Bung Djie yb, Terimakasih atas tambahan informasi Mengapa Soeharto membenci jenderal Yani, ...? Yang PASTI tambahan informasi itu TIDAK BERTENTANGAN dengan yang saya ajukan dengan mengambil versi penelitian Prof. Salim Said. Bahkan dari tulisan dibawah ini: “BUKTI TERBARU G30S/PKI: SOEHARTO DALANG PEMBUNUHAN Ahmad Yani?” juga memperkuat fakta, kebencian jenderal Soeharto pada jenderal Yani, Dan, ... informasi Presiden Soekarno hendak mengajukan jenderal Yani jadi Presiden, bukan saja sudah diketahui keluarga Yani, Istri dan anak2nya, tapi juga dibenarkan oleh mantan Menteri Pengairan ORLA, Harya Sudirja dan Sarwo Edhie juga membenarkan! Jadi, mungkin saja ketika itu Soeharto juga sudah mengetahui Presiden Soekarno hendak mengajukan jenderal Yani menggantikan dirinya jadi Presiden, 2 bulan sebelum Peristiwa G30S!
Itulah yang mendesak jenderal Soeharto untuk melangkah lebih CEPAT, ... menyingkirkan jenderal-jenderal yang dibenci itu dan lebih senior dari dirinya, untuk MEMBUKA jalan lapang bagi dirinya NAIK KEPUNCAK SINGGASANA, yang selama itu menjadi impiannya! Dan, ... kenyataan itulah yang TERJADI! Salam, ChanCT Menurut Yuni (Rully Ynuni, puteri sulung Achmad Yani), Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan, sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang. Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”. “Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. ”Siapa orangnya, ini yang perlu dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai. Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuhan Ahmad Yani? Posted by Ahmad Yanuana Samantho on Agustus 31, 2015 in Ibrah Sejarah, Politik https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/08/31/bukti-terbaru-g30spki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmad-yani/ Jenderal Ahmad Yani Kesaksian mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa Bung Karno menginginkan Menpangad Letjen Achmad Yani menjadi Presiden kedua bila kesehatan Proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut. “Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia bakal menjadiPresiden.Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang lain”, ujar putra-putri Achmad Yani : Rully Yani, Elina Yani,Yuni Yani dan Edi Yani – Sebelumnya diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, Peristiwa G-30S/PKI, Upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikandirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun. Kesaksian tersebut disampaikan salah satu peserta diskusi: Harya Sudirja. Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan oleh Letjen Achmad Yani secara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju Istana Bogor tanggal 11 September 1965. Putra-putri Achmad Yani kemudian menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI. “Waktu itu ketika pulang dari rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu bahwa kelak bakal jadi presiden”, kenang Yuni Yani, putri keenam Achmad Yani. “Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, “Benar nih Pak?” Jawab Bapak ketika itu, “Ya”, ucapnya. Menurut Yuni, berita baik itu juga mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengatakan Bapak bakal jadi presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana. Sedangkan menurut Elina Yani (putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani menyusun buku tentang Bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhie Wibowo sebagai salah satu nara sumber. “Waktu itu, Pak Sarwo cerita bahwa Bapak dulu diminta Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Di situ antara lain, ada Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution”, katanya. “Bung Karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina. Pada prinsipnya, tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal jadi Presiden. Namun ibunya (Alm.Nyonya Yayuk Ruliah A.Yani) usai makan malam membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno,Bapak dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “Kalau Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya :kemana) bisa dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukanYuni. Lalu siapa pembunuhnya ? Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan, sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang. Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”. “Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. ”Siapa orangnya, ini yang perlu dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai. Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Menurut dia, penjelasan mantan tahanan politik G-30S/PKI Abdul Latief bahwa Soeharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar untuk melakukan penelitian oleh pihak yang berwajib. “Ini penting demi lurusnya sejarah. Dan kamipun merasa puas kalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, katanya. Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilah supaya masalah itu bisa selesai dengan cepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi generasi muda bangsa ini. Kesaksian istri dan putra-putri A.Yani bahwa Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk jadi Presiden kedua menggantikan dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan A.Yani, Kolonel (Purn) Subardi. Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal A.Yani itu benar. Dikalangan petinggi militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Bung Karno dan A.Yani sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa dia memilih A.Yani sebagai Presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya akan berita itu. “Hubungan Bung Karno dengan A.Yani akrab dan Yani memang terkenal cerdas, hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”,kata Herlambang. “Hubungan saya dengan A.Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung Karno dengan A.Yani”, ujar Herlambang yang saat ini sedang menyusun buku putih peristiwa G-30S/PKI. Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A.Yani (istri A.Yani), bahwa dalang pembunuhsuaminya adalah Soeharto, Herlambang mengatakan bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, Bung Karno sudah menunjuk A.Yani sebagai penggantinya. Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden.Waktu itu peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambahkan Herlambang, hubungan A.Yani dengan Soeharto saat itu kurang harmonis. Soeharto memang benci pada A.Yani. Ini gara-gara Yani menangkap Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban. Selain itu Soeharto juga merasa iri karena usia Yani lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi. Terlebih saat A.Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat. “Dan waktu itu A.Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu saja hal ini membuat Soeharto iri pada A.Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci A.Yani,tapi semua Jenderal Pahlawan Revolusi. D.I.Panjaitan dibenci Soeharto gara-gara persoalan pengadaan barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. Disitu Soeharto ingin dijagokan tapi MT.Haryono tidak setuju. Terhadap Sutoyo, gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban itu. Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang menjadi presiden. “Peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi. Catatan penulis: Saya ambil artikel ini dari berbagai sumber dan milis-milis dengan harapan klarifikasi dari para pembaca yang budiman. Sampai saat ini masih menggelayut pertanyaan di setiap kepala rakyat Indonesia tentang bagaimana fakta yang sebenarnya dari peristiwa kelam ini. Masih ada tokohtokoh dan narasumber dari kisah kelam sejarah masa lalu ini yang masih hidup. Disinilah perlunya penuntasan 100% dan jawaban yang adil dan penyelidikan yang