengenai 
dirinya. Kenapa dia sekarang mengatakan FPI memberikan paparan yang dalam dan 
panjang sekali. Berarti yang banyak berbicara Rizieq Shihab dong. Pertanyaan 
yang mudah kok dibikin rumit. Kalau ditanya, “anda sudah makan?”, jawabannya 
“ya sudah” atau “belum”. Bukan menjawab “makanan itu baik untuk kesehatan. Akan 
lebih baik lagi bila makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang mengandung 
banyak serat karena baik untuk pencernaan”.
 Entahlah, mari kita lanjutkan saja langsung ke pertanyaan pamungkas. “Kita 
tahu sikap FPI sikap politiknya jelas, Gubernur Jakarta harus orang Islam. Anda 
sependapat dengan sikap politik itu?”.
 Hadeeh.. muter-muter lagi.
 “Itu adalah pandangan yang disampaikan dan saya sebagai seorang calon, 
menawarkannya program. Jadi ini bukan pandangan saya pribadi. Ini soal 
bagaimana Jakarta, Gubernurnya siapapun, dia harus bisa mengayomi semuanya. Dan 
mengayomi semuanya itu artinya seorang Gubernur harus bisa berdialog juga. 
Malah justru berbahaya, kalau seorang Gubernur mengatakan saya tidak mau dengan 
organisasi ini, saya tidak mau dengan organisasi ini, lalu dengan siapa dia 
mau”.
 
 Ini adalah jawaban yang menarik, saya mau bahas sedikit saja. Apakah benar 
seorang Anies Baswedan bisa mengayomi semua lapisan warga Jakarta? Dari kaca 
mata saya, saya merasa Anies tidak bisa mengayomi seluruh lapisan warga 
Jakarta. Dan saya yakin, tidak ada yang bisa. Itu bisa disebut ‘hiperbola’. 
Seperti slogan paslon 3 yang tersirat sindrom ‘hiperbola’, ‘Membangun Jakarta 
dan membahagiakan warganya’. Sudah saya bahas di artikel sebelumnya “Kok Bisa? 
Paslon 3: Membahagiakan Warga Jakarta 
https://seword.com/politik/kok-bisa-paslon-3-membahagiakan-warga-jakarta/”.
 Bila saya melihat, gaya bicara Anies terlalu monoton. Dia tidak bisa 
fleksibel. Gaya bicara dan bahasa tubuh selalu sama di setiap acara dan 
situasi. Salah satu syarat untuk bisa mengayomi dan berdialog dengan lapisan 
masyarakat yang berbeda, seseorang harus bisa beradaptasi dengan situasi 
sekitarnya dan disesuaikan dengan kondisi orang yang diajak bicara.
 Bisakah Anda membayangkan seorang Anies diundang ke acara ‘Ini Talk Show’ dan 
berbincang-bincang bersama Sule dan Andre. Mungkinkah acara tersebut akan 
menjadi acara yang menarik untuk ditonton? Anda bisa browsing di Google dan 
cari videonya ‘Waktu Indonesia Bercanda’ pada saat Anies dan Sandi sebagai 
bintang tamu. Anda bisa merasakan kemeriahan dari acara tersebut menjadi 
menurun dari biasanya. Bahkan Ari Kriting terlihat tidak bisa lepas dan bebas 
mengekspresikan dirinya.
 Bila kurang, Anda bisa membayangkan Anies berjoget India. Mana yang lebih lucu 
dan mengundang kebahagiaan penonton bila dibandingkan Ahok menari India.
 Bila kita bandingkan dengan Ahok, dia sudah hadir di beberapa acara yang sulit 
bagi seorang pejabat bisa beradaptasi. Dia sudah hadir di acara Sule dan juga 
sudah hadir sebagai komika. Poinnya adalah bila Anda tidak bisa beradaptasi 
dengan situasi, maka kata dialog dan mengayomi tidak akan bisa tercapai dengan 
baik. Apakah sama cara berbicara ke direktur dengan ke satpam? Apakah sama cara 
berbicara ke pemulung dibandingkan berbicara dengan pejabat?
 “Justru berbahaya, kalau seorang Gubernur mengatakan saya tidak mau dengan 
organisasi ini, saya tidak mau dengan organisasi ini, lalu dengan siapa dia mau”
 Kalau kita bandingkan dengan Ahok, Ahok sudah jelas tidak mau organisasi yang 
isinya koruptor, tidak mau organisasi yang ingin memecah belah bangsa. Yang 
aneh adalah Anies, ingin menjadi Gubernur tapi mengayomi ormas yang terus 
menerus teriak PKI, ormas yang tidak menghargai UUD 45 dan Pancasila. Bagaimana 
bisa Anda ingin jadi pejabat di Negara Republik Indonesia?
 Kembali ke Mata Najwa.
 Akhirnya Najwa sudah tidak sabar karena waktu sudah mau habis, Najwa langsung 
menembak dor “Pertanyaan saya belum terjawab mas Anies, sependapat dengan sikap 
politik FPI, Gubernur harus orang Islam?”. Aaaarrrggggg…masih ngeles bebek, 
“Kalau kita berbicara tentang ayat Quran jelas, di situ dikatakan itu, tapi 
kalau sudah sampai keputusan politik, maka itu serahkan pada rakyat. Itulah ada 
proses demokrasi”.
 Najwa sudah mulai panas, kepala sudah puyeng, mau minum ‘equil’ tapi tidak 
disediakan. Pertanyaan terakhir dipendekin supaya mengerti pertanyaannya, “Jadi 
Anda tidak sependapat?”. Ya Allah, masih nanya lagi, “Tentang???”.
 Terpaksa Najwa menjawab lagi, “Tentang sikap politik FPI, Gubernur harus orang 
Islam”.  Akhirnya dijawab Bapak Ibu sekalian. “Sebagai orang Muslim saya 
mentaati Al Maidah 51. Dan itu artinya saya tidak boleh memaksakan diluar 
proses elektoral. Saya berpendapat itu, bukan artinya SARA”. Ha ha ha baru satu 
sesi sudah puyengnontonnya.
 Saya setuju dengan Anies. Itu bukan SARA. Itu hanya sebuah pandangan yang sama 
antara Anda dan FPI. Saya tidak masalah dengan pilihan hidup Anda karena orang 
lain boleh berbeda pandangan. Yang saya sayangkan, acara Mata Najwa yang 
biasanya seru menjadi terasa mengantuk. Karena jawaban yang tidak nyambung dan 
muter-muter sendiri.
 Bagi saya sebagai warga biasa, ketegasan dan jawaban yang sesuai dengan 
pertanyaan adalah tanda seorang pemimpin yang benar-benar bisa mengayomi dan 
berdialog dengan warganya. Dan berkomitmen terhadap kata-kata yang diucapkan. 
Jangan kemarin menjawab A, hari ini menjawab B, besok menjawab C. Kenapa? 
Karena jawabannya bisa jadi sirup ABC.
 Salam ABC
 
 “Wanita mengagumi laki-laki yang ramah tapi tegas, cintanya setia, dan 
hasilnya menyejahterakan keluarganya” – Mario Teguh
 

Kirim email ke