Patung di Tuban, diapresiasi sekaligus mendapat resistensi


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Patung di Tuban, diapresiasi sekaligus mendapat resistensi
 By Hedi Novianto Patung setinggi 30,4 meter ini disebut menggambarkan sosok 
jenderal perang Tiongkok, tapi sebenarnya adalah simb...  |   |

  |

  |

 

ADDRESS:
Oleh : Hedi Novianto @hedi
 | 19:22 WIB - Selasa, 08 Agustus 2017
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tuban, Jawa Timur, menutup 
patung Dewa Perang Kongco Kwan Sing Tee Koen dengan kain putih di Kelenteng 
Kwan Swie Bio, Minggu (6/8/2017).© Aguk Sudarmojo /Antara FotoNama kota Tuban 
di Jawa Timur semestinya bisa mencuat, setidaknya dalam konteks regional Asia 
Tenggara. Maklum di kota itu kini berdiri patung raksasa setinggi 30,4 
meter.Patung itu menampilkan sosok Kwan Sing Tee Koen, sosok yang disebut dewa 
perang Tiongkok nan setia dan jujur. Patung itu dibuat setinggi 30,4 meter dan 
terletak di area di Kelenteng Kwan Sing Bio.Museum Rekor Indonesia (MURI) pun 
memberi penghargaan pada patung yang dibangun dengan dana total Rp 2,5 miliar. 
Ini adalah patung tertinggi dan terbesar di Asia Tenggara.Menurut sang pemilik 
kelenteng, Alim Sugiantoro, pembangunan patung juga menggunakan momentum usia 
mendiang Kwan Sing Tee Koen ke-1.857 tahun. Sementara soal biaya datang dari 
seorang asal Surabaya yang menjadi jemaat kelenteng sejak 1970.Dalam 
Liputan6.com, Alim berharap keberadaan patung itu bisa menarik wisawatan ke 
Tuban sehingga pendapatan daerah pun meningkat. Itu sebabnya Alim juga akan 
membangun patung Dewi Kwan Im dengan postur dan tinggi yang sama."Tahun depan 
diharapkan sudah jadi patung Dewi Kwan Im. Penginnya dibangun di depan 
kelenteng, tapi diizinkannya di dalam area kelenteng," kata Alim.Namun harapan 
Alim patut diduga akan sulit terwujud. Sejak diresmikan Ketua MPR Zulkifli 
Hasan pada 17 Juli lalu, patung Kwan Sin Tee Koen dipuji sekaligus 
ditentang.Protes keras datang dari sebagian warganet di Twitter. Mereka rerata 
mempertanyakan untuk apa patung sebesar itu dan berlatar dewa perang Tiongkok 
dibangun di Tuban.Sementara kalangan pro menilai pendirian patung itu tidak ada 
masalah. Bahkan patung itu juga bukan dimaksud sebagai identitas kota Tuban.
Menurut Wakil Bupati Tuban:Patung Dewa Kwankong Izin IMB Tdk Ada. Dan Izin 
Yayasan Pendiri Patung Juga Belum Ada
Bisa Seenaknya Begitu ya? pic.twitter.com/SN3Pq58gWk— tengkuzulkarnain 
(@ustadtengkuzul) August 1, 2017

Ada hubungan sejarah kah sama negeri ini hingga harus di bangun patung dewa 
perang itu? Kalau gak ada hubungannya dgn sejarah Tuban jd aneh— Firman 
Damopolii (@firmandamo) July 26, 2017

Ini kan Patung di Tuban? Di area Klenteng, bukan di ruang publik, identitas 
klenteng bukan identitas kota Tuban pic.twitter.com/q2QrgriXQr— Mohamad Guntur 
Romli (@GunRomli) August 8, 2017

Kita boleh tidak setuju, tapi jika ada orang agama lain bangun patung di 
klenteng milik mrk sendiri, biarkanlah. Itu salah 1 wujud toleransi— Rustam 
Ibrahim (@RustamIbrahim) August 7, 2017
Sementara Senin (7/8/2017) lalu, kelompok massa Bhoemi Poetra Menggoegat dari 
berbagai elemen di Jawa Timur menyuarakan penolakan pada patung tersebut. 
Mereka melakukan demo di depan Gedung DPRD Jawa Timur di Surabaya.Dilaporkan 
detikcom, mereka meminta patung tersebut dihilangkan dari Tuban dan tak boleh 
pula ada di kota lain di Indonesia. "Panglima perang Kwaan Sing Tee Koen juga 
tidak ada kontribusinya bagi bangsa Indonesia," kata Didik, koordinator aksi 
demo tersebut.Derasnya suara kontra membuat patung tersebut ditutup kain putih 
sejak Minggu (6/8). Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten 
Tuban, Hari Sunarno, penutupan dilakukan setelah Forum Pimpinan Daerah dan 
Forum Kerukunan Umat Beragama meminta pengurus kelenteng meredakan 
suasana.Belakangan Gunawan Putra Wirawan, Ketua Umum Kelenteng Kwan Sing Bio 
Tuban, mengklarifikasi bahwa patung itu bukan sosok dewa perang. Itu adalah 
simbol Dewa Keadilan bagi umat konghucu.
Meski demikian, patung itu tidak digunakan untuk prosesi ibadah --kecuali 
sebagai monumen. Gunawan mengakui bahwa patung itu belum memiliki izin dari 
pemkab Tuban.Gunawan menceritakan izin diajukan sejak Maret 2016, termasuk 
menyertakan lampiran persetujuan dari warga sekitar. Namun jawaban tak kunjung 
datang sehingga pihak kelenteng merasa tidak akan ada masalah.Di sisi lain, 
Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad mengatakan situasi di kota itu justru kondusif. 
Tidak ada protes sama sekali karena Tuban terkenal dengan Bumi Wali yang 
mengutamakan toleransi sesuai ajaran Sunan Bonang."Kalau dibilang ada 
ramai-ramai, di luar saja ramai. Di Tuban tidak ada masalah," kata Fadly 
dikutip BBC Indonesia.Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional DPRD Jatim, Agus 
Maimun, yang kebetulan dari Tuban, juga meminta masalah ini tidak 
dibesar-besarkan. Agus mengatakan warga Tuban yang berinteraksi dengan 
aktivitas kelenteng tidak merasa terganggu dengan keberadaan patung 
termaksud."Rumah saya 20 meter dari kelenteng, tapi saya dan warga di sekitar 
rumah saya tidak pernah membahas masalah patung tersebut," kata Agus dalam 
Kompas.com.Adapun seorang tokoh perkumpulan Tridharma, Marga Singgih, 
mengatakan bahwa resistensi di media sosial (Twitter) justru menandakan masalah 
ini telah dipolitisir.Marga mengatakan bagaimana patung tersebut digambarkan 
sebagai jenderal perang, padahal sebenarnya adalah Dewa Kwan Ong yang menjadi 
pujaan umat Tridharma, Tao, dan Konghucu sebelum negeri Tiongkok berdiri.
  • [GELORA45] Patung di Tub... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke