Nah ujung2nya benerkan si ajeg in mau bashing ahok.

Gayanya saja bilang sasarannya bukan gubernur, bukan ahok.

 

Hehehehehe lucu jadi dakocan lagi main lenong…

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Wednesday, March 15, 2017 5:26 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com
Subject: Re: [GELORA45] Kaum Pemuja Setan Hina Jarot Saat Hadiri Acara Tahlilan 
di Masjid At Tiin [1 Attachment]

 

  

Hahaha! Iya betul, mulut dan cara berpikir Anda ternyata betul-betul

mirip rombengnya Ahok. Sensitif tapi ndableg dan selalu nyasar ke mana-mana.

Lihat, saya kan lagi mengomentari Prof Sumanto soal keberingasan orang

terhadap Wagub Djarot. Menurut saya, keberingasan adalah hal yang memalukan 



dan tidak bisa dibenarkan. Harus dibenahi dengan memeriksa akar masalahnya. 



Buat kebanyakan orang, akar masalah itu adalah langkah-langkah penguasa DKI 



yang menimbulkan ketidakpuasan orang banyak. Di antaranya, keberingasan 



pemda DKI membeli lahan milik pemda sendiri. Lha ngapain Anda sensitif soal 
Ahok?







Hehehe, nggak papa Chan, Ahok-Djarot pasti bangga punya pengikut semodel Anda 



yang tentu saja kagak peduli gacoannya begitu pelit soal uang / anggaran tapi 
begitu 



gampang membeli lahan milik sendiri.





Hidup pemimpin teledor.

 

--- SADAR@... wrote:

 

 

Hehehee, ... masih juga berusaha mengelak dengan pertanyaan “Apa Pemda DKI itu 
isinya cuma gubernur sendirian, kok saya bilang "pemda DKI" Anda langsung 
sensitif menyasar ke gubernur?”

Tanpa SADAR sejak awal pernyataan bung keberingasan pemda DKI adalah GUBERNUR 
nya, yang bermulut macan, arogan dan tidak manusiawi dengan main GUSUR, ...! 
Kan, PEMDA bisa dikatakan beringas HARUS ada orang pelakunya! Dan, ... tulisan 
BERITA yang bung ajukan juga jelas menunjukkan AHOK yang sedang diperiksa kasus 
Pembelian Tanah Cengkareng itu! Tapi, ... begitu saya ajukan berita tulisan 
berikut, bahwa kasus pembelian Tanah Cengkareng ini, justru Ahok-lah PELAPOR 
diduga terjadi mafia pembelian Tanah Cengkareng itu, bung baru berkelit, 
berusaha mengelak “pemda DKI” bukan Ahok seorang??? Padahal setiap orang 
boleh-boleh saja mempunyai penilaian terhadap diri Ahok, kok! Apapun penilaian 
yang diberikan, positif maupun negatif, baik memuji maupun memaki! Hanya saja 
hendaknya bisa jujur berdasarkan kenyataan, bukan bayangan apalagi FITNAH saja, 
...!

 

Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana kasus pembelian tanah Cengkareng ini, 
bung bisa ikuti tulisan dibawah ini saja. Hanya saja saya tetap belum berhasil 
menemukan berita bagaimana vonis Pengadilan atas diri Toetie Noesiar, ... apa 
proses pengadilan sampai sekarang belum juga berakhir??? Lama bener proses 
HUKUM dinegeri ini, ya? Kesulitan menemukan BUKTI akurat atau jangan-jangan 
kasus macam ini hilang begitu saja karena belakangnya ada penggede yang tidak 
terusik HUKUM? Entah siapa lagi?

Salam,

ChanCT

 

Kasus Cengkareng: Pemprov DKI Gugat Toeti Dengan Bukti Tanah Cengkareng Milik 
Sendiri

  
<http://kontrasnewscom/wp-content/uploads/ktz/Sertifikat1-31s1b8sqbc12g0o2no3r4a.jpg>
 

Sertifikat tanah di Jalan Lingkar Luar Barat Cengkareng milik Toeti Noezlar 
Soekarno yang dibeli Dinas Perumahan sebesar Rp 668 miliar.

