Saya lihat justru sebaliknya, Trump / AS akan menggunakan HAMsebagai pembenaran 
atas tindakan-tindakan biadab mereka dalam 
melindungi HAM warga AS. Obama saja sebagai presiden AS 
pertama yang mengunjungi Hiroshima tidak mau mengakui kebrutalan 
AS di Hiroshima & Nagasaki makanya tidak merasa perlu minta maaf.Dengan enteng 
dia malah menyebut 2 butir bom atom yang diledakkan 
di sana sebagai serangan yang tepat. Tentu saja tepat bagi AS dan 
sekutu Baratnya. Lalu, mana HAM Rakyat Jepang, Vietnam, Indonesia, 
Chile, Timor Leste, Afghan, Irak dst? 

Deklarasi HAM PBB itu sejak awal sudah langsung hilang pamor sebagai 
pegangan moral karena lebih ampuh sebagai kendaraan politik para dominan. 
Kalau tidak percaya coba saja cari mana HAM para korban bom atom 1945. 
Atau boleh juga cari di mana itu HAM korban penggusuran. Pasti yang 
ditemukan cuma HAM si penggusur. 

Begitu juga kalau mencari HAM korban '65. Paling ketemunya cuma 
HAM Jokowi, Luhut, Ryamizard dkk.

 --- jonathangoeij@... wrote:
Saya tidak tahu si Jokowi itu ngerti atau enggak tapi kelihatannya hanya 
menggunakan Dasa Sila sebagai jargon kosong tanpa benar2 dilaksanakan. Cuman 
me-robek2 deklarasi HAM PBB itu sama dengan mengikuti kepemimpinan Donald 
Trump, kita khan tidak perlu membebek si bebek yg paranoid itu.
--- ajegilelu@... wrote :

Karena itu mari kita robek-robek deklarasi HAM PBBdan jangan berharap Jokowi 
ngerti Dasa Sila sekalipun 
Mega menyebutnya titisan Soekarno.
--- jonathangoeij@... wrote:
Saya pinjam kata2 di Salon,com utk menjelaskan Trump's Doctrine:
"Welcome to Trump’s new era of winning. It’s not really about ending wars, but 
exerting “global reach/global power” while selling loads of weaponry. 
"http://www.salon.com/2017/04/15/putting-the-u-s-military-first-second-third-what-does-an-america-first-foreign-policy-actually-mean_partner/

Dalam budget Trump, anggaran pertahanan dinaikkan besar2an sementara anggaran 
luar negeri dipangkas. Apakah artinya ini? mungkin maksudnya lupakan diplomasi 
adu kekuatan militer.
--- ajegilelu@... wrote :

Kalau begitu mari kita robek-robek deklarasi HAM PBB yang 
selalu digunakan AS sebagai pembenar serbuan bersenjatanya 
ke negara lain, termasuk membunuh manusia dengan bom atom.
Hanya AS dan sekutu Baratnya yang punya Hak Asasi Manusia.
Penduduk bumi selebihnya cuma punya hak untuk mati.

Konsep HAM itu sungguh pinter, dan samasekali tidak cerdas.

