Bung Djie yb,

Terimakasih atas tambahan informasi Mengapa Soeharto membenci jenderal Yani, 
...? Yang PASTI tambahan informasi itu TIDAK BERTENTANGAN dengan yang saya 
ajukan dengan mengambil versi penelitian Prof. Salim Said. Bahkan dari tulisan 
dibawah ini: “BUKTI TERBARU G30S/PKI: SOEHARTO DALANG PEMBUNUHAN Ahmad Yani?” 
juga memperkuat fakta, kebencian jenderal Soeharto pada jenderal Yani, Dan, ... 
informasi Presiden Soekarno hendak mengajukan jenderal Yani jadi Presiden, 
bukan saja sudah diketahui keluarga Yani, Istri dan anak2nya, tapi juga 
dibenarkan oleh mantan Menteri Pengairan ORLA, Harya Sudirja dan Sarwo Edhie 
juga membenarkan! Jadi, mungkin saja ketika itu Soeharto juga sudah mengetahui 
Presiden Soekarno hendak mengajukan jenderal Yani menggantikan dirinya jadi 
Presiden, 2 bulan sebelum Peristiwa G30S! 

Itulah yang mendesak jenderal Soeharto untuk melangkah lebih CEPAT, ... 
menyingkirkan jenderal-jenderal yang dibenci itu dan lebih senior dari dirinya, 
untuk MEMBUKA jalan lapang bagi dirinya NAIK KEPUNCAK SINGGASANA, yang selama 
itu menjadi impiannya! Dan, ... kenyataan itulah yang TERJADI!

Salam,
ChanCT

Menurut Yuni (Rully Ynuni, puteri sulung Achmad Yani), Ibu dulu mencurigai 
dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. 
Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni 
mengatakan, sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah 
Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang. Tindakan Bapak ini 
tentunya menyinggung perasaan Soeharto”.

“Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari 
Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya 
adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. ”Siapa orangnya, ini yang perlu 
dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap 
sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. 
“Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai. Yang bisa dipersenjatai adalah 
militer saja”, katanya. 


Bukti Terbaru G30S/PKI : Soeharto Dalang Pembunuhan Ahmad Yani?
Posted by Ahmad Yanuana Samantho on Agustus 31, 2015 in Ibrah Sejarah, Politik

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/08/31/bukti-terbaru-g30spki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmad-yani/


Jenderal Ahmad Yani

Kesaksian mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa 
Bung Karno menginginkan Menpangad Letjen Achmad Yani menjadi Presiden kedua 
bila kesehatan Proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui 
isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut.

“Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia 
bakal menjadiPresiden.Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang 
lain”, ujar putra-putri Achmad Yani : Rully Yani, Elina Yani,Yuni Yani dan Edi 
Yani – Sebelumnya diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, 
Peristiwa G-30S/PKI, Upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu 
beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung 
Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikandirinya menjadi 
presiden bila kesehatan proklamator itu menurun.

Kesaksian tersebut disampaikan salah satu peserta diskusi: Harya Sudirja. 
Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan 
oleh Letjen Achmad Yani secara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju 
Istana Bogor tanggal 11 September 1965. Putra-putri Achmad Yani kemudian 
menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan 
sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI. “Waktu itu ketika pulang dari 
rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu 
bahwa kelak bakal jadi presiden”, kenang Yuni Yani, putri keenam Achmad Yani. 
“Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga 
menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, 
“Benar nih Pak?” Jawab Bapak ketika itu, “Ya”, ucapnya. Menurut Yuni, berita 
baik itu juga mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengatakan Bapak bakal jadi 
presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana.

Sedangkan menurut Elina Yani (putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani 
menyusun buku tentang Bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhie Wibowo sebagai 
salah satu nara sumber. “Waktu itu, Pak Sarwo cerita bahwa Bapak dulu diminta 
Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. 
Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Di situ 
antara lain, ada Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution”, katanya. “Bung 
Karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, 
kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina.

