Sebuah tulisan menarik dan sangat perlu menjadi bahan pelajaran bagi generasi 
muda.

   Tampilkan pesan asli     Pada Kamis, 8 Juni 2017 7:12, "'Tsasando' 
tsasa...@gmail.com [wahana-news]" <wahana-n...@yahoogroups.com> menulis:
 

     https://medium.com/ingat-65/bola-perubahan-ada-pada-kita-2262ea4a9a9f    
BolaPerubahan Ada Pada Kita Alia An Nadhiva Penulis lepas yang aktif menulis 
tentangkesehatan dan parenting. Pernah menjadi wartawan lifestyle setelah lulus 
dariJurusan Jurnalistik Fikom Unpad. May 25 Waktusaya kecil, ayah saya sangat 
mengagumi Soeharto. Ia sering mengatakan bahwaSoeharto itu pintar dan dijuluki 
“the smiling general”.Berkaca pada sikap ayah saya pada Soeharto, di mata saya 
saat itu ia pemimpinyang baik. Saya memiliki memori menonton film 
PengkhianatanG30S/PKI sewaktu SD (entah kelas 1 atau kelas 2). Di pikiran cilik 
saya,samar-samar saya tahu film itu menceritakan mengenai pembunuhan 
beberapajenderal. Saya tidak menonton sampai selesai dan bagian yang penuh 
kesadisantidak pernah saya lihat. Ketika saya mengunjungi lubang buaya bersama 
sekolahsaya teringat mengenai film tersebut. “Oh, ini sumur pembuangan 
mayatyang dimaksud di film tersebut,” saya berkata pada diri sendiri. 
Sayamembayangkan jasad para jenderal yang dibuang dan merasa ketakutan. Mungkin 
karena bayangan itu begitu menyeramkan sayamenghindari untuk terlalu memikirkan 
mengenai peristiwa itu. Saya meyakinkandiri saya bawa presiden saat itu, 
Soeharto, telah menyelesaikan masalah itu dansekarang itu menjadi bagian dari 
sejarah. Tapi itu dulu. Saya tidak lagi berpikir seperti itu. Era keterbukaan 
informasi dan hadirnya Internet membukawawasan saya. Dari pencarian informasi 
lewat Internet saya menjadi tahu bahwaSoeharto bertanggung jawab bukan saja 
atas korupsi yang sangat besar, tapi jugaatas kekerasan yang dahsyat dan 
ketidakadilan yang menurun dari generasi kegenerasi terhadap mereka yang 
dianggap PKI atau simpatisannya dan keluarganya. Ternyata ada perspektif lain 
dari narasi mengenaisejarah Indonesia periode 1965. Sayamenjadi tahu bahwa 
selama era Orde Baru semua informasi mengenai pembunuhanmassal, penahanan tanpa 
pengadilan, penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang yangdianggap kiri 
ditutup-tutupi oleh Soeharto. Saya menjadi sadar akan kejamnya militer saat 
ituterhadap anggota PKI dan mereka yang dilabeli PKI. Awalnya saya tidak 
terlalu percaya. Apa betul adaketerlibatan CIA yang takut pada kedekatan 
Sukarno dengan negara-negara komunisdunia di tengah perang dingin saat itu? 
Namun saya memastikan dengan melihatsumber-sumber yang dikutip oleh para 
penulis yang memang merupakan ahli dibidang sejarah Indonesia. Keluarga saya 
sendiri tidak ada yang secara langsungmenjadi korban kekerasan yang terjadi di 
1965. Ayah saya yang kagum padaSoeharto dulu anggota salah satu organisasi 
Muslim di Indonesia. Kakek dari ibusaya seorang tentara. Saya belum pernah 
bertanya mengenai ingatan danpengalaman mereka mengenai masa itu. Namun 
meskipun keluarga saya bukan korban langsung. Sayabersimpati pada korban dan 
keluarga korban. Sejak mengetahui informasi dan perspektif lain 
yangditutup-tutupi rezim Orde Baru sikap dan pandangan saya terhadap PKI 
berubah.Saya tidak lagi percaya pada narasi anti-PKI yang dicekokkan pada saya 
ketikakecil dengan film dan kunjungan ke museum lubang buaya. Saya merasa 
setelah dokumen-dokumen dan penelitiantentang 1965 keluar, seharusnya buku-buku 
pelajaran sekolah dimodifikasi.Sampai sekarang sejarah yang diajarkan kepada 
generasi muda adalah sejarahversi Orde Baru. Saat ini sering kita dengar seruan 
untuk waspadakebangkitan PKI atau komunisme gaya baru. Saya skeptis terhadap 
siapapun yangmenyerukan itu. Apakah betul mereka sungguh-sungguh merasa di era 
dimanaseluruh dunia melihat melemahnya paham komunisme dengan robohnya tembok 
Berlindan komunisme citarasa kapitalis Cina, komunisme memiliki kesempatan 
diIndonesia? Ataukah momok hantu komunisme adalah alat yang mudahdigunakan 
untuk menyerang kelompok tertentu — biasanya mereka yangposisinya terus 
dilemahkan: kelompok buruh, agama minoritas,LGBT, perempuan, korban HAM masa 
lalu — agar kepentingan statusquo terus menang? Baru-baru ini saya berdiskusi 
dengan sahabat sayaProdita Sabarini, teman kuliah saya yang juga inisiator 
Ingat65, tentangsejarah 65 dan bagaimana saya mempelajari tentang perspektif 
korban. Odit, saya memanggilnya, menceritakan tentang betapaterlambatnya ia 
menyadari mengenai apa yang terjadi terhadap korban 1965. FilmJagal tentang 
para algojo di Sumatra Utara yang di tahun 65 membantaiorang-orang yang diduga 
PKI karya Joshua Oppenheimer-lah yang membukakanpikirannya. Sesudah menonton 
film Jagal “it all makes sense,” iaberkata. Penghancuran secara brutal terhadap 
kelompok kiri diIndonesia dan represi terhadap kebebasan berpolitik masyarakat 
Indonesiamenjelaskan mengapa Indonesia seperti ini. Ia mengatakan bahwa represi 
politikmembuat masyarakat terputus dari partisipasi politik selama berpuluh 
tahun.Itulah mengapa sistem politik kita dikuasai oleh para elit, mengapa 
begitubanyak kebijakan-kebijakan buruk yang menguntungkan pemilik kekuasaan dan 
modaldan menyebabkan Indonesia masih terjebak di middle income trap. Warisan 
1965menjelaskan mengapa banyak masyarakat apolitis dan merasa tidak berdaya 
untukmendorong pemimpin yang mereka pilih untuk betul-betul bekerja bagi 
kepentinganpublik. Saya pikir ini ada benarnya. Soeharto membodohi negaraini 