--- roeslan12@,,, wrote:
Bung Ajeg, terimakasih respouns dan jawabannya.  Berikut uni pendapat saya 
dalam konteks konflik AS Vs Korea Utara. Dalam konteks ini tak ada kehendak 
bebas dari manusia, sebab dia dikuasai oleh kepentingan-kepentingan dirinya 
yang tak terbatas (demikialah menurut Bacon dan Machiaveli dalam pemikiran 
Politik dan Etika). Baik Trum, maupun Kim Jong-un, mereka itu dikuasai oleh 
kepentingan dirnya masing-masing. Kim-Jong-Un dikuasaia oleh kepentingannya 
utuk mepertahankan negerinya agar supaya tidak di obrak-abrik oleh imperialisme 
AS dan sekutunya, seperti apa yang pernah terjadi di Iran (Sadam Hussein), 
Mesir (Mubarak) dan Libia (Kadafi); untuk maksud itu Kim-Jong-Un didorng oleh 
kehendaknya untuk mempertahankan tanah airnya, oleh karena itu Korea Utara 
didesak untuk secepat mungkin memiliki senjata Nucklir, agar supaya 
imperialisme AS tidak sakenaknya sendiri dapat melakukan agresi di Korea Utara, 
seperti yang pernah dilakukan di Ira, Mesir dan Libia, yang tidak memiliki 
senjara Nucklir.  Sedangkan AS dibawah presiden Trum dikuasaia oleh kehendaknya 
untuk secepat mungkin menguasai seluruh dunia, ini tercermindala mottonya yang 
mengatakan ``Amerika the First``; Ucapan Trum itu dibuktikan oleh tidakannya 
yang anarkis, menghakimi negara lain yang dipandang meghalang-halangan 
kepentingan imperialisme AS untuk  menguasai dunia, tindakan anarkis ini 
tercermin dalam keputusannya yang sepihak menghajar negara Syria dengan 59 
Rudal Tomahawk, dengan tuduhan yang megada-ada, seperti di zamannya presiden 
George Walter Bush (baca: presiden perang) dalam mengagresi Iran; karena Iran 
pada saat itu tidak memiliki senjata Nucklir. Setelah itu menyerang Mesir dan 
Libia, yang juga tidak memiliki senjata nucklir. Keberhasilan imperialis AS itu 
kini oleh Trum akan di praktekkan dalm usahanya untuk menghancurkan Korea 
Utara, tapi nampaknya akan gagal , karena menghadapi halangan besar, dalam 
konteks ini Korea Utara memiliki senjata nucklir yang canggih, sebagai senjata 
pangmungkas.  Jadi jika AS nekat maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa, 
justru malah AS akan dikutuk oleh dunia, karena perang nuklir adalah perang 
pemusnahan umat manusia secara besar-besaran. Dengan adanya benturan kekusaan 
antara imperialisme AS dan Korea utara inilah,maka  nalar manusia yang 
sama-sama didesak oleh dominasi kepentingan-kepeningannya masing-masing, 
sehinga bertambahnya ilmu pengetahuan manusia tak akan mampu lagiberpartisipasi 
mengendalikan emosi-emosi yang timbul dalam benturan kekuasaan,yang antagonis. 
Jadi entah kapan akan bisa pecah perang nucklir, jika Imperialisme AS terus 
bertindak sepihak dan anarkis, untuk menjalankan Mottonya yaitu ``Amerika the 
Firs``,seprti zamannya Hitlerr dengan motto( ``duetschland über allses``). 
Menurut pengamatan saya dalam mkonteks ini PBB sudah sudah tidak dianggap oleh 
Trum, dan tak berkutik; karena secara hakekat BPP adalah instrimen AS, yang  
dibentuk dan diperlukan untuk mendukung maksud-maksud jahat dan angkaramurka 
imperialisme AS. Roeslan.
Von: ajeg
Jawabannya: relatif.
Sebab, bertambahnya pengetahuan manusia pasti diikuti pertambahan
resiko dan konsekuensi. Bukan saja resiko & konsekuensi bagi si manusia
itu sendiri tetapi juga bagi sekitarnya. Bocah yang pengetahuannya bertambah
dengan pensil / alat tulis umumnya akan mencoreti dinding dan apa pun
di dekatnya. Begitu juga orang dewasa yang mengungkapkan pengetahuannya,
beresiko ditanggapi orang lain. Dengan konsekuensi, belum tentu orang lain
sependapat dengannya dll, dsb, dst.
Kesadaran tentang adanya resiko serta keberanian menanggung konsekuensi
atas pengetahuan, ucapan, dan tindakannya, itulah yang membentuk kebijakan
dan mengembangkan kecerdasan dalam diri seseorang. Punya pengetahuan seluas
perpustakaan tetapi tidak bersentuhan dengan resiko & konsekuensi maka
dia ya cuma tumbuh sebagai orang yang pintar semata, tidak sebagai makhluk
cerdas yang kaya pengalaman. Kepintaran yang melompong dari rasa tanggungjawab,
baik terhadap dirinya maupun sekelilingnya.
--- roeslan12@... wrote: RELEKSI : Agresi militer imperialisme AS terhadap 
Syria, dan ancaman perang nucklir Korea Utara dalam menjawab propokasi militer 
imperialismr AS baru-baru  ini adalah merupakan pencerminan dari ketegangan 
baru, yang muncul sebagai dampak dari adanya benturan-benturan kekuasaan yang 
dahsyat dalam rangka seleksi alamiah survival of  he fittest, yang akan 
menyerempet-nyerempet bahaya, pemusnahan manusia dari bumi, seperti di 
gelombang ke III*, yaitu era perang dingin, akan terulang kembali dan lebih 
daksyat, jika manusia tidak menjadi lebih cerdik dan cerdekia, dalam 
kemampuannya untuk turut berpartisipasi mengendalikan evolusi kebudayaannya , 
yang tercermin dalam benturan-benturan kekuasaan dalam gelombang ke IV sekarang 
 ini, yaitu adu kekuatan nucklir-Mutual Assured Destruc (M.A.D), yang baru saja 
kita lampaui, dalam perang dingin, dengan selamat. Pertanyaannya sekarang; 
Apakah betul manusia dengan ilmu yang bertambah maju itu, mengalami kemajuan 
untuk turut dan mampu berpartisipasi mengendalikan emosi kehendaknya yang 
takterbatas?; Dan apakah betul kebijakan dan kreativitas manusia bertambah, 
dengan bertmabahnya ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya?, sehingga  
penyerempetan bahaya yang lebih besar lagi, yang terlalu tinnggi resikionya 
dapat dihindarkan?*Catatan: Gelombang ke1 adalah perang dunia Pertama, 
Gelombang ke II adalah perang Dunia ke 2, dan gelombang ke III adalah pearang 
dingin, dan gelombang ke IV adalah zaman kekuasaan Neolibera yang sudah 
mengelobal)Roeslan
Von: Chalik HamidPada Rabu, 12 April 2017 8:59, j.gedearka menulis:
https://dunia.tempo.co/read/news/2017/04/12/118865195/korea-utara-tembakkan-nuklir-jika-agresi-amerika-berlanjut
Korea Utara Tembakkan Nuklir Jika Agresi Amerika Berlanjut
Rabu, 12 April 2017 | 11:56 WIBAmerika Serikat mengirim kapal induk USS Carl 
Vinson (CVN 70) ke Semenanjung Korea atas permintaan Laksamana Harry Harris, 
kepala Komando Pasifik Amerika Serikat. Permintaan ini disebabkan Korea Utara 
beberapa kali melakukan tes peluncuran rudal balistik, terakhir 5 April 2017. 
US Navy/Tom Tonthat/via ReutersTEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara tidak tinggal 
diam atas pengiriman armada perang, berikut kapal induk bertenaga nuklir 
Amerika Serikat ke Semenanjung Korea pekan ini.
Menurut laporan media Korea Utara, Selasa, 11 April 2017, militernya tidak 
segan-segan melakukan serangan nuklir jika agresi AS itu berlanjut.