Pada prinsipnya, tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal 
jadi Presiden. Namun ibunya (Alm.Nyonya Yayuk Ruliah A.Yani) usai makan malam 
membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata 
ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno,Bapak 
dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “Kalau 
Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya :kemana) bisa 
dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukanYuni. Lalu siapa pembunuhnya ?

Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi 
militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa 
Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan, sewaktu Soeharto menjual pentil dan 
ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang. 
Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”.

“Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari 
Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya 
adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. ”Siapa orangnya, ini yang perlu 
dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap 
sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. 
“Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai. Yang bisa dipersenjatai adalah 
militer saja”, katanya. Menurut dia, penjelasan mantan tahanan politik 
G-30S/PKI Abdul Latief bahwa Soeharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar 
untuk melakukan penelitian oleh pihak yang berwajib. “Ini penting demi lurusnya 
sejarah. Dan kamipun merasa puas kalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, 
katanya.

Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilah supaya 
masalah itu bisa selesai dengan cepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi 
generasi muda bangsa ini. Kesaksian istri dan putra-putri A.Yani bahwa 
Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk jadi Presiden kedua menggantikan 
dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi 
Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan A.Yani, 
Kolonel (Purn) Subardi.

Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal A.Yani itu benar. Dikalangan petinggi 
militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Bung 
Karno dan A.Yani sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi 
menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa dia 
memilih A.Yani sebagai Presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya 
akan berita itu.

“Hubungan Bung Karno dengan A.Yani akrab dan Yani memang terkenal cerdas, 
hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”,kata Herlambang. “Hubungan saya 
dengan A.Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung 
Karno dengan A.Yani”, ujar Herlambang yang saat ini sedang menyusun buku putih 
peristiwa G-30S/PKI. Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A.Yani (istri 
A.Yani), bahwa dalang pembunuhsuaminya adalah Soeharto, Herlambang mengatakan 
bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, 
Bung Karno sudah menunjuk A.Yani sebagai penggantinya.

Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden.Waktu itu 
peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena 
terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambahkan 
Herlambang, hubungan A.Yani dengan Soeharto saat itu kurang harmonis. Soeharto 
memang benci pada A.Yani. Ini gara-gara Yani menangkap Soeharto dalam kasus 
penjualan pentil dan ban. Selain itu Soeharto juga merasa iri karena usia Yani 
lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi.

Terlebih saat A.Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno 
meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat. “Dan waktu itu 
A.Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu 
saja hal ini membuat Soeharto iri pada A.Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya 
mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci A.Yani,tapi semua Jenderal 
Pahlawan Revolusi. D.I.Panjaitan dibenci Soeharto gara-gara persoalan pengadaan 
barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan 
kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. 
Disitu Soeharto ingin dijagokan tapi MT.Haryono tidak setuju. Terhadap Sutoyo, 
gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili Soeharto dalam kasus 
penjualan pentil dan ban itu.

Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak 
menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. 
Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu 
dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. 
Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang 
menjadi presiden. “Peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, 
kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi.



Catatan penulis:

Saya ambil artikel ini dari berbagai sumber dan milis-milis dengan harapan 
klarifikasi dari para pembaca yang budiman. Sampai saat ini masih menggelayut 
pertanyaan di setiap kepala rakyat Indonesia tentang bagaimana fakta yang 
sebenarnya dari peristiwa kelam ini. Masih ada tokohtokoh dan narasumber dari 
kisah kelam sejarah masa lalu ini yang masih hidup.

Disinilah perlunya penuntasan 100% dan jawaban yang adil dan penyelidikan yang 
transparan bagi masalah yang menyangkut peristiwa G30S. Masih diperlukan 
penyelidikan lanjutan yang independen untuk menyingkap fakta-fakta seputar 
sejarah kelam ini.