berpuluh-puluh tahun lamanya. Efeknya akan panjang. Dan bisa jadi ini barubisa 
terurai setelah saya tidak lagi ada di dunia ini.    Hubunganmengenai 1965 dan 
situasi negara Indonesia menurut saya merupakan sudut pandangyang penting. 
Selama ini perbincangan mengenai 1965 seringkali dibingkai dalamkacamata 
pelanggaran HAM terhadap korban 1965. Tentu rehabilitasi dan keadilan bagi 
korban penting.Namun pandangan ini membatasi diskusi mengenai 1965 menjadi 
sebatas masalahantara pemerintah dan korban 1965. Masyarakat umum merasa tidak 
terimbas dantidak terpengaruh. Menurut saya bila masih banyak masyarakat yang 
merasaisu ini tidak penting dan tidak memengaruhi hidup mereka pemerintahan 
siapapunakan sulit untuk berpihak pada korban dan memutus rantai impunitas. 
Pemimpin pemerintahan dimanapun bermain politik danmereka melakukan sesuatu 
dengan pertimbangan pragmatis apakah menguntungkanbaginya atau tidak secara 
politis.    Makaitu, bola ada di tangan masyarakat dan terutama generasi muda. 
Mari kita buat pemerintah tahu bahwa bagi kitapembunuhan massal dan kekerasan 
lainnya di 1965 terhadap kelompok kiri adalahperbuatan yang salah dan perlu ada 
pengungkapan kebenaran dan rekonsiliasi yangmenghargai harkat para korban.      
   #yiv6683450293 #yiv6683450293 -- #yiv6683450293ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-mkp #yiv6683450293hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mkp #yiv6683450293ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mkp .yiv6683450293ad 
{padding:0 0;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mkp .yiv6683450293ad p 
{margin:0;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mkp .yiv6683450293ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-sponsor 
#yiv6683450293ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-sponsor #yiv6683450293ygrp-lc #yiv6683450293hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-sponsor #yiv6683450293ygrp-lc .yiv6683450293ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv6683450293 #yiv6683450293actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv6683450293
 #yiv6683450293activity span {font-weight:700;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv6683450293 #yiv6683450293activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv6683450293 #yiv6683450293activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv6683450293 #yiv6683450293activity span 
.yiv6683450293underline {text-decoration:underline;}#yiv6683450293 
.yiv6683450293attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv6683450293 .yiv6683450293attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv6683450293 .yiv6683450293attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv6683450293 .yiv6683450293attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv6683450293 .yiv6683450293attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv6683450293 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv6683450293 .yiv6683450293bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv6683450293 
.yiv6683450293bold a {text-decoration:none;}#yiv6683450293 dd.yiv6683450293last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv6683450293 dd.yiv6683450293last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv6683450293 
dd.yiv6683450293last p span.yiv6683450293yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv6683450293 div.yiv6683450293attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv6683450293 div.yiv6683450293attach-table 
{width:400px;}#yiv6683450293 div.yiv6683450293file-title a, #yiv6683450293 
div.yiv6683450293file-title a:active, #yiv6683450293 
div.yiv6683450293file-title a:hover, #yiv6683450293 div.yiv6683450293file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv6683450293 div.yiv6683450293photo-title a, 
#yiv6683450293 div.yiv6683450293photo-title a:active, #yiv6683450293 
div.yiv6683450293photo-title a:hover, #yiv6683450293 
div.yiv6683450293photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv6683450293 
div#yiv6683450293ygrp-mlmsg #yiv6683450293ygrp-msg p a 
span.yiv6683450293yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv6683450293 
.yiv6683450293green {color:#628c2a;}#yiv6683450293 .yiv6683450293MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv6683450293 o {font-size:0;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293photos div {float:left;width:72px;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv6683450293
 #yiv6683450293reco-category {font-size:77%;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293reco-desc {font-size:77%;}#yiv6683450293 .yiv6683450293replbq 
{margin:4px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-mlmsg select, #yiv6683450293 input, #yiv6683450293 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-mlmsg pre, #yiv6683450293 code {font:115% 
monospace;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-mlmsg #yiv6683450293logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-msg 
p#yiv6683450293attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-reco #yiv6683450293reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-sponsor 
#yiv6683450293ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-sponsor #yiv6683450293ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-sponsor #yiv6683450293ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv6683450293 #yiv6683450293ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv6683450293 
#yiv6683450293ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv6683450293 

   

Kirim email ke