Posted by:  <http://kontrasnews.com/index.php/author/admin/> admin 
<http://kontrasnews.com/index.php/2016/07/02/kasus-cengkareng-pemprov-dki-gugat-toeti-dengan-bukti-tanah-cengkareng-milik-sendiri/>
 02/07/2016 
<http://kontrasnews.com/index.php/2016/07/02/kasus-cengkareng-pemprov-dki-gugat-toeti-dengan-bukti-tanah-cengkareng-milik-sendiri/#respond>
 Reply

JAKARTA, KONTRASNEWS.com – Biro Hukum Pemerintah Provinsi Jakarta sedang 
menyiapkan gugatan kepada Toeti Noezlar, orang Bandung yang mengklaim pemilik 
4,6 hektare lahan di Jalan Lingkar Luar Cengkareng Barat. Dinas Perumahan 
Jakarta membelinya Rp 668 miliar tahun lalu.

Ketika Badan Pemeriksa Keuangan mengaudit aset Jakarta tahun 2015, tanah 
tersebut diakui oleh Dinas Perumahan dan tercatat di daftar aset Dinas Kelautan 
sejak 1967. Pengecekan ke buku tanah letter C di Kelurahan Cengkareng Barat 
juga menunjukkan pelepasan hak tanah tersebut berada di Dinas Kelautan.

“Berkasnya sedang disiapkan untuk gugatan perdata,” kata Kepala Subbagian 
Bantuan Hukum Biro Hukum Pemerintah Jakarta Haratua Purba.

Bukti-bukti yang disiapkan Biro Hukum adalah surat pelepasan hak tanah dari 
pemilik perorangan untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ada sebelas lembar 
surat pelepasan hak tanah seluas 27.410 meter persegi dari para penggarap dan 
enam girik seluas 73.985 meter persegi. Pembebasan tanah dilakukan pada 1957 
menggunakan APBD, dan pada 1967 dengan menggunakan APBN.

Bukti-bukti

Ada pula bukti sertifikat hak pakai yang dimiliki Dinas Kelautan, Pertanian, 
dan Ketahanan Pangan. Surat Hak Pakai Nomor 120 dan 121 itu terbit setelah 
tukar guling dengan sebuah perusahaan pada Februari 2004.

Bukti kuat lainnya adalah putusan kasasi Mahkamah Agung tahun 2012 dalam 
perkara Darianur Lungguk Sitorus, pemilik PT Sabar Ganda, melawan Dinas 
Kelautan. Dinas menggugat Sitorus karena menyerobot tanah yang dijadikan kebun 
bibit itu pada 2007.

Di pengadilan pertama Sitorus menang tapi di pengadilan banding dan kasasi ia 
kalah. Hakim juga memerintahkannya bayar denda Rp 6,9 miliar akibat menyerobot 
dan merusak kebun. “Kami menang dua kali melawan Sabar Ganda,” kata Haratua. 
“Denda itu menunjukkan bahwa tanah tersebut milik Dinas Kelautan.”

Tak cukup mendapat uang penjualan, Toeti Noezlar rupanya mengklaim lahan lebih 
luas. Ia menggugat pemerintah ke Pengadilan Jakarta Pusat awal tahun ini 
meminta pemerintah mengeluarkan 9,6 hektare lahan di Cengkareng Barat dari 
daftar aset. Ia juga meminta kekurangan bayar penjualan 4,6 hektare Rp 200 
miliar. Menurut Haratua, sidang dilanjutkan 18 Juli mendatang dengan agenda 
mediasi kedua pihak.

Penjelasan BPN

Kepala Badan Pertanahan Nasional wilayah Jakarta Barat Sumanto tak mau banyak 
menanggapi soal rencana gugatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Kita buktikan 
saja di pengadilan,” katanya. Yang jelas, kata Sumanto, Toeti Noezlar sejak 
dulu memiliki girik lahan itu dan mengurusnya menjadi sertifikat hak milik. 
BPN, katanya, telah mengkonfirmasi ke banyak pihak sebelum menerbitkan 
sertifikat tersebut.

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mencurigai banyak pejabat dinas yang bermain 
uang dalam pembelian lahan ini Ia pun mencopot Ika Lestari Aji, Kepala Dinas 
Perumahan, dan menggantinya dengan Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Arifin. Basuki 
menuduh Ika hendak menyuapnya dan memainkan uang Rp 200 miliar.

Sebelum Ika, Basuki lebih dulu telah mencopot Kepala Bidang Pembangunan 
Permukiman dan Perumahan Sukmana yang membayar pembelian itu. “Saya sudah 
transfer semua dan ada bukti di bank,” kata Ika soal tuduhan tak membayar lunas 
pembelian tanah itu.