JASMERAH : Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah! demikian kata Bung Karno.

http://www.memobee.com/bukti-terbaru-g30s-pki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmadyani-

7262-eij.html



Dalam pembelaannya, Kol. Latief menyatakan, bahwa tidak ada maksud untuk 
membunuh para jendral, tetapi hanya ingin menghadapkannya kepada Presiden 
Sukarno untuk mengklarifikasi tentang adanya berita tentang rencana kudeta oleh 
Dewan Jendral yang akan dilakukan pada tgl 5.Oktober 1965.

Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agar membunuh para jendral ternyata 
Komandan pasukan yang bernama Doel Arif.

Lettu. Doel Arif adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap 
jenderaljenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam 
peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh 
kunci. Ia bertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal 
pimpinan AD.

Belakangan terungkap, bahwa Doel Arif adalah seorang kepercayaan, malah 
dibilang anak kesayangan Ali Murtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama 
adalah dua tokoh utama yang bersama Suharto sebagai Trio (Suharto-Ali 
Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalam setiap langkah Suharto 
dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Barat dibawah pimpinan 
CIA /AS menggulingkanpemerintahan Presiden Sukarno.

Nasib Lettu. Doel Arief, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak 
ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tahu.

*****

Sumber :

http://ochasaja.blogspot.de/2009/01/mengapa-soeharto-dituduh-sbg-dalang.html

http://www.memobee.com/fakta-g30s-pki-bung-karno-ingin-jenderal-ahmad-yani-yang-mengantikannya-sebagai-presiden-tetapi-keburu-ditelikung-3294-sms.html




From: kh djie 
Sent: Sunday, October 22, 2017 10:55 PM
To: Gelora45 ; Chan CT 
Subject: Re: [GELORA45] ] Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965?

Bung Chan,
Mengapa Suharto sangat anti Jani ?
1. Jani marah sekali tahu Suharto melakukan selundupan. Suharto ditempeleng 
Jani karena memalukan perwira Angkatan Darat. Suharto tidak melupakan itu, dan 
juga jaksa penuntut yang membongkar selundupan begitu dia berkuasa, langsung 
diciduk.
2. Jani mau memecat dia. Gatot Subroto ngomongi Nasution kalau Suharto masih 
bisa dibina. diusulkan supaya disekolahkan ke Seskoad. Nasution ngomongi bung 
Karno, yang setuju.
Tentang Suharto :
3. Suharto selalu lihat gelagat. Dulu pernah dukung jendral Sudarsono dan MURBA 
mau jatuhkan bung Karno. Ini dilawan oleh pasukan pengawal presiden dibantu 
Pesindo. Suharto ditanya oleh Sumarsono yang kepalai Pesindo ikut mana. Suharto 
lalu berbalik bantu lawan Sudarsono.
4. Waktu peristiwa Madiun, dia keliling Madiun dengan Sumarsono. Lihat tidak 
ada apa2 di Madiun. Janji akan lapor sebenarnya. Yang terjadi ternyata lain.
Tentang pasukan pendukung :
5. Waktu terjadi peristiwa Madiun, pasukan2 yang tadinya janji akan datang ke 
madiun untuk melawan, ternyata banyak yang tidak datang.
6. Begitu juga pada 30 sept., semua tunggu komando bung Karno. Kurban yang 
paling setia pada bung Karno : Jendral KKO Hartono.

2017-10-22 15:48 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

    

  PROBLEMnya, ... mengapa di Indonesia KEJAHATAN NEGARA, Kekejaman kemanusiaan, 
pelanggaran HAM-BERAT yang pernah terjadi ditahun 1965 itu TIDAK juga BISA 
DITUNTASKAN sampai sekarang, setelah lewat lebih 52 tahun, sedang 
penanggungjawab utama, jenderal Suharto sudah terjeblos dalam NERAKA 
sekalipun??? MENGAPAAA???