transparan bagi masalah yang menyangkut peristiwa G30S. Masih diperlukan penyelidikan lanjutan yang independen untuk menyingkap fakta-fakta seputar sejarah kelam ini. JASMERAH : Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah! demikian kata Bung Karno. http://www.memobee.com/bukti-terbaru-g30s-pki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmadyani- 7262-eij.html Dalam pembelaannya, Kol. Latief menyatakan, bahwa tidak ada maksud untuk membunuh para jendral, tetapi hanya ingin menghadapkannya kepada Presiden Sukarno untuk mengklarifikasi tentang adanya berita tentang rencana kudeta oleh Dewan Jendral yang akan dilakukan pada tgl 5.Oktober 1965. Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agar membunuh para jendral ternyata Komandan pasukan yang bernama Doel Arif. Lettu. Doel Arif adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap jenderaljenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh kunci. Ia bertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal pimpinan AD. Belakangan terungkap, bahwa Doel Arif adalah seorang kepercayaan, malah dibilang anak kesayangan Ali Murtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama adalah dua tokoh utama yang bersama Suharto sebagai Trio (Suharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalam setiap langkah Suharto dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Barat dibawah pimpinan CIA /AS menggulingkanpemerintahan Presiden Sukarno. Nasib Lettu. Doel Arief, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tahu. ***** Sumber : http://ochasaja.blogspot.de/2009/01/mengapa-soeharto-dituduh-sbg-dalang.html http://www.memobee.com/fakta-g30s-pki-bung-karno-ingin-jenderal-ahmad-yani-yang-mengantikannya-sebagai-presiden-tetapi-keburu-ditelikung-3294-sms.html From: kh djie Sent: Sunday, October 22, 2017 10:55 PM To: Gelora45 ; Chan CT Subject: Re: [GELORA45] ] Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965? Bung Chan, Mengapa Suharto sangat anti Jani ? 1. Jani marah sekali tahu Suharto melakukan selundupan. Suharto ditempeleng Jani karena memalukan perwira Angkatan Darat. Suharto tidak melupakan itu, dan juga jaksa penuntut yang membongkar selundupan begitu dia berkuasa, langsung diciduk. 2. Jani mau memecat dia. Gatot Subroto ngomongi Nasution kalau Suharto masih bisa dibina. diusulkan supaya disekolahkan ke Seskoad. Nasution ngomongi bung Karno, yang setuju. Tentang Suharto : 3. Suharto selalu lihat gelagat. Dulu pernah dukung jendral Sudarsono dan MURBA mau jatuhkan bung Karno. Ini dilawan oleh pasukan pengawal presiden dibantu Pesindo. Suharto ditanya oleh Sumarsono yang kepalai Pesindo ikut mana. Suharto lalu berbalik bantu lawan Sudarsono. 4. Waktu peristiwa Madiun, dia keliling Madiun dengan Sumarsono. Lihat tidak ada apa2 di Madiun. Janji akan lapor sebenarnya. Yang terjadi ternyata lain. Tentang pasukan pendukung : 5. Waktu terjadi peristiwa Madiun, pasukan2 yang tadinya janji akan datang ke madiun untuk melawan, ternyata banyak yang tidak datang. 6. Begitu juga pada 30 sept., semua tunggu komando bung Karno. Kurban yang paling setia pada bung Karno : Jendral KKO Hartono. 2017-10-22 15:48 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>: PROBLEMnya, ... mengapa di Indonesia KEJAHATAN NEGARA, Kekejaman kemanusiaan, pelanggaran HAM-BERAT yang pernah terjadi ditahun 1965 itu TIDAK juga BISA DITUNTASKAN sampai sekarang, setelah lewat lebih 52 tahun, sedang penanggungjawab utama, jenderal Suharto sudah terjeblos dalam NERAKA sekalipun??? MENGAPAAA??? Tidak salah kata Prof. Salim Said, karena di Indonesia banyak orang TIDAK ada yang ditakuti, bahkan tidak takut pada TUHAN! Ternyata TIDAK hanya begitu buuaaanyaak pejabat berkorupsi ria dibawah sumpah Alquran, Kitab-Injil dll, tapi juga melakukan KEKEJAMAN KEMANUSIAAN, termasuk MELINDUNGI penanggungjawab-utamanya yang terkutuk itu! Coba saja PERHATIKAN