Tok/Jok.

 

From: ajeg 

Apa Pemda DKI itu isinya cuma gubernur sendirian, kok saya bilang 



"pemda DKI" Anda langsung sensitif menyasar ke gubernur?

 

Coba baca lagi pelan-pelan kalimat saya yang Anda kutip itu, penyebutan . 



nama Ahok-Djarot di dalam kurung itu kaitannya dengan menghilang /

terkuburnya pemberitaan kasus ini oleh gencarnya pencitraan paslon No.2



Atau kalimat sejelas itu masih juga bikin Anda kesasar-sasar?







Begini saja, daripada bersensitif-ria yang cuma melarikan masalah ke 



debat kusir soal kalimat, mending Anda bahaslah kenapa pembelian lahan 



milik sendiri ini bisa terjadi.





--- SADAR@... wrote: 

 

Lho, ... kok saya yang dibilang terlalu sensitive??? Sekalipun bung tidak 
menyebut nama Ahok-Jarot, oouh tidak ada juga dalam tanda kurung, kok! Tapi 
dari kalimat yang bung tulis ini jelas menyasar Gubernur DKI-Jkt sekarang ini: 
“Di antaranya, keberingasan pemda DKI menghina dirinya sendiri karena memakai 
uang pemda / uang Rakyat untuk membeli lahan milik pemda sendiri. Membeli 
barang milik sendiri, pemuja apa itu namanya? Ini berita lama juga yang mulai 
menghilang. Lumayan kocak, berita ini seolah terkubur pencitraan "paslon No.2 
(Ahok-Djarot) teraniaya", padahal kasus yang kencang bau korupsinya ini 
ditangani secara gabungan oleh KPK & Polri.”





From: ajeg

Jangan terlalu sensitif lantas buru-buru menyangka yang korupsi itu Ahok. 

Saya nggak bilang begitu. Yang saya angkat di sini soal keberingasan, termasuk

keberingasan membeli barang sendiri. Setidaknya ini membuktikan bahwa 



pemerintahan Ahok-Djarot teledor. Bagaimana bisa Ahok yang cerewet itu

bisa kecolongan?





Nah, karena Ahok sudah melaporkan, mestinya dia & Djarot beringas terus 



menuntut pengungkapan kasus korupsi ini dalam kampanyenya.

 

--- SADAR@... wrote:

 

Bung Ajeg, dari berita kelanjutan yang berikan itu, yang melaporkan ada dugaan 
korupsi justru Ahok, lho!

“Adapun Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut telah melaporkan 
dugaan korupsi pembelian lahan tersebut kepada KPK dan polisi. Ia curiga 
pembelian tersebut terjadi karena ada pemalsuan dokumen.”
Yang PASTI, kalau DUGAAN KORUPSI itu jatuh pada diri Ahok, lawan-lawannya 
apalagi sehubungan PILKADA putaran ke-2 ini, tentu TIDAK AKAN mendiamkan kasus 
ini sekalipun terkubur sejak tahun yl! Saya lupa-lupa ingat, ada seorang PNS 
wanita DKI-Jakarta yang dicekal sehubungan kasus ini, ... tapi tidak ketemu 
beritanya.

 


Pembelian Lahan Cengkareng, KPK Turun Tangan


SENIN, 27 JUNI 2016 | 20:14 WIB

*           <https://cdn.tmpo.co/web/teco/images/fb-img-share.png> 

*           <https://cdn.tmpo.co/web/teco/images/twitter-img-share.png> 

*           <https://cdn.tmpo.co/web/teco/images/google-img-share.png> 

*           <https://cdn.tmpo.co/web/teco/images/pinterest-img-share.png> 

  <https://cdn.tmpo.co/data/2016/05/16/id_506825/506825_620.jpg> 

Ketua KPK Agus Rahardjo usai menjadi narasumber pada acara Kelas Inspirasi di 
Magetan, Jawa Timur. TEMPO/Nofika Dian Nugroho

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo mengatakan 
lembaganya menyelidiki pembelian lahan di Cengkareng, Jakarta Barat, oleh 
Pemerintah DKI Jakarta. Agus mengakui penyelidik lembaganya telah meminta 
keterangan ke sejumlah orang terkait pembelian dengan nilai total Rp 648 miliar 
itu.