  Tidak salah kata Prof. Salim Said, karena di Indonesia banyak orang TIDAK ada 
yang ditakuti, bahkan tidak takut pada TUHAN! Ternyata TIDAK hanya begitu 
buuaaanyaak pejabat berkorupsi ria dibawah sumpah Alquran, Kitab-Injil dll, 
tapi juga melakukan KEKEJAMAN KEMANUSIAAN, termasuk MELINDUNGI 
penanggungjawab-utamanya yang terkutuk itu!



  Coba saja PERHATIKAN dengan makin banyaknya dokumen-rahasia AS yg dibuka, 
makin banyaknya tulisan-tulisan yang mengungkap KISAH NYATA jenderal Suharto 
sesungguhnya itu, ... makin memperjelas, makin mendekati pembuktian nyata, 
DALANG G30S sesungguhnya adalah jenderal Suharto! Bahkan ternyata Dr. 
Subandrio, Waperdam-I dan Kepala BPI ketika itu, sudah lama berani menyatakan 
jenderal Suharto itu MEMANG PKI! (lihat: 
http://www.gelora45.com/news2/Soebandrio_SoehartoMemangPKI.pdf dan lebih lanjut 
hubungan Suharto dengan PKI: 
http://www.gelora45.com/news2/G30S_SuhartoMemangPKI_TaherMengenangPeristiwa1965.pdf
 ). Dan kalau boleh saya ingatkan kembali adanya suara dari para TAPOL yang 
menyatakan banyak tokoh PKI yang dipenjara itu bergembira-ria saat mengetahui 
Sidang MPRS di tahun 1967 menobatkan jenderal Suharto jadi Pejabat Presiden, 
bukan jenderal Nasution, ... dikira mereka SEGERA bisa dibebaskan! Ternyata 
TIDAK! Begitu juga dengan letkol. Untung, begitu YAKIN hukuman-mati yg 
divoniskan, tidak akan dilaksanakan, … bisa ditolong oleh Presiden Suharto. 
Ternyata juga TIDAK!



  Makin jelas membuktikan, bhawa jenderal Suharto berdiri diatas dua perahu, 
kaki kiri berdiri diatas SATU perahu dengan perwira2 muda, Letkol. Untung, Kol. 
Latief mendirikan Dewan Revolusi untuk menculik 7 jenderal dari yang dinamakan 
Dewan Jenderal. Sedang kaki-kanan, menginjak perahu bersama Jenderal Nasution 
yang berhasil lolos dari penculikkan untuk membasmi Gerakan yang dilancarkan 
Perwira Muda yang dikenal dengan G30S itu! Diperahu ini Jenderal Soeharto 
membentuk TRITUNGGAL bersama jenderal Yoga Sugama dan Jenderal Ali Murtopo, 
berhasil menggunakan tenaga dan pikiran jenderal Nasution yang memang lebih 
senior dari dia sendiri. Kemudian setelah dianggap tiba saatnya, dimana 
jenderal Nasution tidak dibutuhkan lagi, maka segera disingkirkan dan 
dilemari-eskan. Melanjutkan langkah mantap kudeta merayap dengan menyingkirkan 
satu persatu  saingan yang muncul atau bahkan kalau perlu tidak segan-segan 
menjebloskan dalam tahanan seperti Jenderal Pranoto Reksosamudro. 



  Lalu mengapa pula jenderal Suharto begitu getol-nya menyingkirkan jenderal 
Yani, yang menggantikan jenderal Nasution menjadi Menteri Panglima Angkatan 
Darat? Dari buku Prof. Salim Said: “Gestapu 65, PKI,Aidit, Soekarno dan 
Soeharto”, ada jawaban yang masuk akal. “Yang jelas, menurut Letnan Jenderal 
TNI (Purn.) Sayidiman Suryohadiprojo, Soeharto dan perwira-perwira dalam 
kelompoknya yang duduk di Kostrad memandang kelompok Yani dengan perasaan 
cemburu. Ada perasaan inferior pada mereka”, kata Sayidiman.