dengan makin banyaknya dokumen-rahasia AS yg dibuka, makin banyaknya tulisan-tulisan yang mengungkap KISAH NYATA jenderal Suharto sesungguhnya itu, ... makin memperjelas, makin mendekati pembuktian nyata, DALANG G30S sesungguhnya adalah jenderal Suharto! Bahkan ternyata Dr. Subandrio, Waperdam-I dan Kepala BPI ketika itu, sudah lama berani menyatakan jenderal Suharto itu MEMANG PKI! (lihat: http://www.gelora45.com/news2/Soebandrio_SoehartoMemangPKI.pdf dan lebih lanjut hubungan Suharto dengan PKI: http://www.gelora45.com/news2/G30S_SuhartoMemangPKI_TaherMengenangPeristiwa1965.pdf ). Dan kalau boleh saya ingatkan kembali adanya suara dari para TAPOL yang menyatakan banyak tokoh PKI yang dipenjara itu bergembira-ria saat mengetahui Sidang MPRS di tahun 1967 menobatkan jenderal Suharto jadi Pejabat Presiden, bukan jenderal Nasution, ... dikira mereka SEGERA bisa dibebaskan! Ternyata TIDAK! Begitu juga dengan letkol. Untung, begitu YAKIN hukuman-mati yg divoniskan, tidak akan dilaksanakan, … bisa ditolong oleh Presiden Suharto. Ternyata juga TIDAK! Makin jelas membuktikan, bhawa jenderal Suharto berdiri diatas dua perahu, kaki kiri berdiri diatas SATU perahu dengan perwira2 muda, Letkol. Untung, Kol. Latief mendirikan Dewan Revolusi untuk menculik 7 jenderal dari yang dinamakan Dewan Jenderal. Sedang kaki-kanan, menginjak perahu bersama Jenderal Nasution yang berhasil lolos dari penculikkan untuk membasmi Gerakan yang dilancarkan Perwira Muda yang dikenal dengan G30S itu! Diperahu ini Jenderal Soeharto membentuk TRITUNGGAL bersama jenderal Yoga Sugama dan Jenderal Ali Murtopo, berhasil menggunakan tenaga dan pikiran jenderal Nasution yang memang lebih senior dari dia sendiri. Kemudian setelah dianggap tiba saatnya, dimana jenderal Nasution tidak dibutuhkan lagi, maka segera disingkirkan dan dilemari-eskan. Melanjutkan langkah mantap kudeta merayap dengan menyingkirkan satu persatu saingan yang muncul atau bahkan kalau perlu tidak segan-segan menjebloskan dalam tahanan seperti Jenderal Pranoto Reksosamudro. Lalu mengapa pula jenderal Suharto begitu getol-nya menyingkirkan jenderal Yani, yang menggantikan jenderal Nasution menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat? Dari buku Prof. Salim Said: “Gestapu 65, PKI,Aidit, Soekarno dan Soeharto”, ada jawaban yang masuk akal. “Yang jelas, menurut Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sayidiman Suryohadiprojo, Soeharto dan perwira-perwira dalam kelompoknya yang duduk di Kostrad memandang kelompok Yani dengan perasaan cemburu. Ada perasaan inferior pada mereka”, kata Sayidiman. Namun Salim Said lebih lanjut menulis: “Yang tampaknya luput dari cerita Sayidiman ialah kisah kekesalan Soeharto atas terpilihnya Ahmad Yani sebagai Panglima Angkatan Darat, menggantikan KSAD Nasution.” Sedang dibagian lain Salim Said meneruskan analisanya: “Yang dilaporkan Kol. Latgief, menurut pengakuannya, hanyalah bahwa mereka, para perwira Angkatan Darat, akan bertindak menyelamatkan Presiden Soekarno. Bukankah beberapa hari sebelumnya dirumah kediaman pribadi sang jenderal, Latief sudah melaporkan kepada Soeharto mengenai adanya “Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta?” Dari informasi Latief, Soeharto tahu dirinya tidak akan jadi sasaran. Jadi aman. Kalau pasti aman dan dibayangkan oleh Latief ada kemungkinan mendapat jabatan yang lebih tinggi, buat apa juga Soeharto harus repot-repot ditengah malam, bukan? Dengan menyembunyikan informasi dari kolonel Latief tentang rencana penculikan Panglima Angkatan Darat, atasan langsungnya, Soeharto sebenarnya bisa didakwa sebagai terlibat dalam permufakatan jahat yang berakibat fatal tersebut. Satu-satunya penjelasan masuk akal atas sikap dan tindakan Soeharto tersebut —membiarkan Yani disingkirkan— adalah agar terbuka kesempatan bagi dirinya untuk naik menjadi Panglima Angkatan Darat.” Demikian analisa Salim Said. Namun, … apapun alasan jenderal Soeharto setelah mendapatkan informasi dari Kol. Latief, tapi TIDAK melaporkan pada atasannya, TETAP harusnya digugat, dengan tuduhan terlibat dan permufakatan menyingkirkan KSAD jenderal Yani bersama 6 jenderal lainnya! Tapi, … kenapa sampai sekarang tidak juga dilakukan gugatan itu? Salam, ChanCT From: Roeslan roesla...@googlemail.com [GELORA45] Sent: Saturday, October 21, 2017 1:49 AM REFLEKSI : Almarhum Gusdur pernah mengakui habwa Asor terlibat dalam pembantaian massal 1965-1966, dan oleh karenanya Gus Dur mita Maaf atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pemuda Ansor tersebut. Dalam konteks ini sungguh relevan jika Almarhum Gus Dur dinilai sebagai seorang pimpinn umat Islam yang jujur, karena Gus Dur percaca betul-betul tentang adanya Tuhan, dan Gus Dur Yakin bahwa TUHAN tahu segala galanya; Oleh kaena itu pulalah maka Gus Dur tidak mau menyembunyikan kejahatan yang telah dilakukan oleh Pemuda Ansor, karean Gus Dur kosekuen Hormat Kepada Tuhan. Lain halnya dengan Cholil Qoumas Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut, ia rupanya tidak akan mau mengakui kebenaran Dokumen AS, karena kejahatan kemanusiaan yang pernah di lakukan oleh pemuda Ansor itu tercatat dalam Dokumen AS tersebut. Ironinya setengah abad yang telah silam, disaat AS mengeluarkan dokunen nama-nama orang y ang dituduh PKI atau simpatisannya harus di bantai, maka pemuda Ansor tanpa pikir panjang langsung percaya bahwa dokomen itu benar,lalu dilakukanlah pembantaian secara sadis terhadap orang-orang yang tak bersalah, karena dituduh terlibat dalam G30S/PKI (menrut Orde baru dan AS). Penomena Ansor ini memang aneh, dia mengaku orang yang paling suci di dunia ini, tapi dia menolak sikap Gus Dur yang minta maaf atas keterlibatan pemuda Ansor dalam kasus pembataian massal 1965-1966. Ansor mengaku percaya pada Tuhan, Tapi sekaligus tidak Takut pada Tuhan. Artinya Ansor tidak hormat pada Tuhan yang dipercayainya. Demikianlah penomena pemuda Ansor. Demikian juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, ketika memjabat sebagai Panglima TNI era kekuasaan rezim militer fasis pimpinan jenderal TNI AD Suharto, dia selalu percaca pada dokumen yang dikeluarkan oleh AS, karena dengan demikian maka rezim militer fasis, dimana Wiranto sebagai panglima TNI-nya, tanpa ragu-ragu mengaminni semua dokumen AS, karena pada saat itu UANG adalah yang MAHA K UASA bagi Rezim militer fasis pimpinan jenderal TNI AD Suharto. Dengan melakukan Genosida, membantai secara sadis 3 juta rakyat yang tak bersalah, maka rezim militer fasis Suharto menerima UANG banyak sekali sebagai upeti, dan Wiranto lah yang mejaga keselamatan rezim militer fasis tersebut. Sampai di saat ``lengser``-nya Suharto-pun Wiranto mengeluarkan janji setia pada Suharto dan keluarga Cendana, dan untuk tetap menjaga keselamatan rezim militer fasis tersebut. Jadi logis jika Wiranto meragukan bahkan akan menolak Dokumen AS tersebut, karena jika dia Wiranto menerima kebenaran Dokumen AS itu, maka itu berarati bahwa Wiranto telah mengkhianati Suharto sebagai pemimpin yang dia idolakan. Singkatnya sampai kapanpun Wiranto Tidak akan ma u mengkhianati Suharto. Inilah sikap Wiranto yang tak perlu diragukan!!! Lalu bagaimana sikap Jokowi yang telah menobatkan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum ?????. Menurut pengamatan saya Jokowi tidak akan berani besikap dalam masalah Dokumen AS tesebut, bagi Jokowi yang penting adalah menjaga kesetabilan kekuasaannya, melanjutkan infrastruktur yang ambesius, bukan membela kebenaran dan keadilan bagi Rakyat Indonesia. Roeslan. Von: temu_er...@yahoogroups.com [mailto:temu_er...@yahoogroups.com] Gesendet: Freitag, 20. Oktober 2017 16:58 An: GELORA_In Betreff: [temu_eropa] Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965? Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965? Reporter: Dias Prasongko Editor: Ninis Chairunnisa Jumat, 20 Oktober 2017 11:16 WIB https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2 image: https://cdn.tmpo.co/data/2015/10/07/id_443526/443526_620.jpg Pengarahan untuk menumpas PKI di Jawa Tengah, 1965. Dok: Perpusnas RI TEMPO.CO, Jakarta – Sebanyak 39 dokumen rahasia milik Kedutaan Besar Amerika di Indonesia tahun 1964-1968 yang mengungkap beberapa fakta terkait rangkaian peristiwa 1965 membuka kembali sejarah kelam bangsa Indonesia. Beberapa dokumen itu menyebut sejumlah organisasi Islam di Indonesia turut serta dalam rangkaian pembantaian anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), salah satunya Ansor. Dalam sebuah telegram bertanggal 26 Novemb er 1965, dari Konsulat AS di Surabaya kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta misalnya, menyebut keterlibatan Ansor yang turut serta membantai anggota PKI. “Seorang misionaris yang kembali dari Kediri pada 21 November melihat sejumlah mayat yang mengapung di sungai sementara misionaris yang kembali dari Mojokerto melihat ada 29 mayat,” dikutip dalam telegram tersebut. Baca: Dokumen Rahasia AS sebut Pihak-pihak yang Terlibat di Kasus 1965 Akibat pembantaian tersebut sebanyak lima stasiun di Jawa Timur tidak beroperasi akibat ditinggal para pekerjanya. Mereka lebih memilih tidak bekerja setelah mendengar banyak rekan-rekan mereka turut dibantai. Tak hanya itu, banyak diantaranya para aktor-aktor ludruk, yang menjadi kantong-kantong pe ndukung PKI, turut dibantai. Para pemuda Ansor ditulis melakukan pembantaian dengan cara memotong tenggorokan anggota PKI dan menyebut hal ini sebagai “perang suci” karena membunuh orang-orang kafir. Baca: Dokumen Rahasia AS Tak Pengaruhi Penyelesaian Tragedi 1965 Ketika dimintai tanggapannya terkait dokumen itu, Cholil Qoumas Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut mengatakan belum mengetahui kebenaran dokumen rahasia tersebut. Apalagi mengenai keterlibatan Ansor yang turut disebut dalam dokumen itu. “Saya belum mengetahui kebenaran dokumen tersebut, karena saat ini sulit mudah mempercayai dokumen begitu saj a. Terlebih adanya media sosial yang canggih, semakin mudah pula hoax menyebar," kata Yaqut saat dihubungi Tempo pada Kamis, 19 Oktober 2017. Baca: TNI Masih Pelajari Dokumen Rahasia AS Soal Sejarah 1965 Yaqut juga mengungkapkan bahwa pembantaian yang terjadi pada 1965-1966 merupakan ketidaksengajaan. Terlebih dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) tidak ada instruksi pembantaian saat ketegangan terjadi. Jika dokumen rahasia dari Kedutaan Besar Amerika Serikat memang benar adanya, kata Yaqut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu melihat situasi saat itu. Sementara itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, dokumen tersebut tidak serta-merta bisa dijadikan sebagai bagian dalam proses penyelidikan. "Tentu perlu suatu upaya untuk meyakini betul, apakah informasi-informasi, apalagi dari luar negeri, itu layak untuk dijadikan suatu bagian dari kerugian-kerugian itu," kata dia. Dokumen 1965 Diungk ap, Amerika Terlibat dalam Pembantaian PKI Dokumen tersebut dipublikasikan secara terbuka atas permintaan lembaga nirlaba National Security Archive di The George Washington University, Amerika Serikat pada Selasa, 17 Oktober 2019. Kebanyakan di antaranya adalah surat kawat (telegram), laporan mingguan Kedutaan kepada Kementerian Luar Negeri AS, serta sebuah laporan situasi terbaru dari Direktur Intelijen Angkatan Udara RI. Dokumen tersebut mengungkap sejumlah fakta dalam peristiwa 1965, termasuk keterlibatan beberapa pihak termasuk NU dan Muhammadiyah serta anggota militer termasuk tokoh-tokoh yang ingin mengulingkan pemerintahan Soekarno. Read more at https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2#bLGJ2dQUFxk1 t6pu.99 [Non-text portions of this message have been removed]