"Karena sekarang sudah diketahui, KPK tidak perlu lagi tertutup. Kami melakukan 
penyelidikan secara terbuka," kata Agus di kantor Kementerian Koordinator 
Politik, Hukum, dan Keamanan, Senin, 27 Juni 2016.

Namun Agus mengaku belum dapat menyimpulkan apakah ada tindak pidana dalam 
pembelian tersebut. "Kami baru akan melakukan follow up kepada tim," katanya.

Pemerintah DKI Jakarta membeli tanah milik mereka sendiri sebesar Rp 648 miliar 
pada 13 November tahun lalu. Tanah seluas 4,6 hektare tersebut berada di Jalan 
Lingkar Luar Cengkareng, Jakarta Barat.

Harga beli itu merupakan kesepakatan Dinas Perumahan dan Gedung dengan 
penjualnya sebesar Rp 14,1 juta per meter persegi. Padahal nilai jual obyek 
pajak wilayah itu Rp 6,2 juta. Tanah itu sebetulnya milik Dinas Kelautan, 
Pertanian, dan Ketahanan Pangan.

Tanah itu ternyata dimiliki pemerintah sejak 1967. Pemerintah tak segera 
membuat sertifikat hingga pengusaha D.L. Sitorus, pemilik PT Sabar Ganda, 
mengklaim lahan itu pada 2007. Sitorus dan pemerintah saling menggugat di 
pengadilan hingga Mahkamah Agung memenangkan pemerintah DKI pada 2010.

Empat tahun kemudian, muncul Toeti Noezlar Soekarno, warga Jalan Dedes, Kota 
Bandung, yang mengabarkan memiliki sertifikat atas lahan itu. Ia lalu 
menawarkannya kepada pemerintah dengan harga pasar Rp 17,5 juta pada Juli tahun 
lalu. Dinas Perumahan dan Rudi Hartono Iskandar, sebagai kuasa Toeti, 
bersepakat di harga Rp 14,1 juta. Kepada Tempo, Toeti membenarkan telah 
memiliki tanah itu sejak 1967.

DKI membeli tanah itu untuk pembangunan rumah susun. Adapun Gubernur DKI 
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut telah melaporkan dugaan korupsi 
pembelian lahan tersebut kepada KPK dan polisi. Ia curiga pembelian tersebut 
terjadi karena ada pemalsuan dokumen.

MUHAMAD RIZKI | ERWAN HERMAWAN

 

From: ajeg

Sikap beringas memang memalukan dan tidak bisa dibenarkan. 



Harus dibenahi dengan lihat akar masalahnya. Buat kebanyakan orang,

akar masalah itu adalah langkah-langkah penguasa DKI yang 



menimbulkan ketidakpuasan orang banyak. Di antaranya, keberingasan 



pemda DKI menghina dirinya sendiri karena memakai uang pemda / 



uang Rakyat untuk membeli lahan milik pemda sendiri. Membeli barang 



milik sendiri, pemuja apa itu namanya?





Ini berita lama juga yang mulai menghilang. Lumayan kocak, berita ini 



seolah terkubur pencitraan "paslon No.2 (Ahok-Djarot) teraniaya", 



padahal kasus yang kencang bau korupsinya ini ditangani secara gabungan 



oleh KPK & Polri.







Bubuhi Paraf Pembelian Tanah Cengkareng, Djarot Diperiksa Bareskrim 
<https://metro.tempo.co/read/news/2016/07/22/231789658/bubuhi-paraf-pembelian-tanah-cengkareng-djarot-diperiksa-bareskrim>
 

 


  
<https://s.yimg.com/vv/api/res/1.2/LZtIWaNUzvuxtbZOkW_igw--/YXBwaWQ9bWFpbDtmaT1maWxsO2g9ODA7dz04MA--/https:/cdn.tmpo.co/data/2016/06/22/id_517336/517336_620.jpg.cf.jpg>
 


Bubuhi Paraf Pembelian Tanah Cengkareng...

        

 

--- SADAR@... wrote:

 

Prof Sumanto: 


Kaum Pemuja Setan Hina Jarot Saat Hadiri Acara Tahlilan di Masjid At Tiin


 

 <https://pkspuyengan.com/author/adminpuyengan/> Admin PKS Puyengan 2 days ago  
<https://pkspuyengan.com/category/umum/> Umum,  
<https://pkspuyengan.com/category/video/> Video  
<https://pkspuyengan.com/prof-sumanto-kaum-pemuja-setan-hina-jarot-saat-hadiri-acara-tahlilan-di-masjid-tiin/#respond>
 Leave a comment 3,371 Views

https://pkspuyengan.com/prof-sumanto-kaum-pemuja-setan-hina-jarot-saat-hadiri-acara-tahlilan-di-masjid-tiin/



 

PKSPUYENGAN.COM — Melihat keberingasan kelompok fpi dan GNPF MUI saat Jarot 
Syaiful Hidayat yang kebetulan juga menjadi cawagub DKI Profesor Sumanto 
Alqurtuby seorang dosen yang mengajar di Arab Saudi menulis untuk aksi anarkis 
kelompok pemuja Shahwat kekuasaan.

Kalian ini Penyembah Tuhan atau Pemuja Setan?

Coba Anda lihat, tonton, dan dengarkan baik-baik bagaimana ulah, sikap, 
perkataan, dan perilaku sejumlah gerombolan oknum umat Islam sontoloyo ini 
terhadap Pak Djarot Saiful Hidayat saat beliau menghadiri acara (Tahlilan) di 
Masjid At-Tin.

Beliau disoraki, diteriaki, dikatain ‘anak babi’, dan diusir dari masjid. 
Betul-betul “kampungan,” memalukan, dan memuakkan.

Padahal beliau adalah seorang Muslim, pemimpin Jakarta, dan datang ke masjid 
karena memenuhi undangan.

Padahal beliau adalah orang yang santun, polos, baik hati, tidak pernah berkata 
kotor dan kasar.

Padahal beliau, tidak seperti sejumlah tokoh Muslim lain, tidak pernah 
mengumpat, memaki, apalagi mengkapir-sesatkan orang lain.

Hanya karena berpasangan dengan Ahok, beliau ikut menjadi korban keberingasan 
massa yang kalap.

Lihat videonya :

https://pkspuyengan.com/prof-sumanto-kaum-pemuja-setan-hina-jarot-saat-hadiri-acara-tahlilan-di-masjid-tiin/

 

Inilah akhlak yang kalian pertontonkan kepada masyarakat? Betul-betul 
memalukan! Ajaran Islam mana yang mengajarkan kalian berbuat seperti ini? Ayat 
Al-Qur’an yang mana yang mengajarkan perbuatan norak kalian ini? Hadis Nabi 
Muhammad yang mana yang mengajarkan perilaku kotor kalian ini?

Kalian hobi menuduh orang lain sebagai “penista agama” padahal sebetulnya 
kalian sendiri yang telah menistakan agamamu. Kalian sibuk menuding orang lain 
telah merendahkan Islam, padahal, kalian sendiri yang membuat Islam menjadi 
tampak rendah.

Sadarlah bahwa perilaku norakmu itulah sebetulnya yang membuat wajah Islam 
semakin buruk dan bopeng.

Sadarlah perilaku norakmu itu sama sekali tidak akan membuat Islam menjadi jaya 
dan gagah perkasa. Bahkan sebaliknya, perilaku norakmu itu justru telah membuat 
Islam ini tampak seperti agama yang hina-dina.

Jika kalian mengklaim Islam sebagai agama yang baik dan rahmat buat alam 
semesta, maka tunjukkanlah dan buktikanlah dengan perkataan dan perilaku 
baikmu, bukan malah sebaliknya. Ingat, Nabi Muhammad yang agung itu diutus ke 
muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, bukan untuk 
mengislamkan mereka. Camkan itu.

Tapi apa yang terjadi. Kalian sendiri yang justru tidak menunjukkan akhlak baik 
terhadap sesama, bahkan terhadap sesama Muslim sendiri.

Kalian jadikan masjid yang suci untuk melakukan tindakan kotor. Kalian berzikir 
tapi pada saat yang sama megucapkan kata-kata kotor.

Mulut kalian komat-kamit membaca wirid tapi hati dan pikiran kalian busuk dan 
kotor-njetor.

Kalian mengagungkan nama-Nya tapi merendahkan mahkluk ciptaan-Nya. Kalian 
memuja-Nya tapi menistakan makhluk ciptaan-Nya.

Jika beragama malah membuat kalian menjadi kalap dan beringas, saya khawatir 
sebetulnya kalian ini bukan menyembah Tuhan tapi memuja Setan.

Ditulis oleh: Prof Sumanto Alqurtuby, Dosen di Universitas King Fahd Arab Saudi

 

 



Kirim email ke