  Namun Salim Said lebih lanjut menulis: “Yang tampaknya luput dari cerita 
Sayidiman ialah kisah kekesalan Soeharto atas terpilihnya Ahmad Yani sebagai 
Panglima Angkatan Darat, menggantikan KSAD Nasution.” Sedang dibagian lain 
Salim Said meneruskan analisanya: “Yang dilaporkan Kol. Latgief, menurut 
pengakuannya, hanyalah bahwa mereka, para perwira Angkatan Darat, akan 
bertindak menyelamatkan Presiden Soekarno. Bukankah beberapa hari sebelumnya 
dirumah kediaman pribadi sang jenderal, Latief sudah melaporkan kepada Soeharto 
mengenai adanya “Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta?” Dari informasi 
Latief, Soeharto tahu dirinya tidak akan jadi sasaran. Jadi aman. Kalau pasti 
aman dan dibayangkan oleh Latief ada kemungkinan mendapat jabatan yang lebih 
tinggi, buat apa juga Soeharto harus repot-repot ditengah malam, bukan?

  Dengan menyembunyikan informasi dari kolonel Latief tentang rencana 
penculikan Panglima Angkatan Darat, atasan langsungnya, Soeharto sebenarnya 
bisa didakwa sebagai terlibat dalam permufakatan jahat yang berakibat fatal 
tersebut. Satu-satunya penjelasan masuk akal atas sikap dan tindakan Soeharto 
tersebut —membiarkan Yani disingkirkan— adalah agar terbuka kesempatan bagi 
dirinya untuk naik menjadi Panglima Angkatan Darat.” Demikian analisa Salim 
Said.



  Namun, … apapun alasan jenderal Soeharto setelah mendapatkan informasi dari 
Kol. Latief, tapi TIDAK melaporkan pada atasannya, TETAP harusnya digugat, 
dengan tuduhan terlibat dan permufakatan menyingkirkan KSAD jenderal Yani 
bersama 6 jenderal lainnya! Tapi, … kenapa sampai sekarang tidak juga dilakukan 
gugatan itu?



  Salam,

  ChanCT




  From: Roeslan roesla...@googlemail.com [GELORA45] 
  Sent: Saturday, October 21, 2017 1:49 AM

    

  REFLEKSI :  Almarhum Gusdur pernah mengakui habwa Asor terlibat dalam 
pembantaian massal 1965-1966, dan oleh karenanya Gus Dur mita Maaf  atas 
kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pemuda Ansor tersebut. Dalam konteks 
ini sungguh relevan  jika Almarhum Gus Dur dinilai sebagai seorang pimpinn umat 
Islam yang jujur, karena Gus Dur  percaca betul-betul tentang adanya Tuhan, dan 
Gus Dur Yakin bahwa TUHAN tahu segala galanya; Oleh kaena itu pulalah maka Gus 
Dur tidak mau menyembunyikan kejahatan yang telah dilakukan oleh Pemuda Ansor, 
karean Gus Dur kosekuen Hormat Kepada Tuhan. 


  Lain halnya dengan Cholil Qoumas Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut, 
ia rupanya tidak akan mau mengakui kebenaran Dokumen AS, karena kejahatan 
kemanusiaan yang pernah di lakukan oleh pemuda Ansor itu tercatat dalam Dokumen 
AS tersebut. Ironinya setengah abad yang telah silam, disaat  AS mengeluarkan 
dokunen nama-nama orang y ang dituduh PKI  atau simpatisannya   harus di 
bantai, maka pemuda Ansor tanpa pikir panjang langsung percaya bahwa dokomen 
itu benar,lalu dilakukanlah pembantaian secara sadis terhadap orang-orang yang 
tak bersalah, karena dituduh terlibat dalam G30S/PKI (menrut Orde baru dan AS).