"Tentara revolusi kami sangat kuat. Kami menyaksikan dari dekat pergerakan 
musuh dengan mata nuklir kami. Serangan kami tidak hanya terfokus pada basis AS 
di Korea Selatan dan Pasifik, melainkan juga daratan AS," bunyi pernyataan 
Rodong Sinmun, koran resmi Komite Sentral Partai Pekerja Korea.

Baca juga: Korea Utara Uji Coba Senjata Nuklir Keenam Kalinya April Ini

Pengumuman itu disampaikan saat pembukaan rapat parlemen Korea Utara, Selasa 11 
April 2017. Tampak di pertemuan anggota Dewan Rakyat Agung itu pemimpin Korea 
Utara, Kim Jong-un, yang duduk di kursi tengah.

Pertemuan parlemen itu digelar menjelang perayaan besar di Korea Utara, 
termasuk peringatan 105 tahun hari lahir pemimpin Korea Utara pertama, Kim Il 
Sung, pada Sabtu, 15 April 2017. 

Mendiang Kim Il Sung adalah kakek Kim Jong-un dianggap sebagai "Presiden Abadi" 
di Korea Utara.

Baca juga: Eks Diplomat Korea Utara: Kim Jong-un Siap Serang Amerika Serikat 
Pakai Nuklir

Ada kekhawatiran Korea Utara bakal melakukan uji coba nuklir pada saat 
memperingati ulang tahun Kim Il Sung atau tanggal berdirinya angkatan 
bersenjata Korea Utara pada 25 April 2017.

Tes rudal Korea Utara baru-baru ini menunjukkan kemampuan bahwa misil 
antarbenua yang dilengkapi kepala nuklir tersebut memiliki kemampuan menjangkau 
wilayah darat AS.

DEUTSCHE WELLE | CHOIRUL AMINUDDIN
  • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
      • ... marthaja...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
          • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
    • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
      • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • ... 'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]

Kirim email ke