Garam yang banyak dibutuhkan adalah jenis garam industri, bukan garam konsumsi 
(garam yang dimakan). Prosentasi kebutuhan garam konsumsi relatif sangat kecil 
dari total kebutuhan garam secara keseluruhan.
 

 Untuk jenis garam konsumsi memang boleh-boleh saja dibuat dengan proses 
evaporasi air laut. Meskipun banyak hambatan misalnya cuaca dll. tetap tidak 
mengganggu supply karena memang demand utk garam konsumsi relatif mudah 
dipenuhi.
 

 Untuk garam industri biasanya diproduksi dgn cara penambangan bukan dgn cara 
evaporasi. Ini sebabnya mengapa produsen garam terbesar adalah negara-negara 
seperti AS, Cina, Inggris, India, Jerman, Perancis, dll. yang area lautnya 
tidak sebesar Indonesia.
 

 Jadi selama Indonesia tetap mengandalkan produksi garam dengan cara evaporasi 
air laut, rasanya impor tetap akan terjadi meskipun jumlah impor mungkin bisa 
dikurangi.
 

 Jika keluhan cuaca memang benar, ini akan mempengaruhi supply. 
Industri-industri yang memerlukan bahan baku garam tentu lebih memilih untuk 
menghindari ketidak-pastian dan lebih memilih untuk impor, disamping mungkin 
ada faktor-faktor lain.
 

 
---In gelora45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :

 .....bagaimana negeri kepulauan dengan lauta begitu luas masih harus impor 
garam sampai 3,7 juta TON!
  
 Salam,
 ChanCT
 





  • Fw: [GELORA... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • Re: Fw... b...@yahoo.com [GELORA45]
      • Re... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
        • ... 'B.H. Jo' b...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
          • ... 'Karma, I Nengah [PT. BI-POS]' ineng...@chevron.com [GELORA45]
          • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
        • ... iqbalsant...@yahoo.com.au [GELORA45]
    • Fw: #s... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
      • Re... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]

Kirim email ke