REFLEKSI : Almarhum Gusdur pernah mengakui habwa Asor terlibat dalam pembantaian massal 1965-1966, dan oleh karenanya Gus Dur mita Maaf atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pemuda Ansor tersebut. Dalam konteks ini sungguh relevan jika Almarhum Gus Dur dinilai sebagai seorang pimpinn umat Islam yang jujur, karena Gus Dur percaca betul-betul tentang adanya Tuhan, dan Gus Dur Yakin bahwa TUHAN tahu segala galanya; Oleh kaena itu pulalah maka Gus Dur tidak mau menyembunyikan kejahatan yang telah dilakukan oleh Pemuda Ansor, karean Gus Dur kosekuen Hormat Kepada Tuhan.
Lain halnya dengan Cholil Qoumas Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut, ia rupanya tidak akan mau mengakui kebenaran Dokumen AS, karena kejahatan kemanusiaan yang pernah di lakukan oleh pemuda Ansor itu tercatat dalam Dokumen AS tersebut. Ironinya setengah abad yang telah silam, disaat AS mengeluarkan dokunen nama-nama orang yang dituduh PKI atau simpatisannya harus di bantai, maka pemuda Ansor tanpa pikir panjang langsung percaya bahwa dokomen itu benar,lalu dilakukanlah pembantaian secara sadis terhadap orang-orang yang tak bersalah, karena dituduh terlibat dalam G30S/PKI (menrut Orde baru dan AS). Penomena Ansor ini memang aneh, dia mengaku orang yang paling suci di dunia ini, tapi dia menolak sikap Gus Dur yang minta maaf atas keterlibatan pemuda Ansor dalam kasus pembataian massal 1965-1966. Ansor mengaku percaya pada Tuhan, Tapi sekaligus tidak Takut pada Tuhan. Artinya Ansor tidak hormat pada Tuhan yang dipercayainya. Demikianlah penomena pemuda Ansor. Demikian juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, ketika memjabat sebagai Panglima TNI era kekuasaan rezim militer fasis pimpinan jenderal TNI AD Suharto, dia selalu percaca pada dokumen yang dikeluarkan oleh AS, karena dengan demikian maka rezim militer fasis, dimana Wiranto sebagai panglima TNI-nya, tanpa ragu-ragu mengaminni semua dokumen AS, karena pada saat itu UANG adalah yang MAHA KUASA bagi Rezim militer fasis pimpinan jenderal TNI AD Suharto. Dengan melakukan Genosida, membantai secara sadis 3 juta rakyat yang tak bersalah, maka rezim militer fasis Suharto menerima UANG banyak sekali sebagai upeti, dan Wiranto lah yang mejaga keselamatan rezim militer fasis tersebut. Sampai di saat ``lengser``-nya Suharto-pun Wiranto mengeluarkan janji setia pada Suharto dan keluarga Cendana, dan untuk tetap menjaga keselamatan rezim militer fasis tersebut. Jadi logis jika Wiranto meragukan bahkan akan menolak Dokumen AS tersebut, karena jika dia Wiranto menerima kebenaran Dokumen AS itu, maka itu berarati bahwa Wiranto telah mengkhianati Suharto sebagai pemimpin yang dia idolakan. Singkatnya sampai kapanpun Wiranto Tidak akan mau mengkhianati Suharto. Inilah sikap Wiranto yang tak perlu diragukan!!! Lalu bagaimana sikap Jokowi yang telah menobatkan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum ?????. Menurut pengamatan saya Jokowi tidak akan berani besikap dalam masalah Dokumen AS tesebut, bagi Jokowi yang penting adalah menjaga kesetabilan kekuasaannya, melanjutkan infrastruktur yang ambesius, bukan membela kebenaran dan keadilan bagi Rakyat Indonesia. Roeslan. Von: temu_er...@yahoogroups.com [mailto:temu_er...@yahoogroups.com] Gesendet: Freitag, 20. Oktober 2017 16:58 An: GELORA_In Betreff: [temu_eropa] Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965? Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965? Reporter: Dias Prasongko Editor: Ninis Chairunnisa Jumat, 20 Oktober 2017 11:16 WIB https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran -ansor-saat-1965?PilihanUtama <https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-pera n-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2> &campaign=PilihanUtama_Click_2 image: https://cdn.tmpo.co/data/2015/10/07/id_443526/443526_620.jpg Pengarahan untuk menumpas PKI di Jawa Tengah, 1965. Dok: Perpusnas RI TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 39 dokumen rahasia milik Kedutaan Besar Amerika di Indonesia tahun 1964-1968 yang mengungkap beberapa fakta terkait rangkaian peristiwa 1965 membuka kembali sejarah kelam bangsa Indonesia. Beberapa dokumen itu menyebut sejumlah organisasi Islam di Indonesia turut serta dalam rangkaian pembantaian anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), salah satunya Ansor. Dalam sebuah telegram bertanggal 26 November 1965, dari Konsulat AS di Surabaya kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta misalnya, menyebut keterlibatan Ansor yang turut serta membantai anggota PKI. "Seorang misionaris yang kembali dari Kediri pada 21 November melihat sejumlah mayat yang mengapung di sungai sementara misionaris yang kembali dari Mojokerto melihat ada 29 mayat," dikutip dalam telegram tersebut. Baca: Dokumen Rahasia AS sebut Pihak-pihak yang Terlibat di Kasus 1965 Akibat pembantaian tersebut sebanyak lima stasiun di Jawa Timur tidak beroperasi akibat ditinggal para pekerjanya. Mereka lebih memilih tidak bekerja setelah mendengar banyak rekan-rekan mereka turut dibantai. Tak hanya itu, banyak diantaranya para aktor-aktor ludruk, yang menjadi kantong-kantong pendukung PKI, turut dibantai. Para pemuda Ansor ditulis melakukan pembantaian dengan cara memotong tenggorokan anggota PKI dan menyebut hal ini sebagai "perang suci" karena membunuh orang-orang kafir. Baca: Dokumen Rahasia AS Tak Pengaruhi Penyelesaian Tragedi 1965 Ketika dimintai tanggapannya terkait dokumen itu, Cholil Qoumas Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut mengatakan belum mengetahui kebenaran dokumen rahasia tersebut. Apalagi mengenai keterlibatan Ansor yang turut disebut dalam dokumen itu. "Saya belum mengetahui kebenaran dokumen tersebut, karena saat ini sulit mudah mempercayai dokumen begitu saja. Terlebih adanya media sosial yang canggih, semakin mudah pula hoax menyebar," kata Yaqut saat dihubungi Tempo pada Kamis, 19 Oktober 2017. Baca: TNI Masih Pelajari Dokumen Rahasia AS Soal Sejarah 1965 Yaqut juga mengungkapkan bahwa pembantaian yang terjadi pada 1965-1966 merupakan ketidaksengajaan. Terlebih dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) tidak ada instruksi pembantaian saat ketegangan terjadi. Jika dokumen rahasia dari Kedutaan Besar Amerika Serikat memang benar adanya, kata Yaqut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu melihat situasi saat itu. Sementara itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, dokumen tersebut tidak serta-merta bisa dijadikan sebagai bagian dalam proses penyelidikan. "Tentu perlu suatu upaya untuk meyakini betul, apakah informasi-informasi, apalagi dari luar negeri, itu layak untuk dijadikan suatu bagian dari kerugian-kerugian itu," kata dia. Dokumen 1965 Diungkap, Amerika Terlibat dalam Pembantaian PKI Dokumen tersebut dipublikasikan secara terbuka atas permintaan lembaga nirlaba National Security Archive di The George Washington University, Amerika Serikat pada Selasa, 17 Oktober 2019. Kebanyakan di antaranya adalah surat kawat (telegram), laporan mingguan Kedutaan kepada Kementerian Luar Negeri AS, serta sebuah laporan situasi terbaru dari Direktur Intelijen Angkatan Udara RI. Dokumen tersebut mengungkap sejumlah fakta dalam peristiwa 1965, termasuk keterlibatan beberapa pihak termasuk NU dan Muhammadiyah serta anggota militer termasuk tokoh-tokoh yang ingin mengulingkan pemerintahan Soekarno. Read more at https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran -ansor-saat-1965?PilihanUtama <https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-pera n-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2#bLGJ2dQUFxk1t6p u.99> &campaign=PilihanUtama_Click_2#bLGJ2dQUFxk1t6pu.99 [Non-text portions of this message have been removed]