  Penomena Ansor ini memang aneh, dia mengaku orang yang paling suci di dunia 
ini, tapi dia menolak sikap Gus Dur yang minta maaf atas keterlibatan pemuda 
Ansor dalam kasus pembataian massal 1965-1966. Ansor mengaku percaya pada 
Tuhan, Tapi sekaligus tidak Takut pada Tuhan.  Artinya Ansor tidak hormat pada 
Tuhan yang dipercayainya. Demikianlah penomena pemuda Ansor.


  Demikian juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 
Wiranto, ketika memjabat sebagai Panglima TNI era kekuasaan rezim militer fasis 
pimpinan jenderal TNI AD Suharto, dia selalu percaca pada dokumen yang 
dikeluarkan oleh AS, karena dengan demikian maka rezim militer fasis, dimana 
Wiranto sebagai panglima TNI-nya, tanpa ragu-ragu mengaminni semua dokumen AS, 
karena pada saat itu UANG adalah yang MAHA K UASA bagi Rezim militer fasis 
pimpinan jenderal TNI AD Suharto.  Dengan melakukan Genosida, membantai secara 
sadis 3 juta rakyat yang tak bersalah, maka rezim militer fasis Suharto 
menerima UANG banyak sekali sebagai upeti, dan Wiranto lah yang mejaga  
keselamatan  rezim militer fasis tersebut. Sampai di saat ``lengser``-nya 
Suharto-pun Wiranto mengeluarkan janji setia pada Suharto dan keluarga Cendana, 
dan untuk tetap menjaga keselamatan rezim militer fasis tersebut.  Jadi logis 
jika Wiranto meragukan bahkan akan menolak Dokumen AS tersebut, karena jika  
dia Wiranto menerima kebenaran Dokumen AS itu, maka itu berarati bahwa Wiranto 
telah  mengkhianati Suharto sebagai pemimpin yang dia idolakan. Singkatnya  
sampai kapanpun Wiranto Tidak akan ma u mengkhianati  Suharto. Inilah sikap 
Wiranto yang tak perlu diragukan!!!


  Lalu bagaimana sikap Jokowi yang telah menobatkan Wiranto sebagai  Menteri 
Koordinator Bidang Politik, Hukum ?????. Menurut pengamatan saya Jokowi tidak 
akan berani besikap dalam masalah Dokumen AS tesebut, bagi Jokowi yang penting 
adalah menjaga kesetabilan kekuasaannya, melanjutkan infrastruktur yang 
ambesius,  bukan membela kebenaran dan keadilan bagi Rakyat Indonesia.


  Roeslan.





  Von: temu_er...@yahoogroups.com [mailto:temu_er...@yahoogroups.com] 
  Gesendet: Freitag, 20. Oktober 2017 16:58
  An: GELORA_In
  Betreff: [temu_eropa] Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965?


    

  Dokumen Rahasia AS, Bagaimana Peran Ansor saat 1965?
  Reporter: Dias Prasongko

  Editor: Ninis Chairunnisa

  Jumat, 20 Oktober 2017 11:16 WIB
  
https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2

  image: https://cdn.tmpo.co/data/2015/10/07/id_443526/443526_620.jpg

  Pengarahan untuk menumpas PKI di Jawa Tengah, 1965. Dok: Perpusnas RI

  TEMPO.CO, Jakarta – Sebanyak 39 dokumen rahasia milik Kedutaan Besar Amerika 
di Indonesia tahun 1964-1968 yang mengungkap beberapa fakta terkait rangkaian 
peristiwa 1965 membuka kembali sejarah kelam bangsa Indonesia. Beberapa dokumen 
itu menyebut sejumlah organisasi Islam di Indonesia turut serta dalam rangkaian 
pembantaian anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), salah 
satunya Ansor.

  Dalam sebuah telegram bertanggal 26 Novemb er 1965, dari Konsulat AS di 
Surabaya kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta misalnya, menyebut keterlibatan 
Ansor yang turut serta membantai anggota PKI. “Seorang misionaris yang kembali 
dari Kediri pada 21 November melihat sejumlah mayat yang mengapung di sungai 
sementara misionaris yang kembali dari Mojokerto melihat ada 29 mayat,” dikutip 
dalam telegram tersebut.

  Baca: Dokumen Rahasia AS sebut Pihak-pihak yang Terlibat di Kasus 1965

  Akibat pembantaian tersebut sebanyak lima stasiun di Jawa Timur tidak 
beroperasi akibat ditinggal para pekerjanya. Mereka lebih memilih tidak bekerja 
setelah mendengar banyak rekan-rekan mereka turut dibantai.

  Tak hanya itu, banyak diantaranya para aktor-aktor ludruk, yang menjadi 
kantong-kantong pe ndukung PKI, turut dibantai. Para pemuda Ansor ditulis 
melakukan pembantaian dengan cara memotong tenggorokan anggota PKI dan menyebut 
hal ini sebagai “perang suci” karena membunuh orang-orang kafir.

  Baca: Dokumen Rahasia AS Tak Pengaruhi Penyelesaian Tragedi 1965

  Ketika dimintai tanggapannya terkait dokumen itu, Cholil Qoumas Ketua Umum 
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut mengatakan belum mengetahui kebenaran dokumen 
rahasia tersebut. Apalagi mengenai keterlibatan Ansor yang turut disebut dalam 
dokumen itu.

  “Saya belum mengetahui kebenaran dokumen tersebut, karena saat ini sulit 
mudah mempercayai dokumen begitu saj a. Terlebih adanya media sosial yang 
canggih, semakin mudah pula hoax menyebar," kata Yaqut saat dihubungi Tempo 
pada Kamis, 19 Oktober 2017.

  Baca: TNI Masih Pelajari Dokumen Rahasia AS Soal Sejarah 1965

  Yaqut juga mengungkapkan bahwa pembantaian yang terjadi pada 1965-1966 
merupakan ketidaksengajaan. Terlebih dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) 
tidak ada instruksi pembantaian saat ketegangan terjadi. Jika dokumen rahasia 
dari Kedutaan Besar Amerika Serikat memang benar adanya, kata Yaqut, ada 
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu melihat situasi saat itu.

  Sementara itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan 
Keamanan Wiranto, dokumen tersebut tidak serta-merta bisa dijadikan sebagai 
bagian dalam proses penyelidikan. "Tentu perlu suatu upaya untuk meyakini 
betul, apakah informasi-informasi, apalagi dari luar negeri, itu layak untuk 
dijadikan suatu bagian dari kerugian-kerugian itu," kata dia.

  Dokumen 1965 Diungk ap, Amerika Terlibat dalam Pembantaian PKI

  Dokumen tersebut dipublikasikan secara terbuka atas permintaan lembaga 
nirlaba National Security Archive di The George Washington University, Amerika 
Serikat pada Selasa, 17 Oktober 2019. Kebanyakan di antaranya adalah surat 
kawat (telegram), laporan mingguan Kedutaan kepada Kementerian Luar Negeri AS, 
serta sebuah laporan situasi terbaru dari Direktur Intelijen Angkatan Udara RI. 
Dokumen tersebut mengungkap sejumlah fakta dalam peristiwa 1965, termasuk 
keterlibatan beberapa pihak termasuk NU dan Muhammadiyah serta anggota militer 
termasuk tokoh-tokoh yang ingin mengulingkan pemerintahan Soekarno.

  Read more at 
https://nasional.tempo.co/read/1026388/di-dokumen-rahasia-as-bagaimana-peran-ansor-saat-1965?PilihanUtama&campaign=PilihanUtama_Click_2#bLGJ2dQUFxk1
 t6pu.99

  [Non-text portions of this message have been removed]


  

Kirim email ke